Chapter 3. Dugong & Malkis.

522 40 0
                                    

Halo-halo
Hari ini aku kembali.

•••

|Jangan sebut mantan, tapi alumni, siapa tau bisa reuni.|

-Edgar Emillio Grissam-

•••{Happy Reading}•••

Disinilah cilla berada, ruang BK yang dua minggu terakhir ini belum ia kunjungi.

"Hahh, kangen juga sama ruangan ber-AC ini." Cilla menyandarkan tubuhnya di kursi, menunggu bu Mia yang biasa dipanggil dengan BuMi kembali dari kamar mandi.

Ceklek...

Cilla spontan menoleh mendengar kenop pintu dibuka. Menampilkan sosok guru BK dengan tubuh gempal dan kacamata melorot yang menjadi ciri khasnya.

"Acilla Pradipta Aldis, anak dari Adhian Pradipta pengusaha suskses di jakarta, betul?" tanya bu mia kala sudah duduk di kursinya.

Cilla mengangguk. "Tepat sekali jawaban ibu," jawab cilla santai.

"Kalau boleh jujur, saya bosan liat kamu hampir setiap hari masuk BK. Padahal kemarin libur tenang banget hidup saya."

"Kok bumi malah curhat? Kan saya kangen bu sama ruangan ber-AC dan penuh dengan camilan ini." Cilla membuka tutup toples yang berisikan makanan ringan dan memakannya.

"Jangan kurang ajar kamu Cilla!"

Cilla menutup kembali toples camilan dan menaruh ditempanya."tapi kali ini saya tidak menyesal di panggil kesini, karena saya memperjuangkan nasib teman-teman saya di mapel ekonomi Bu," jawab cilla menggebu-gebu menepuk dadanya pelan.

"Tapi emang bu endang nggak pernah menerangkan materi tapi langsung dikasih tugas ya, cill?" tanya bu mia penasaran dengan mulut mengunyah kerupuk seblak.

Cilla mengangguk."iya bu, hampir nggak pernah. Kalaupun pernah juga bisa dihitung jari," balas cilla.

Bu Mia mengangguk-anggukkan kepalanya. "Sebenarnya saya setuju dengan pendapat kamu, cilla. Jadi gimana kalau kita disini ngerumpi aja?" ajaknya.

"Wah, bisa bu bisa. Tapi ngomong-ngomong saya boleh minta minum nggak bu? Tenggorokan saya seret abis makan bakso belum minum."

"Nih minum aja, saya masih ada banyak." Bu Mia memberikan satu botol teh pucuk kepada cilla. "Mumpung abis ini pelajaran matematika jadi bisa bolos." gumam cilla yang hanya bisa didengar oleh dirinya.

Obrolan mereka berlanjut hingga jam pelajaran matematika di kelasnya berakhir, cilla sengaja mengulur waktu dengan mengajak guru BK yang doyan gosip itu ngobrol sampai lupa waktu.

°°°

Gala, Edgar, Ezra dan Janu sedang diwarung kopi didekat sekolah semenjak bel istirahat berbunyi sepuluh menit yang lalu.

"Kenapa ya, kalau minum kopi mata gue kayak ditusuk-tusuk?" tanya gala ke teman-temannya.

"Makanya kalau minum kopi sendoknya disingkirkan dulu," jawab Edgar sebal sedangkan janu dan Ezra sudah tertawa terpingkal-pingkal.

Pasalnya, sedari tadi gala tidak henti-hentinya melayangkan pertanyaan-pertanyaan unfaedahnya.

"Ah iya, ini sendok abis buat ngaduk tadi lupa diambil." Gala nyengir sambil mengambil sendok yang ada di mug kopinya.

Ezra berusaha meredam tawanya. "Bentar-bentar napas dulu, perut gue mules ketawa mulu dari tadi. Pffttt.." ucap Ezra masih dengan tawanya.

Sementara Ezra dan Janu meredakan tawanya dan edgar yang ingin mencincang orang dihadapannya, sedangkan gala sibuk mengipasi lidahnya yang terasa seperti terbakar karena terlalu bersemangat minum kopi panasnya.
Gadis cantik dengan rambut di kuncir kuda masuk ke warung mbok Rondo.

"Mbok. Cilla mau beli gorengan," teriaknya.

"Iya nak cilla, langsung ambil aja. Mau di masukkan daftar utang atau mau bayar nak?" tanya mbok.

Cilla mengambil beberapa gorengan dan memasukkan ke kantong kresek. "Cilla rencananya mau bayar hutang cilla mbok, tapi uangnya lupa bawa. Jadi tulis aja ya," jawab Cilla disertai cengiran lebarnya.

Mbok geleng-geleng melihat kelakuan cilla dan langsung menambah list hutang cilla selama dua bulan ini belum dibayar.

Gala yang melihat itu tidak tinggal diam. "Piuwitt, cantik." Gala mengedipkan sebelah matanya kepada cilla.

"Apa!" Balas cilla tidak bersahabat.

"Galak banget, sini-sini duduk samping gue." Gala menarik tangan cilla yang memang ada didepannya.

"Buset, kelakuan buaya lo dari SD malah tambah parah kayaknya gal." Janu memperhatikan interaksi antara keduanya.

"Sttt. Diem dulu bego." Gala menoyor kepala Janu di samping kiri sedangkan cilla di samping kanannya.

"Eh anjir, kalau ngomong jangan pake kuah kenapa?" protes Janu tidak terima muka glowingnya bersilaturahmi dengan jigong gala.

"Acilla Pradipta Malkis. Itu nama lo ya?" Gala mengeja nama cilla.

"Aldis bukan malkis, dugong." Cilla membalas ucapan gala dengan perasaan dongkol. "Udah ah, gue mau balik ke kelas."

"Bagi nomer WhatsApp dulu baru lo boleh pergi." Ucap gala menaik-turunkan alisnya.

Cilla menghela nafas berat. "Bismillahirrahmanirrahim headshot!" dengan sekuat tenaga dia menendang tulang kering gala sehingga terdengar suara ringisan yang keluar dari mulut gala.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, Cilla langsung berlari meninggalkan warung mbok Rondo. Gala yang melihat itu tidak tinggal diam dia ikut berlari mengejar cilla.

"WOII, GAL. LO MAU KE MANA, KOPI LO SIAPA YANG BAYAR!" Teriak janu keras tapi tidak dipedulikan oleh gala.

"Lo bayarin kopinya gala ya, Zra," ucap janu melas.

"Kok gue, lo lah." ucap Ezra yang tengah asik chatting dengan Nisya sahabat cilla. Mereka sudah berpacaran kurang lebih satu tahun ini.

"Ya elah, mana uang jajan gue lagi dipotong karena tadi pagi mecahin Tupperware emak." Ucapnya pasrah merelakan uang sakunya yang tinggal sepuluh ribu itu untuk membayar kopi yang dipesan gala.

°°°

Cilla berlari menoleh ke kanan dan kiri, karena letak warung mbok yang berada di seberang jalan mengharuskannya untuk menyebrang.

Karena terlalu fokus berlari, cilla tanpa sadar langsung menyebrang tanpa menghiraukan gala yang teriak-teriak di belakangnya.

Tinn..

Mobil sedan hampir saja menabrak cilla kalau saja gala tidak menariknya.

"Udah galak, bodoh, ceroboh pula. Dasar Malkis abon." Gerutu gala karena sedari tadi tidak ada kata terima kasih yang keluar dari mulut cilla. "Bilang makasih kek!"

Cilla yang masih syok dan menetralkan detak jantungnya yang tidak karuan. "M-makasih." Cilla mengucapkan itu dengan bibir bergetar masih syok dengan kejadian tadi.

"Makasih doang?"

"Terus lo mau apa?" Tanya cilla mulai terpancing emosi.

Gala nampak berpikir. "Nomor WhatsApp sabi kali ya."

Cilla memejamkan matanya sejenak. "Noh, ada di tiang listrik." balas cilla langsung pergi dari hadapan gala.

Dengan polosnya gala berjalan menuju tiang listrik yang secara kebetulan ada di pinggir jalan. Dia membaca tulisan dan memang ada nomor telepon di sana, tapi bukan nomor telepon Cilla melainkan sedot WC!

"Apa dia jadi karyawan sedot WC ya?"

~to be continue~

Kiw vote-nya dong^^

Don't lupa follow Ig ku @itsbbybunny.

Follow juga akun WP ku ya^^

Papai.

GalaCillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang