Benar kata Zweitson, batu yang kuat akan terkikis juga pada akhirnya jika terus terkena air kan? Baiklah, ini langkah pertama. Melihat kamu tertawa seperti itu, membuat ku ingin menjadikan kamu milik ku.
"Hai" Kaku Fina, ngapain sih nyapa mereka?!
"Oh hai Ser. Nggak nyangka ya kita ketemu disini" Zweitson
Fina hanya mengangguk, tidak tau apa yang harus ia bilang.
"Sama siapa datangnya?" Tanya Zweitson lagi
Sebentar Fina melirik sepedanya yang terpapar sinar matahari diluar, lalu kembali menatap tiga orang didepannya
"Sendiri" Jawabnya pendek
"Beli apa?" Kali ini Fajri yang memunculkan dirinya disamping Fiki dan Zweitson
"Kaca jendela"
"Loh, kaca jendelanya emang kenapa?" Fiki, ikut dalam pembicaraan
"Pecah"
"Ekhem" Suara deheman dari kasir berhasil menarik perhatian keempatnya "Dua puluh lima".
Buru-buru Fajri lalu menyodorkan uang biru yang tadi diberikan Farhan pada Si Kasir. Mereka lalu keluar dari toko itu
"Mau ku bantu pasang kacanya?" Tercelus begitu saja tawaran dari mulut Fiki, membuat Fajri dan Zweitson sedikit kaget, pasalnya mereka di suruh buru-buru untuk membeli kran wastafel oleh Abangnya
Sejenak Fina terdiam. Ia belum pernah memasang jendela seorang diri. Biasanya Mang Ujang yang memperbaiki kalau-kalau ada yang rusak dirumah, tapi sayang Mang Ujang meninggal beberapa minggu yang lalu akibat serangan jantung. Apa salah kalau ku ajak mereka?
"Nggak ngerepotin?" Akhirnya Fina memberikan lampu hijau, sedang Zweitson sedikit tidak percaya. Ini Seraphine bukan sih?!
"Nggak banget!" Serempak Fajri dan Fiki menjawab dengan bersemangat.
"Bisa di sate kita sama Bang Han kalau lambat datangnya. Ini dua orang pengen banget deh gue santet" Batin Zweitson
"Kalau bisa kita pergi sekarang, sekarang juga bisa" Fiki lagi-lagi dengan bersemangat
Sedikit tertarik ujung bibir Fina, tapi sewaktu anak-anak melihatnya buru-buru Fina menghapus senyumnya. Siapa dia yang berhak senyum?
"Kalian sudah tau rumah ku kan? Aku akan kesana lebih dulu. Aku duluan" Fina sambil menaiki sepedanya sebelum kembali memasang tudung hitam yang selalu ia gunakan.
"Mampus kita. Gimana dengan ini?" Fajri setelah Fina tidak ada disana. Ia menunjuk kantung kresek yang ada di genggamannya.
"Udah, nggak papa. Kita tinggal minta maaf aja sama Abang-abang. Bereskan?" Fiki mengambil jalan tengah, bersiap menaiki motor Kawasaki milik Kak Patrick itu
"Nggak tau deh gue harus bilang apa" Zweitson" Kalau Bang Han nggak jadi neraktir kita satenya Bang Maman, pokoknya harus luh yang traktir"
"Iya iya. Udah, buruan naik. Nggak kangen kalian apa sama Aorora" Fiki sambil menaiki motornya.
Fajri mengangguk setuju, dari pada ditinggal akhirnya Zweitson naik juga, disusul Fajri dibelakang.
"Jangan ngebut-ngebut Fik! Bahaya!" Teriak Fajri dari belakang, serasa nyawanya ikut melayang setiap kali ada suara klakson mobil yang mem-pip mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
About Her and Us || Un1ty [END ✔]
Novela JuvenilPenulis: Assa'adatul Kamilah Seorang gadis perempuan misterius yang berhasil menarik perhatiannya. Kenapa ada rindu dalam dada sewaktu tak sengaja melihatnya? Kamu sebenarnya siapa?