Gimana puasanya masih lancar? Sehat-sehat ya kalian:')
........................................................................
Terus menelungkupkan wajah manisnya di meja tanpa sadar membuat air matanya menetes begitu deras. Sabita tidak mengerti dengan hatinya saat ini. Ia marah, merasa di bohongi, ragu dan takut.
Tapi yang lebih dominan adalah takut, entah takut pada apa.
Terlalu lama menangis membuat kepala nya pusing, untung saja guru nya sedang berhalangan datang dan bisa di pastikan guru mata pelajaran selanjutnya pasti tidak akan datang. Memang seperti itu, datang hanya dua atau tiga kali dalam sebulan. Memberi tugas hanya di suruh mencatat dan jelas bisa di kerjakan di rumah.
Akhirnya ia memutuskan untuk ke toilet sendiri, setelahnya berdiam diri di perpustakaan lewat tangga satunya lagi, agar kecil kemungkinan ia bertemu Fahri. Perpustakaan adalah tempat yang pas untuk menyendiri apalagi di saat jam pelajaran seperti ini, pasti perpus sangat sepi.
»»»
Buku kosong nya sudah terisi oleh coretan abstrak. Fahri terus memikirkan Sabita ia tidak peduli dengan tugas yang di berikan guru mapel. Sabita seperti tak menyukai keberadaannya.
"Woy! Kenapa si lu?! "Tanya Ilham yang duduk tepat di belakang nya.
Fahri duduk dengan Ganesha yang entah kebetulan duduk sendiri atau memang menyendiri. Karena kalau di lihat Ganesha itu orang pendiam daripada teman-temannya.
"Nggk. "Fahri berdiri dan melenggang pergi ke arah meja guru, sedikit berbincang lalu keluar kelas.
"Mau kemana tuh anak? "Tanya Ilham
"Gatau. "Jawab Ganesh yang tengah sibuk dengan alat tulisnya.
Dua tahun ia sekolah disekolah nya yang lama, tak pernah sekalipun ia menginjakkan kaki nya di toilet, benar-benar tidak pernah. Namun sekarang, ia berdiri di depan wastafel toilet sekolah membasuh muka berharap pikirannya yang tidak fokus dan semrawut bisa pulih.
Menghembuskan nafas berat dan kembali ke kelas, karena bolos sangat tidak memungkinkan bagi nya sebagai siswa baru.
»»»
"Assalamualaikum, pak."Salam Bita saat membuka pintu perpustakaan. Ia memang akrab dengan penjaga perpus itu saking sering nya datang ke perpustakaan.
"Waalaikumsalam. "Jawab penjaga perpus yang sedang fokus pada layar komputer.
Sabita berjalan menuju rak paling ujung. Sebenarnya meja baca yang disediakan ada di tengah ruangan, namun tempat favorit Sabita tak lain adalah tempat paling ujung yang ada di ruangan ini.
Tepat di sebelahnya ada jendela terbuka yang menyuguhkan pemandangan persawahan hijau, mengalirkan angin sejuk yang menenangkan. Bita tidak membaca, ia hanya melamun sembari memandang, memikirkan betapa indah ciptaan Tuhan namun kenapa tidak dengan hidupnya?
Tuk... Tuk... Tuk...
Suara telapak kaki yang beradu dengan lantai kayu terdengar tepat ke arah rak paling ujung.
"Loh, Bita! Kirain bapak kamu mau pinjem buku, melamun lagi? "Tanya penjaga perpus sembari menata buku yang baru di kembalikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Ficção Adolescente"Berawal dari sebuah kata yang menumbuhkan rasa. Ketika jarak tidak berarti apa-apa bagi kita. Tapi setelah apa yang terjadi, apakah aku akan baik-baik saja saat dia semakin pergi menjauh. " Sabita Fiona gadis manis dengan dua lesung pipi mempunyai...