HOW DIFFICULT FROM DATING TO MARRIED [2]

265 59 17
                                    

Hoho ... hoo ... hoo ....

Aku bawa lagi kelanjutannya.

Semoga suka, ya. 😘


Happy reading ....

Setelah kejadian di meja makan tadi, aku kembali ke kamarku dan merebahkan kembali tubuhku.

"Hahh ...." Aku menghela napas lalu memejamkan mataku.

Tokk ... tok ... tokk ....

"Sayang ...."

"Sayang ...."

Aish ... aku sedang malas bicara. Jadi, aku berusaha menulikan pendengaranku.

"Yuna sayang ... kalau kamu masih terkejut dengan lamaran Jimin tadi. Eomma rasa itu wajar."

Iyaa ... eomma. Aku sangat terkejut. Tapi, yang membuatku seperti ini bukan hanya itu.

"Yuna sayang. Eomma juga tahu. Kalau kamu juga khawatir, 'kan?"

Iya ... aku khawatir. Katakanlah jika aku sudah berusia tapi masih kekanan-kanakan pada sifat dan sikapku.

"Memang kehidupan pernikahan dengan hubungan kalian saat ini sangatlah berbeda.

Rintangan yang pernah kalian hadapi saat ini masih kecil jika dibandingkan rintangan yang akan kalian hadapi jika kalian menikah nanti."

Aku terduduk dan menatap pintu kamarku yang masih tertutup.

"Eomma ... kok jadi nakutin-nakutin aku, sih?" kataku kesal dengan sedikit berteriak.

"Eomma tidak menakut-nakuti, Sayang. Tapi, itulah kenyataannya. Eomma tidak ingin pernikahan anak-anak eomma gagal."

"Jadi, apakah lebih baik kalau aku tolak lamaran Jimin oppa?"

"Itu terserah padamu, Sayang. Karena, kamulah yang menjalani kehidupan pernikahanmu kelak."

Benar. Apa yang eomma katakan sangatlah benar. Apakah aku harus menolak lamaran Jimin oppa.

"Tapi ... itulah pernikahan sayang. Penuh dengan kerapuhan, lika-liku yang pelik.

Tapi ...

Itulah hal hebat dari sebuah pernikahan, Sayang."

Aku kembali terdiam lalu bangkit dari ranjangku dan berjalan ke arah pintu kamarku.

Ya ... hari ini aku membutuhkan nasihat dari eomma.

Cklek.

"Akhirnya ... kamu membuka pintunya, Yuna sayang."

"Eomma ... aku ... aku bimbang," lirihku dengan menundukkan kepalaku.

Aku bisa merasakan belaian lembut di kepalaku.

"Bimbang itu bisa bagaikan dua bermata dua, Sayang. Bimbang adalah sesuatu hal yang diperlukan untuk membuat kita lebih banyak berpikir dalam membuat suatu keputusan yang tepat.

Tapi, jika terlalu lama.

Maka, kebimbangan kadang bisa merenggut segalanya, Sayang," jelas eomma dan memelukku lembut.

"Pernikahan itu memang rapuh tapi karena kerapuhan.

Karena pernikahan itu rapuh bagai manik kaca. Tapi, disitulah letak keindahan dan kebahagiannya, Sayang.

Di mana, sepasang manusia yang akan berjuang bersama-sama agar penikahannya tidak pecah."

Aku kini mulai sadar dan tahu apa yang harus aku lakukan.

OUR SECRET >> ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang