The first step || Chapter 5

230 36 14
                                    

Keyakinan, kepercayaan, semua ku torehkakn pada nikmatnya alam atas kuasanya. Maka ku ukir semua tentang mu, tentang nya dan tentang kita kelak. Bolehkah ku ketuk untuk sekali saja?

-


"Bang! Lihat sebelah sepatu ku tidak?!" Teriak Fiki dari atas.

"Di bawah sofa! Semalam dimaini sama Ironman!" Balas Shandy sambil teriak pula.

Sudah pukul delapan, satu jam lagi mereka harus stand by di sekolah. Sedikit kesal Farhan, sebab semalam ia sudah menuyuruh anak-anak untuk menyiapkan segala keperluan, tapi apalah daya mengurusi tujuh adik-adik ditambah adik gede yang se absurd Shandy dan Gilang.

"Buruan! Udah telat nih!"

Ko Weny datang dengan suara klakson didepan, membuat anak-anak sedikit berlari kearah mobil.

"Mana yang lain?" Tanya Ko Weny pada Farhan yang baru membuka mobil, disusul anak-anak dibelakang yang sedikit buru-buru itu.

"Fiki masih nyari sebelah sepatunya, abis dimaini sama Ironman semalam. Shandy bentar lagi nyusul, dia lagi nyisir Ko" Jelas Farhan. Ironman yang dimaksudnya adalah kucing hitam peliharaan Shandy yang bar-bar tingkat dewa.

Tidak lama, Fiki muncul di susul Shandy di belakangnya. Anak-anak sudah duduk rapi dalam mobil.

"Pintu belakang sama jendela, sudah dikunci tidak?" Tanya Ko Weny sebelum menyalakan mesin mobilnya.

"Sudah Ko. Bang Ricky yang kunci" Zweitson sambil melirik Ricky dibelakang yang sibuk membenarkan belahan rambutnya.

🍁🍁🍁

Fina mencengkram keras kertas merah jambu di tangan kirinya. Sebuah surat yang diselipkan di laci mejanya sedikit membuatnya kesal pagi ini.

Ia tidak takut dengan ancaman itu, walau sedikit ngeri akibat pada akhirnya ada yang menoleh padanya. Harusnya sampai akhir ia harus sendiri, seolah-olah bayangan yang tidak bisa mereka pegang, walau bisa dilihat.

Fina meremas surat yang ditulis dengan spidol merah itu, lalu menyimpannya dalam saku seragamnya. Siapa juga yang iseng mengerjainya begini?

Mungkin pikiran buruk jika langsung menebak Un1ty yang melakukannya¸tapi bukankah mereka terhormat? Dan tidak mungkin kan mereka menulis surat ancaman seperti ini?

Bodoh ah, Fina menyandarkan tubuhnya disandaran kursi. Sedikit lelah akibat meladeni orang-orang 'tak diundang' yang datang dirumahnya semalam.

"Harusnya ku patahkan saja lehernya" Gumamnya sedikit gusar mengingat sekitar empat orang laki-laki dewasa masuk rumahnya tanpa izin darinya.

Segerombol bandit? Anggap saja mereka pencuri. Itu sudah mewakili sikap tidak sopan mereka yang masuk kawasan rumahnya tanpa izin.

"Tak berpendidikan. Akibatnya aku harus mengganti kaca jendela belakang. Ughh"

Benar kaca jendela belakang pecah akibat 'atraksi' dirinya semalam. Sedikit melelahkan juga.

Fina memejamkan matanya, membiarkan angin pagi berhembus lewat jendela, mengusap wajahnya yang tidak ditutupi dengan tudung hitamnya. Satu menit, damainya.

Kedamaian yang baru dirasakan Fina langsung rusak ketika mendengar suara orang berlari-lari diluar kelas, berseru memanggil Un1ty dan beberapa nama personilnya yang lain. Mereka berlari layaknya segerombol banteng yang bersiap untuk menyerang.

About Her and Us || Un1ty [END ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang