Chapter 6 - Denyut Jantung.

219 105 99
                                    

Rara benar- benar sama sekali gak merasa curiga dengan Jeni. Rara benar- benar bisa di perdaya kapanpun sama sahabatnya sendiri yaitu Jeni.

"Oh iya, muka lu kenapa? Ko bengkak begitu pipi lu? Mata lu juga bengkak? Lu abis nangis ya semalem?" tanya Jeni pura- pura khawatir.

"Ah ini, semalem gua gak sengaja nabrak pintu. Karna sakit banget. Jadi, gua nangis semaleman haha." Ucap Rara bohong.

"Ko bisa nabrak sih?" tanya Jeni.

"Gua kecapean kemaren, jadi pas gua jalan ke kamar, gua gak sadar kalau gua dah nyampe kamar, jadinya nabrak deh ahahah." Jawab Rara masih bohong.

"Kecapean? Emang nya lu ngapain?" tanya Jeni yang bikin Rara langsung nengok.

"Haha ngapain aja ke, banyak nanya lu sumpah haha." Jawab Rara sambil tertawa.

"Ahaha namanya juga gua, gua kan kepo orangnya haha, kaya gak tau gua aja lu ahaha." Ucap Jeni sambil tertawa seolah benar- benar tidak tau.

"Yaudah ayo ke kelas, dah masuk kayanya." Ajak rara.

"Ayo." Jawab jeni.

Akhirnya mereka berdua turun dan langsung ke kelas untuk belajar. Beberapa jam kemudian, akhirnya Pelajaran terakhir pun selesai dan waktunya pulang.

"Ayo Jen." Ajak Rara.

"Gua bawa mobil." Jawab Jeni.

"Oh, tumben lu bawa mobil? Biasanya juga kagak haha." Tanya Rara sambil tertawa.

"Suka- suka gua lah." Jawab Jeni ketus yang membuat Rara langsung menatap ke arah nya.

"Haha iya iya." Ucap Rara singkat sambil tertawa canggung.

"Gua duluan ya, gua banyak urusan soalnya." Ucap Jeni tanpa menunggu jawaban Rara dan langsung pergi gitu aja.

Rara cuman bisa menatap Jeni yang mulai menghilang dari pandangannya. Entah kenapa Rara merasa ada yang berubah dari Jeni, Rara berfikir bahwa ini semua pasti gara- gara kejadian di kantin tadi. Rara berfikir bahwa Jeni masih marah gara- gara kejadian itu. Karena gak mau ngambil pusing, seperti biasa Rara selalu menunggu bus setelah pulang sekolah. Basanya dia selalu berdua sama Jeni, tapi sekarang tidak, karena Jeni sudah bawa mobil sendiri. Karna bus tidak kunjung datang, akhirnya Rara memutuskan untuk jalan sampai rumah.

TIN! TIN!

Rara benar- benar tidak mendengar suara klakson mobil tersebut. Rara terlalu sibuk dengan fikirannya, sampai Rara juga tidak tau kalau ada yang mengikuti nya.

"Akhh!!!!!" Teriak Rara yang kaget karena ada yang tiba- tiba menarik nya.

"Hey, tenanglah ini aku." Ucap Reyhan sambil menatap Rara yang terlihat ketakutan.

"REYHAN! LU MAU BIKIN GUA MATI KONYOL GARA- GARA KELAKUAN LU HAH!" Bentak Rara yang emosi dengan kelakuan Reyhan.

"Ahh, maafin aku. Lagian kamu kenapa? Aku klaksonin malah diem aja? Ngapain ngelamun sambil jalan? Kalau kamu celaka gimana?" ucap Reyhan yang malah bikin Rara nambah emosi.

"SUKA-SUKA GUA LAH! HIDUP- HIDUP GUA!" Ucap Rara dengan keras.

"Terserah kamu aja, ayo pulang." Ucap Reyhan kemudian narik tangan Rara dan masuk mobil.

"Gua gak mau! Jangan paksa gua!" ucap Rara keras yang terus memberontak tapi gak di hirauin sama Reyhan.

"Pakai sabuknya." Ucap Reyhan.

"Alah ribet!" jawab Rara dengan ketus.

Karna Rara tidak mau memakai sabuknya, terpaksa Reyhan yang memakaikan nya. Reyhan berusaha mendekati Rara untuk memakaikan sabuk nya, tapi Rara malah salah paham dengan menganggap bahwa Reyhan hanya berusaha untuk mencari kesempatan saja.

YOU ARE THE REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang