Happy Reading...❤️
Sekarang Maira berada dikelas 3 SMA, menjadi seorang gadis cantik, pintar, ceria, dan selalu tertawa. Kalo kalian berfikir semua masalahnya sudah berakhir, kalian salah, semua itu belum berakhir. Maira hanya menjadi gadis yang ceria ketika ia disekolah, sesampainya dirumah ia akan merasakan kesepian dan sendiri.
Sepulang sekolah ia hanya diam dikamar dengan ponselnya atau bermain bersama kucing kesayangannya yang bernama Milo, setiap malam bahkan setiap harinya ia hanya bisa memasangkan headset pada kedua telinganya dengan volume keras agar ia tidak dapat mendengarkan perdebatan kedua orang tuanya, tak jarang ia merasakan kesedihan yang amat mendalam dan merasa bahwa ia sendirian didunia ini.
Banyak yang bilang kalo Maira merupakan gadis yang sangat beruntung, menjadi seorang gadis cantik dengan segudang prestasi, dan selalu ceria membuat orang-orang mengatakan bahwa ia merupakan seorang gadis yang mendekati sempurna, namun mereka semua tidak tau apa yang selama ini ia rasakan. Menjadi harapan keluarga satu-satunya, yang membuat ia ditentang harus melakukan segala hal, dan juga ia harus selalu mendapatkan nilai A+ dikelasnya, selain itu ia juga harus selalu mendapatkan peringkat tiga besar, jika tidak, ia akan berhadapan langsung dengan ayahnya dan harus siap mendapatkan caci maki ataupun perlakuan kasar ayahnya.
Ketika ia diperlakukan kasar oleh ayahnya ia hanya bisa diam sambil menahan air matanya agar tidak menetes yang memberikan kode kepada bundanya bahwa ia baik-baik saja, ia tidak mau bundanya mendapatkan perilaku kasar ayahnya juga, karena telah membela dirinya. Jika kalian bertanya apa yang membuat Maira bertahan sampai detik ini? Jawabannya adalah Maira percaya kalo kehidupan itu berputar seperti roda, akan tiba masanya dimana ia akan merasakan kebahagiaan yang selama ini hilang.
***
Angin berhembus menerpa wajahnya, dengan mata terpejam merasakan sapuan angin dingin yang berhembus malam ini sambil merentangkan tangannya. Lantai dibawahnya yang sedang ia pijaki terlihat sedikit masih lembab dan terdapat beberapa genangan air karena tadi baru saja turun hujan deras mengguyur kota dengan julukan Paris Van Java ini dengan lihainya.
Dengan perlahan ia membuka mata dan mendapati pemandangan yang sangat indah, langit malam yang gelap dengan bintang-bintang dan bulan memberikan cahaya membuat langit terlihat sangat indah. Sepersekian detik ia tersenyum kemudian digantikan dengan kesenduan diwajahnya, ia menundukan kepalanya dan melihat kebawah dari atap rumah ini, mendapati kerumunan orang yang berlalu lalang dijalanan tak jauh dari rumah yang ia tinggali. Ia tersenyum pedih ketika melihat seorang anak kecil yang sedang disuapi oleh ibunya dan dipangku oleh ayahnya, lalu mereka bertiga tertawa bersama dengan lepas.
“Ra, ayo masuk diluar dingin nanti kamu bisa masuk angin” ucap seseorang yang kasih sayangnya sangat Maira rindukan, siapa lagi kalo bukan bundanya. Mendengar ucapan itu Maira hanya diam dan menahan tangisnya. Meskipun bunda dan ayahnya sering bertengkar, Maira tetap sangat menyayangi bundanya, ia tau bundanya seperti itu karena ingin Maira mendapatkan keadilan. Namun sayang, cara yang dilakukan salah, sehingga sekarang semuanya hancur dan membuat Maira merasa sendiri. Meskipun teman Maira disekolah banyak, tetapi tanpa kasih sayang orangtua Maira tetap merasa kesepian dan sendirian didunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maira's Life [Proses Penerbitan]
Teen Fiction"Aku pikir, aku gak sanggup, tapi ternyata salah. Aku mampu berdiri diatas kedua kakiku sendiri. Terimakasih ya "aku" udah bertahan!" **** "Rumah adalah tempat paling nyaman" perumpamaan itu pasti diharapkan...