Chap 7. The Problem Start

121 86 27
                                    


Dilla's PoV

Hari ini sama seperti hari biasanya. Cerahnya matahari pagi membuat semangatku untuk memulai hari berkembang baik. Lalu dari bawah, ibu memanggilku.

"Ndok!! Kamu berangkat jam berapa?! Ibu mau ke rumah Mbok Nila jam 10 pagi! Kalau kamu mau segera berangkat, ayo bareng ibu!"

Aku jadi tersadar. Rupanya aku bangun terlambat. Terlambat sekali. Kukira aku bangun jam 8 pagi atau sekitar jam segitu. Aku segera mengambil stop-watch dan terkejut melihatnya.

"Jam 09:29!!"

Aku pun segera membereskan perlengkapan kuliahku & mengambil handuk serta beberapa baju ganti. Segera kubuka lantai penghubung atap dan lantai rumah. Berderet-deret tangga turun. Aku segera berlari menuruni anak-anak tangga tersebut.

"Maaf buk! Dilla telat bangun lagi! Aduh!!"

"Kamu ini! Harusnya tadi malam jangan curhat dulu sama ibu! Jadinya telat gini kan!?"

"Hehehe maaf ya bu! Ya udah, Dilla ke kamar mandi dulu bu!"

"Jangan kelamaan dandan lho, ndok!!"

Setengah jam berlalu, Dilla yang sudah mempersiapkan semuanya segera menghampiri ibunya. Mereka naik berdampingan berdua dengan motor-air. Ramainya jalan raya bahkan sudah terdengar dari perumahan tempat Dilla tinggal.

"Sudah siap, ndok!?"

"Siap bu!!"

"Helm transparan sudah dipakai?"

"Sudah ibu!!!"

"Ayo, berangkat!!"

Ahh iyaa, ini tahun 2022. Tahun dimana Indonesia berhasil menjadi negara-negara maju seperti lainnya. Indonesia setidaknya berhasil menyeimbangkan kebutuhan tiap daerah-daerah terpencil dan meningkatkan kemampuan daerah pusat.

Helm transparan ini salah satunya. Helm ini sebenarnya hanya berupa device kecil yang terpasang di telinga, namun hanya dengan beberapa klik, kita akan mendapatkan berbagai model helm yang kita inginkan.

Lantas setelah itu, hologram helm sungguhan akan menutup kepala kita. Awalnya banyak yang ragu akan memakai barang "unik" tersebut, namun setelah 5 tahun lebih penelitian, helm ini akhirnya bisa digunakan untuk publik.

Sesampainya aku di kampus, aku mengucapkan selamat tinggal kepada ibu. Aku kembali melihat stop-watchku. "Jam 09:48". Mata prodi kesenangannya akan dimulai beberapa menit lagi. Hingga tanpa sadar, aku terlalu fokus pada stop-watchku sampai tidak sengaja menabrak seorang perempuan sepantaranku.

Braaakkk!!!

"Aduh!!!"

"Ah .. eh... anda tidak apa-apa?"

"Cih! Apanya yang tidak apa-apa!"

"Eh ..."

"Kalau jalan yang benar dong mbak! Untung saya tidak patah tulang saat jatuh!"

"Waduh! Baru aja aku datang, aku sudah membuat masalah dengan orang lain. Kemarin sih untung ketemu Daniel yang tipe orang baik, lah mbak-mbak satu ini?? Aduh gimana nih!?"

"Mbak gimana sih!? Ditanya malah melamun! Bukannya membantu saya berdiri, malah melamun ditengah jalan!"

"Eh .. ah... saya min.. minta maaf!!"

SRAKKK.

"Uaaaghhh!!"

Mbak-mbak pemarah tersebut memakai baju yang cukup terbuka. Dia hanya memakai celana pendek yang menutup sampai lutut. Jaket yang menutup kaosnya yang entah kenapa dibuat robek-robek. Serta rambut panjang sepinggang dengan poni culun didepan muka sangarnya.

RashTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang