05. Pergi ke Villa

141 26 3
                                    

Kosong Tiga:
[ 05 ]
–pergi ke villa.







selamat membaca-!




Pukul 06.00

Jingga terbangun, menatap sekeliling. Ternyata teman-teman perempuannya itu masih tertidur pulas. Terlebih lagi, Alesha, terdengar dengkuran halus dari mulutnya yang terbuka sedikit.

Walaupun seperti itu, gadis dengan mulut sedikit terbuka itu tetap terlihat cantik. Salah satu kelebihan Alesha yang menarik bagi Jingga. Lia pun begitu, dalam keadaan tidur pun dia tetap anggun.

Pantas saja, seorang Alterio bisa jatuh hati padanya.

Bangkit dari kasur, Jingga memutuskan untuk mandi dan dengan sebelumnya mencuci wajahnya.

Usai mandi dan memakai kaos tipis dibalut dengan hoodie yang selalu ia bawa ke mana-mana. Desa Merpati ini sangat dingin di malam dan juga pagi hari.

Tanpa ac pun mereka bisa tertidur pulas hanya karena suhu udara yang rendah, alias dingin. Seperti di puncak lah ibaratnya. Tapi di Desa Merpati jauh lebih dingin.

Menutup kepalanya dengan tudung hoodie miliknya, lalu menyambar susu rasa vanilla nya dan bergegas keluar dari kamar yang semalam ia tiduri.

Gadis berhoddie itu berjalan pelan, sambil menunduk. Tiba-tiba, ia teringat akan almarhum ayahnya.

Dia berhenti, mengangkat wajah lalu memandang villa itu dari kejauhan. Ingatan-ingatannya tentang ayahnya itu berputar di otaknya. Membuat matanya basah.

Ayahnya adalah salah satu korban kebakaran villa itu. Waktu itu, ayahnya dan juga rekan kerjanya ditugaskan untuk ke Desa Merpati ini dan sialnya mereka menginap di villa itu.

Makanya, Jingga tau menahu tentang villa ini sebab itu. Dan, satu lagi. Kematian ayahnya itu dirahasiakan oleh keluarganya. Teman-temannya hanya tau bahwa almarhum ayah Jingga kecelakaan saat bertugas.

Entah motif apa keluarga Jinggga memalsukan penyebab kematian ayahnya. Dia sampai sekarang pun juga tak tau.

Kembali ke sekarang.

Jingga menghela nafas pelan, menatap villa itu dengan perasaan berkecamuk. Dia benci sekali dengan villa itu.

"Ayah kumohon kembalilah..." gumam Jingga, nyaris tak terdengar.

" gumam Jingga, nyaris tak terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 10.00

Genk Dream sekarang tengah berada di rumah Nahes. Lebih tepatnya mereka lagi jemput gadis desa itu untuk menemani mereka ke villa.

"Kita boleh kan ke sana Na?" tanya Alesha yang terlihat ragu-ragu untuk pergi masuk ke dalam villa.

"Iya boleh, lagi pula ini masih pagi." jawab Nahes. "Ayo! Kita pergi ke sana."

Semua mengangguk, mereka berjalan mengikuti dua gadis beda tinggi - Jingga dan Naheswara - yang berada di paling depan.

"Gue kok deg degan ya, Li?" Alesha bertanya sambil meletakkan telapk tangannya di dadanya.

"Gue juga Ca." timpal Lia.

Aksa yang sedari tadi menatap punggung cewek berambut pendek itu membuat Dimas yang berada di sampingnya itu memandang heran ke arah teman laki-laki nya itu. Pasalnya, cowok itu sedari tadi tersenyum-senyum sendiri.

"Woi," Dimas menyenggol bahu Aksa, membuat yang disenggol jadi linglung.

"Kambing lo Mas! Untungnya gue kaga nyusruk!" Seru Aksa galak teruntuk Dimas.

"Lagian lu dari tadi senyum-senyum sendiri mulu, napa dah?" tanya Dimas, merasa apa yang dilakukan nya tidak salah. Bukannya minta maaf :>

"Kepo ah," Aksa mengibaskan tangannya.

"Dih." Dimas memutar bola matanya, kemudian dia memutuskan untuk bodo amat sama Aksa yang senyum-senyum sendiri.

' sampe lo kesurupan, auto gue masukin ke cenel ytb l ' - batin Dimas .



Mereka telah sampai di depan villa. Semuanya berhenti saat Nahes yang memimpin jalan menghentikan langkahnya.

Di sana terlihat ada dua orang pria dewasa yang sepertinya berjaga di depan villa. Naheswara menghampiri ke dua pria itu.

Setelah berbincang-bincang, yang entah apa yang dibicarakan karena jarak Nahes dan ke dua pria dewasa dengan genk Dream cukup jauh.

Tubuh Nahes berbalik. "Sini! Kita boleh masuk." Serunya.

Genk Dream pun berjalan pelan menuju Nahes yang berada di pintu masuk villa tersebut.

Pintu villa yang sudah roboh, membuat pemandangan dalam villa itu sangat mengerikan.

Perlahan, mereka semua masuk ke dalam villa itu. Dipimpin Nahes yang di sebelahnya ada Jingga.

Gads yang sering dipanggil dengan sebutan ' Eca ' itu menelan ludahnya, dia merapatkan tubuhnya dengan Lia. Begitu juga sebaliknya. Bulu kuduknya saja sudah naik saat baru berada di luar.

Jingga menatap ke sekeliling. Dalam villa ini benar-benar hangus dan hancur. Membuat Jingga termenung. Ingatan tentang ayahnya itu kembali berputar.

"Kamu.. kenapa?" Nahes yang menyadari perubahan air muka gadis disebelahnya itu bertanya.

"Eh, enggak. Gak papa." Jingga merubah lagi raut mukanya. Padahal, Nahes tau bahwa kala itu Jingga tengah berbohong.

"Serem banget yak Mas," Aksa mengeluarkan hp yang ada disakunya lalu memotret bagian villa itu.

"Iya, njir." Dimas mengangguk, tanda setuju.

Mereka berpencar. Tidak berpencar juga sih. Rajan-Rio memeriksa sisi kanan villa. Dimas-Aksa sisi kanan villa. Dan cewek hanya memandang sekitar.

Sampai, tiba-tiba...






BRAK!!




PRANG!!





"!??"

hai, maaf baru apdet ya hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hai, maaf baru apdet ya hehe.
vote + komen biar lanjut-! hehe

KOSONG TIGA [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang