memo : 8

4 0 0
                                    

P for punten😉

..............................................................................


Bita keluar dari ruang ganti selesai mengenakan karategi-nya. Saat ia melewati barisan loker, beberapa junior Yang ada di sana menyapanya. Posisinya di dalam ekskul karate ini hanya anggota biasa.

Ruang olahraga di sekolahnya cukup besar dan ada beberapa cabang olahraga lain. Bita mencari Fahri ke beberapa ruangan dan ternyata Fahri berada di ruang futsal. Laki-laki itu sangat menyukai futsal.

Bita menghampiri Fahri yang sedang melihat-lihat beberapa foto dan penghargaan dari alumni futsal sekolah ini. Terlihat Fahri menyentuh lemari kaca tepat di dalamnya terdapat sebuah piala. Ia tidak tahu maksud dari itu. Fahri orang yang sulit bercerita kepada orang lain termasuk kepadanya, Bita mengetahui beberapa hal tentang Fahri dari mama Fahri sendiri. Jika ia bertanya maka Fahri hanya akan menjawab "Aku gamau kamu banyak pikiran. Cukup pikirin bahwa aku selalu ada buat kamu dan selalu mencintai kamu. " Dan lagi, Sabita tidak mengetahui alasan kenapa Fahri mengatakan itu.

"Fahri. "Mendengar suara Bita, Fahri langsung menurunkan tangannya dengan cepat dan ia berbalik.

"Eh, kamu udah selesai? Ayo. "Fahri bertanya dengan senyum terukir, namun matanya mengatakan yang sebaliknya, Bita bisa melihat itu.

Kemudian Bita hanya bisa mengangguk dan mereka keluar.

"Kata mama kamu, kamu suka futsal, tapi aku gak pernah lihat kamu main futsal? "Fahri suka futsal tapi Bita tidak pernah melihat laki-laki itu main atau sekedar berbicara tentang futsal. Padahal yang Bita tahu, Fahri cukup berprestasi dalam futsal. Atau memang Fahri berprestasi dalam banyak bidang namun tak pernah ia tunjukan.

"Dulu, sekarang udah males, enakan nongkrong kalau enggak balapan motor sama anak-anak. "Dia sudah tak butuh itu karena itu bukan keinginannya.

"Umm, balapan ya? Itu gak baik, tapi... Aku percaya kamu bisa jaga diri. Lakuin hal yang sesuai keinginan kamu. "Fahri melongo

"Kamu gak marah? Serius? "

"Enggak, dalam beberapa hal, kita cuma punya kesempatan satu kali seumur hidup, lebih baik menyesal karena pernah melakukan daripada tidak samasekali. Kamu ngelakuin itu waktu dulu, sekarang udah enggak lagi. "

"Tapi bisa aja kan? Aku ngelakuin balapan lagi di belakang kamu. Suatu saat mungkin? "

"Itu tandanya kamu melepas salah satu orang yang kamu cintai dan aku yakin kamu gak bakal ngelakuin kesalahan yang sama. "Fahri terdiam, ucapan Sabita benar.

"Udah pada nunggu di lapangan, aku ke sana. Bye. "Bita melangkah menuju lapangan sebelum Fahri mengatakan apapun.

»»»

Dari teras suatu kelas yang menghadap langsung ke arah lapangan tempat Bita berlatih, Fahri sedang duduk memperhatikan. Latihan Bita di mulai dari pemanas dan seterusnya.

Hingga latihan selesai. Fahri mengantar Bita pulang
Sesampainya di rumah. Fahri melihat omnya yang sedang duduk di teras dan terlihat sedang mengobrol di telephone.

"Assalamualaikum om. "Fahri mencium tangan omnya.

"Waalaikumsalam. Papa kamu nih Ri. "Balas omnya sambil menunjuk handphonenya.

"Oh, Fahri masuk dulu ya. "Dia melenggang meninggalkan omnya sendirian. Samar-samar terdengar omnya bercakap. "Iya, dia baru pulang. Habis nganter pacarnya dulu pasti. Biasalah anak muda. "Kurang lebih seperti itu.

Selesai membersihkan badan Fahri di panggil untuk segera ke meja makan. Beberapa hidangan yang menggugah selera sudah tersaji bahkan ada makanan favoritnya. Iya sangat bersyukur mempunyai om dan tante yang sangat baik dan tidak membeda-bedakan Fahri dengan sepupunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang