Memo : 5

6 0 0
                                    

Yoyoyo apa kabar?

.................................................................................

Yang menguatkan hubungan Long Distance Relationship nya dengan Fahri selama ini adalah 'kepercayaan'. Karena itulah Bita mempercayai janji bodoh yang seharusnya tak ia percayai. Janji yang membuat nya menaruh harapan besar.

Ibu yang seharusnya menguatkan berbanding terbalik dengan yang ibu Bita lakukan. Mengikis psikis Bita dengan perlahan. Ayah dan ibunya bercerai saat ia masih kelas satu sekolah dasar. Ayah nya ketahuan sudah menikah lagi, bahkan memiliki anak yang sekarang seumuran dengannya. Setelahnya ibu Bita merantau ke luar kota karena ayahnya tak lagi menafkahi. Sedangkan saat itu ia memiliki satu kakak laki-laki dan satu perempuan yang masih sekolah.Sehingga ia tinggal dengan nenek. Dan itu adalah awal kesengsaraan nya.

Ia dan kedua kakaknya selalu di paksa melakukan pekerjaan rumah oleh sang nenek. Jarang di kasih uang jajan dan penderitaan lainnya. Bertahun-tahun ibunya tak pulang. Saat Sabita duduk di bangku Mengengah Pertama ke dua kakaknya sudah lulus dan merantau juga. Saat ia mendaftar di SMA ibu nya pulang. Yang awalnya ia pikir akan menjadi pahlawan ternyata tidak. Sang nenek kembali ke rumah nya dan Sabita tinggal dengan ibu. Entah hal apa yang terjadi dengan ibu nya. Sehingga Bita benar-benar tak mengenali sifat sang ibu yang dulu penyayang.

Sabita biasa bangun jam setengah lima. Shalat, mandi, membersihkan kamar, membuat sarapan untuk nya sendiri, menyapu dan bersiap ke sekolah. Tak muluk-muluk, kesekolah ia hanya menggunakan pelembab wajah dan lipbalm. Setiap hari kegiatannya seperti itu. Berbahagia lah kalian yang sampai sekarang masih di sediakan sarapan oleh ibu.

Semalaman ia menangis, selesai mandi ia langsung mengunci diri di kamar bahkan tidak makan atau belajar. Pikirannya sangat kacau, bayang-bayang itu kembali muncul menjadi mimpi buruk yang akan terus menghantuinya. Dalam kegelapan kamar ia meringkuk dengan kuping yang mengenakan earphone.

Setelah dirasa sudah beres semuanya, Bita melangkah keluar lalu mengunci pintu. Baru saja membalikkan badan ia sudah melihat motor terparkir di depan rumahnya.

"Assalamualaikum Pagi Sabita. "Sapa seseorang yang ada di atas motor itu setelah melepas helm.

"Waalaikumsalam Pagi kak. "Jawab Bita sambil memberikan senyum terbaiknya walau dengan terpaksa, karena sebenarnya untuk seringai kecil pun ia malas.

Sabita naik ke atas motor itu, setelah ke dua nya memakai helm, motor pun melaju dengan kecepatan sedang karena jarak sekolah dengan rumah Sabita tidak terlalu jauh dan lagi pula mereka tidak sedang ke siangan.

"Kemarin kenapa langsung pulang? Kakak lihat kayaknya kemarin kamu juga nangis, kenapa hm?" Tanya Ganesh, ia sudah menganggap Bita seperti adiknya sendiri maka saat di rasa ada yang tidak beres pada Bita, ia merasa sangat khawatir.

"Enggak kenapa-napa kok. "

"Enggak mungkin enggak kenapa-napa, malam kakak telpon tapi handphone kamu gak aktif-aktif."

Dasar cewe, kalau di tanya gapapa mulu, gerutu Ganesh

"Kakak yang cowo juga kalau di tanya suka jawab 'gapapa'. "Jawab Bita ketus mendengar gerutuan Ganesh.

"Ck, kakak khawatir sama kamu, kalau kakak cuek kamu bilang kakak udah gak peduli. "Ganesh menolehkan kepala nya kebelakang menatap tepat ke arah mata Sabita.

"Biarin. Gausah tengok-tengok belakang kalau kecelakaan gimana! "Bita menepuk bahu Ganesh agak kencang.

Setelahnya tak ada yang bicara sampai di parkiran sekolah. Setiap pagi Bita akan jaga di gerbang bersama anggota osis yang lain guna menertibkan anak-anak yang melanggar aturan sekolah.

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang