Previously,
Daniel langsung terlihat blushing sampai sengaja menurunkan poninya untuk menutup mukanya. Rafli dan Tiang berusaha mendengarkan namun karena si Tiang salah gerak, membuat keduanya terjatuh.
"Aduh... sembunyi yg bener dong Tiang gede!!!"
"Sori lur tidak sengaja ehe .."
Si Dilla sontak langsung blushing sepenuhnya hingga kelihatan hampir pingsan, lalu segera berterimakasih kepada Daniel karena mau menerimanya dan langsung lari.
"Eh .. Dilla tungguin!!" teriak Daniel.
Terlambat si Dilla sudah naik lift kebawah.Dilla's PoV
Sudah berjam-jam Dilla berusaha tidur, namun tidak kunjung berhasil. Dia selalu saja masih ingat kejadian tadi sore. Saat kedua teman Daniel menangkap basah Daniel dan Dilla berbicara bersama-sama.
Padahal si Dilla sudah menunggu sampai ruangan kampus sepi agar bisa memberikan surat itu kepada Daniel. Surat yang dulu ingin sekali dia kirimkan.
"Mungkin kalau turun kebawah sebentar dan menjernihkan pikiran, bisa membuatku tertidur dengan lelap."
Dilla turun dari loteng ke bawah. Kamar dia khusus ada di loteng karena dia sendiri yang memintanya. Kamar tersebut didokerasi sedemikian rupa agar tidak menyerupai loteng penyimpanan barang-barang rumah.
Seluruh boneka-boneka Dilla tersimpan bersih didalam lemari-lemari kaca disetiap sudut ruangan. Kerlap-kerlip lampu-lampu pelangi yang bergantungan naik turun menerangi ruangan, karena sudah larut malam sehingga lampu utama tidak dinyalakan.
Hampir seluruh barang Dilla ada diruangan ini, selain karena Dilla selalu malas turun, dia juga lebih suka didalam kamarnya. Beberapa novel juga bertumpuk diatas meja belajarnya.
"Eh... kamu belum tidur ndok?"
"Belum buk, Dilla susah bobok!"
"Ya sudah, ambil susu dan roti, nanti juga ngantuknya dateng."
"Ibu kok gak tidur?"
"Biasa ndok, nunggu bapakmu dateng, padahal jelas-jelas usianya sudah kepala empat, tapi kalau pulang masih selalu larut."
"Ibu gak ngantuk?"
"Gak kok ndok, sudah tidur siang tadi soalnya."
"Owh.." tutup si Dilla sambil melahap roti dan meminum susunya. Dia ikut duduk disebelah ibunya diatas sofa yang sedang menikmati acara bola tengah malam.
"Bu... "
"Iyaa, ndok?"
"Ibu ingat Daniel?"
"Daniel? Temen kamu waktu SD dulu?"
"Dia sejurusan sama aku bu sekarang."
"Owalah, itu mah kamu sudah pernah cerita dulu."
"Dilla ngasih surat yang Dilla simpen bu."
"Lho, kok kamu kasih? tidak buat kenang-kenangan saja?"
"Habisnya sudah lama Dilla tidak ketemu Daniel. Sekalinya ketemu, tidak nyangka Daniel sudah banyak berubah."
"Wah... ciee.. akhirnya anak ibu bisa suka sama orang nih, uhuy uhuy!"
"Aduh bu jangan godain Dilla dong!!"
"Hahaha iyaaa iyaaa."
"Ya udah ya bu, Dilla lanjut ke kamar. Mau bobok."
"Kiss bye ndok." "Muahh muah "
"Muaah juga buk hehehheh".
Akhirnya, ternyata yang membuat dia tidak bisa tidur adalah beban. Dia ingin sekali bercerita kepada seseorang dan sekarang berhasil. Dia sungguh-sungguh beruntung memiliki ibu yang asik seperti ibunya.
Preview Strange Behaviour PoV
"Hhfftt ... malam ini begitu melelahkan, aku bahkan tidak bisa langsung tertidur, setelah mengerjakan tugas."
"Untung saja deadline-nya masih beberapa hari lagi."
Daniel yang sudah sampai di rumahnya beberapa jam lalu merebahkan badannya yang telanjang setengah dada tersebut di atas kasurnya.
Dia mengusap rambut keemasannya dari mukanya, sambil melihat ke atas dinding kamarnya. Yang sudah banyak berubah sejak dia masih SMA dulu.
Saat dia masih SMA, rumahnya belum sebagus sekarang. Keluarganya sempat mengalami permasalahan ekonomi hingga tempat tinggal saja sedikit "rusak".
Namun, itu semua berubah setelah dia membantu kedua orang tuanya untuk bekerja selama beberapa bulan. Secara ajaib, mungkin mukjizat dari Tuhan, semuanya berubah.
Ayahnya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Ibunya yang sudah memiliki bisnis online shop kini dapat membesarkan cabang ke beberapa daerah. Dan semua itu berubah kecuali adiknya yang sudah SMK namun sikap pemalasnya tidak pernah hilang.
"Seandainya bukan aku yang tertua."
Ucap Daniel sambil memegang foto keluarganya. Ibunya yang cantik berambut pirang panjang duduk dikursi tengah sementara dia disebelah kiri ibunya dan ayah serta adiknya berada disebelah kanan ibunya.Papanya tinggi besar dan kuat. Kelebihan ini menurun kepada kedua anaknya. Walau bedanya, si Tama (Pratama) lebih tinggi sedikit dari kakaknya.
"Bagaimanapun juga mereka keluargaku, hanya mereka yang menemaniku dari awal hingga akhir."
"Aku tidak ingin mengecewakan mereka!"
Daniel mengucapkannya sambil membenarkan posisi tidurnya dan meletakkan kembali foto tersebut.
Besok adalah hari penting.
Daniel pun ketiduran. Dalam kondisi tangan terlentang serta lutut kaki menjorok dekat kasur tentunya. Dalam waktu setengah jam, tidurnya sudah begitu pulas.
Lalu dari balik pintu kamarnya, seorang wanita berambut pirang bersanggul menghampiri anaknya. Dia membenarkan posisi terlentang anaknya dan membereskan beberapa barangnya yang berantakan.
Sesudah selesai, dia duduk di kasur. Tepat disebelah Daniel. Lalu membelai rambut pirang anaknya dengan penuh kasih. Senyumannya mengembang dengan sedikit tatapan lesu.
"Maafkan mama ya nak. Mama pulang malam lagi."
Daniel masih tertidur pulas. Bahkan dengkurannya sangat keras. Mamanya hanya bisa meringis dan tertawa pelan. Dia lalu mencium kening anaknya dan berkata, "Selamat tidur ya, Daniel sayang. Matahari mama."
Sesudah itu, mamanya berlalu sambil memainkan sebentar rambut anaknya dan melepasnya. Seperti Gothel yang suka memainkan rambut Rapunzel.
Mama Daniel pun menutup pintu tersebut dan kembali ke ruangannya.
☆☆☆☆
Siang semua 🖐 Hehehe aku update lagi nih :D
Sabar yaa
Beberapa episode kedepan bakalan mendebarkan uhuy wkwk
Terimakasih sudah mampir dan jgn lupa vote + comment yaa :D
Jaga diri yaa 😆🖐
KAMU SEDANG MEMBACA
Rash
RastgeleHidup itu bukan hanya soal menjalani, tetapi juga soal menerima dan berjuang disetiap langkah. Tidak perlu merasa sendirian, karena bila menoleh kebelakang, ada orang lain yang peduli pada kita. ••• •isinya rada absurd. Beberapa adegan mungkin unik...