Trauma

120 23 2
                                    


**

Aku mulai memasuki sekolah taman kenak-kanak saat umurku 4 th disini aku bertemu dengan amel.Aku dan amel selalu bersama setiap bermain kita hanya bermain 2 orang karena teman-temanku saat itu sangat jahat kami diperlakukan sebagai pembantu setiap hari.

Pertemanan kami berlanjut saat masuk Sekolah Dasar kami memilih satu sekolah yang dekat dengan rumah kami saat disekolah dasar kami sama-sama mengalami bullying.

Kami selalu menangis saat pelajaran karena ulah teman-teman kami, anehnya guru-guru tak pernah bertanya kenapa kami menangis.Aku sangat kecewa dengan guru itu hingga sekarang kami sering dipukul kayu oleh mereka agar kami menangis jika, kami berhenti menangis mereka akan semakin keras memukulnya tidak ada hari tanpa menangis bayangkan saja kehidupan kami saat itu.

Bukan hanya dipukul mereka bahkan tak pernah mau berteman dengan kami,setiap pembagian kelompok hanya kami berdua yang tak pernah mendapatkan kelompok.Jika dapat pun kami selalu diasingkan dan dihindari oleh mereka. Jadi kami memilih mengerjakan sendiri dengan hanya bertulisan nama kami berdua.

Mereka selalu mengata-ngatai kami, memberitau semua orang agar tak mendekati kami.Aku tak pernah tau mengapa mereka seperti itu,apakah ada yang salah denganku? bukankah kita sama - sama manusia yang ingin menuntut ilmu.

Saat itu bagiku setiap hari adalah neraka, bagaimana tidak? mereka bahkan menatap kami dengan tatapan jijik seakan akan kami adalah kotoran.Merendahkan kami seakan-akan kami adalah orang yang pantas untuk diinjak-injak.

Aku selalu takut ketika keluar rumah takut mereka akan menyakitiku atau bahkan mereka akan menjelek-jelekanku didepan keluargaku.Jika mereka menjelek-jelekanku didepan keluargaku itu akan menyakiti perasaan nya dan mereka akan tau apa yang ku alami.

Waktu kelas 6 Sekolah dasar aku dan amel tidak dapat bagian menjadi petugas upacara.Diantara 70 murid hanya aku,amel, dan pipit hanya kami bertiga.

Setiap hari senin selalu menjadi hari horor untukku dimana aku harus berbaris dengan anak laki laki yang selalu membullyku.Terkadang aku diusir agar tidak satu baris dengan mereka terpaksa kami ikut barisan kelas 5.Aku sangat malu saat berbaris dengan anak kelas 5 mungkin saat itu mereka bertanya-tanya mengapa kami satu baris dengan mereka.Tatapan jijik teman-teman laki-laki ku,yang terlihat di wajah mereka bahkan masih kuingat hingga sekarang dan aku tak akan pernah melupakannya.

Dikarenakan aku memiliki postur tubuh yang agak tinggi tidak terlalu pendek dan memiliki kecerdasan yang bisa dibilang tidak dibawah rata-rata.Seringkali aku diajak mengikuti acara grak jalan dan lomba senam irama waktu kelas 6 pun aku pernah menjadi harapan guru-guru karena nilaiku paling tinggi satu sekolah saat mengikuti ujian sekabupaten.

Harapanku saat aku masuk smp,semoga mereka tak satu sekolah denganku yah namanya juga harapan masih kalah dengan kenyataan.Teman-temanku banyak sekali yang masuk disekolah yang sama denganku,tapi hanya 4 orang yang satu kelas denganku.

Ada satu perempuan yang bernama Mella dan 3 laki-laki aku sudah sangat takut saat itu,takut apa yang terjadi waktu sd ia ungkit kembali dismp.

Aku dan mella saat itu tak bersikap seperti seorang teman meskipun satu sekolah selama 6 th kami saling acuh bahkan tak berbicara.Tapi syukurlah aku bertemu dengan Lia jadi aku punya teman saat itu.

Hubunganku dan mella mulai membaik dari hari kehari hingga kita selalu bersama saat dilingkungan sekolah bahkan kami sempat bersahabat.Sewaktu smp aku dan teman laki-laki tak pernah akrab,bahkan kami sering berantem mungkin aku masih sedikit trauma takut mereka akan menyakitiku lagi seperti waktu sekolah dasar.

Saat kelas 9 smp aku mulai dekat dengan laki-laki ia adalah adek kelasku yang bernama arianto.Aku dekat dengan nya karena ia terlalu cuek dengan perempuan aku berniat meluluhkan hatinya.

Patah Dan TumbuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang