Chap 3. Daniel's Friends

287 147 124
                                    

WARNING!!
Akan Ada Banyak Part Absurd!!
Mohon Dimaklumi 😂.

Daniel's PoV

Begitu sampai di kampus, aku segera berjalan mengitari lapangan luas depan gedung kampus yang ber-aksitektur canggih.

"Untung saja aku berangkat pagi. Tidak kusangka jam prodiku dimajukan. Jam 9:15. Aduh ... ini kampus juga besar amat sih. Butuh waktu berapa lama coba ke kelas prodi Bahasa Inggris British."

Saat aku sedang melamun, sambil memikirkan ketidakterlambatanku, aku mendengar suara-suara yang tidak asing.

Belum lama ku berpikir, tiba-tiba dari belakang, ada seseorang mencengkeram bahuku dan seorang lagi mengusap-usap rambutku, membuat poniku yang rapi jadi jatuh kedepan semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belum lama ku berpikir, tiba-tiba dari belakang, ada seseorang mencengkeram bahuku dan seorang lagi mengusap-usap rambutku, membuat poniku yang rapi jadi jatuh kedepan semua.

"Aduhh ... kalian ini, bisa tidak sih jangan menggangguku saat aku sedang terburu-buru begini," kataku sambil melepaskan cengkeraman keduanya dari bahuku dan mengusap rambutku kebelakang.

Jujur aku ingin memakai topi atau setidaknya, mengikat poniku yang sudah terlampau panjang ini. Namun, aku memilih untuk menggerainya saja karena waktunya tidak sempat.

"Hahahaha, si Tuan Rajin ini serius sekali. Kami kan cuma ingin ngobrol denganmu." sahut si Tiang berkacamata.

Dia adalah teman SMA-ku yang mengambil Fakultas DKV. Dulu kami memang lumayan dekat, namun aku menjauh karena beberapa masalah personal. Kubahas nanti saja.

Owh iya, penampilan si Tiang ini tidak pernah berubah. Selalu memakai jaket biru sejak SMA, tas yang dijinjing disamping bahu dan tangan kanan yang suka disimpan ke saku. Membuatku sangat mudah mengenalinya. Selain berkacamata, dia juga suka potong rambut cepak. Aneh memang, hanya anak DKV seperti dia yang tidak memanjangkan rambutnya.

"Kubilang apa kan Tiang!? Si Tuan Rajin ini jual mahal, bahkan cuma untuk mengobrol dengan kita. Hffttt... baiklah, kami tidak akan mengganggumu. Tapi kami akan mengabarimu begitu prodimu selesai, Ok?"

"O-ok..," jawabku.

Dia Rafli, salah satu teman SMP-ku yang pernah kudekati karena rumah kami berdekatan. Namun aku menjauh karena dia jarang bermain kerumahku. "Hahaha alasan yg klise sekali" pikirku.

Dia berteman dekat dengan si Tiang karena mereka sama-sama mengambil jurusan DKV. Kupikir Rafli mungkin akan mengambil jurusan Kinetik, Elektrik dan sebagainya.

"Ya sudah thanks ya guys, nanti kalau aku sempat aku kabari kalian lagi." Jawabku sambil terburu-buru meninggalkan mereka dari belakang.

Sekilas aku melihat ke belakang, penampilan Rafli sedikit berubah. Dulu dia suka pakai jaket oranye, tas diletakkan sempurna di punggung dan kedua tangan yang selalu disimpan di saku. Namun sekarang, dia lebih suka pakai kaos dan memakai tas selempang pria yang sering digunakan untuk muncak.

RashTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang