Chap 8. Blond Bond

112 74 37
                                    

Author PoV

Sesudah membantu Dilla & Nian, Daniel kembali ke fakultasnya. Sementara itu Rafli & Tiang kembali ke fakultasnya juga. Selama berjalan, Daniel tidak bisa berhenti memikirkan Dilla. Selalu memikirkan apakah perasaan Dilla berbalas kepadanya.

Bahkan sesudah jam prodi sekalipun, Daniel
tidak pernah berhenti memikirkannya.

"Kenapa pikiranku jadi tidak tenang begini sih?" pikirnya.

Daniel yang melamun terus karena terlalu memikirkan Dilla tiba-tiba menabrak seseorang. Lalu bunyi hentakan keras akibat tabrakan mereka berdua.

Daniel berkata, "Aduh, hati-hati dong kalau-"

"Auu, sakit-" balas orang itu.

Lanjut Daniel tertegun, "-nabrak."

"Eh ..??"

"Ka-kamu??" (bersama-samaan)

"Kamu yang menabrak saya tadi pagi kan? di dekat stasiun kereta?" tanya Daniel.

"Ahh, i-iya. Mas bule ini?" balas gadis pirang itu.

"Oh, jangan panggil saya bule. Saya asli Indonesia kok. Memang rambut saya asli pirang," jawab Daniel.

"Rambut mas indah ya?" balas gadis itu.

"Heee?" jawab Daniel merona, muka dia langsung berubah merah muda.

"Ah-maaf! Maksud saya rambut mas ketika terkena sinar matahari begitu bagus. Warnanya seperti kuning keemasan," ujar gadis aneh itu sambil blushing.

"Ah-begitu ya? Rambutmu ternyata pirang juga ya?"

"Owh.. itu benar. Saya keturunan bule. Nenek saya dulu dari Australia."

"Owalah, begitu ya?"

"Hm... Nama saya Venus. Salam kenal," ucap gadis itu sambil menjabatkan tangan)

"Owh iyaa, haha. Nama saya Daniel. Salam kenal juga ya."

"Ngobrolnya pakai aku kamu aja ya Dan, hehe. Tidak masalah kan?"

"Ah-tidak apa-apa kok!"

"Ngomong-ngomong Daniel kuliah disini?"

"Iyaa, aku kuliah di fakultas Sastra Inggris. Tunggu sebentar, biar kutebak. Kamu juga kuliah disini kan?"

"Tentu saja. Aku sebenarnya naik kereta listrik yang sama denganmu. Namun, karena aku belum mengenalmu aku jadi tidak menyapamu. Haha, maaf ya."

"Tidak masalah. Lain kali mungkin kita bisa naik kereta listrik yang sama dan mengobrol bersama?"

"Tentu saja. Aku bakalan senang banget."

"Eh, begitu ya?" Daniel blushing. Entahlah. Perasaan ini seolah membuat Daniel melupakan bahwa dari tadi Daniel memikirkan Dilla.

"Wah, pipi kamu memerah!"

"Eh, masak sih?"

(Venus mendekati Daniel.)

"Waduh, badan kamu kok panas. Mau kuantar ke UKS ?" kata Venus sambil menyibak rambut pirang Daniel kebelakang lalu memegang dahi dan pipi Daniel.

"Aahh, ja-jangan terlalu dekat-dekat!" balas Daniel segera mundur, menutup mukanya dengan tangan kanannya.

"Wah.. maaf! Aku tidak tahu kalau kamu jadi panas begini-"

"Ya sudah sa-saya pergi du-dulu ya!"

"Eh.. tidak perlu saya antar ke UKS?" tanya Venus sambil mendekati Daniel.

"Ti-tidak perlu! Sa-saya bisa kesana sendiri!"

RashTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang