Sebatas Mimpi

29 10 0
                                    

#SadnesdayStory

By Wayzone

(Malam itu)
Vea berbaring di sofanya karena terlalu lelah. Sebelumnya ia melakukan sesi photo di luar kota dan baru sampai kediamannya pada sore hari. Tiba-tiba istirahatnya itu terganggu dengan gedoran pintu dan bunyi bel. Meski sedikit kesal ia langkahkan kakinya untuk menggapai gagang pintu. Begitu ia buka ternyata ada seorang petugas keamanan dan berkata;

"Mba budeg atau mau mati? Emang ngga denger ada alarm kebakaran?" Katanya dengan nada tinggi.

"HAH!!!" Vea kaget bukan kepalang.

Mata yang sayup setelah terbangun itu langsung membelalak. Kesadaran yang baru 20% itu berubah menjadi kepanikan 80%. - Tapi tetap saja menawan meski dengan rambut kusut -

"Aduh, aduh gimana ini?" Cerocosnya sambil keluar namun masuk kembali. Ia tidak tahu harus menyelamatkan diri atau hartanya dulu.

'seenggaknya gua harus bawa gadget' pikirnya sambil berlari ke dalam.

"Cepet Mba! Ini lantai 9 kita ngga bisa pake elevator" petugas tadi tambah kesal dengan tingkah konyol gadis ini.

Disisi lain Vea bergegas mengambil smartphone dengan logo huruf R yang tidak sempurna. Setelah mendapatkannya, ia segera berhamburan keluar dari pintu dengan nomor 7².

"Woi mba! Lewat jalur evakuasi yah, yang tandanya hijau!" Teriak petugas keamanan terkejut dengan percepatan yang dilakukan Vea.

'cewek edan, udah sepuluh menit alarm nyala, belom bangun juga.' Terbersit dalam hati petugas keamanan itu.

"Roger. . . Kijang masuk jalur cari mangsa." ia menyalakan HT memberitahukan bahwa satu lagi pasien yang harus ditangani.

Lantai pertama dan kedua mungkin cukup mudah bagi kaki kecil Vea. Tetapi memasuki lantai ketiga nafasnya yang mulai tak terkendali.

'nyesel gua jarang olah raga' menggerutu dalam benaknya sambil menarik napas dalam-dalam. Kemudian ia mendapatkan ide untuk menyusuri tangga dan . . . .
'Wuiz' tutup tempat sampah pun jadi skate dadakan. Luncuran awal ia hampir saja membentur tembok dan pintu. Kemudian mulai terbiasa. Yah, setidaknya empat belas kali berseluncur sudah cukup membuat papan stainless memiliki corak artistik.

'terima kasih tumpangannya' ia membuang begitu saja papan itu, setelah memberi penghormatan terakhir dengan memeluknya.

Telah menunggu seseorang pemberi arahan untuk berkumpul di halaman gedung. Vea baru sadar bahwa tetangganya sudah berkumpul di sana. Mereka sangat gaduh dan mulai mempertanyakan apa yang sedang terjadi. Membuat spekulasi dan beberapa diantaranya bergosip ria khas negara +62.

'Oh My God, untung masih sempet.' Vea memegang perutnya dan kembali mengatur napasnya.

"Perhatian semuanya untuk tetap tenang dan tidak panik!" Seorang dengan seragam polisi berkata melalui megaphone.

"Semuanya harap berkumpul di depan saya! Hey kamu gadis yang baru keluar, sini!" Tambahnya memberikan instruksi.
Vea yang melirik kanan-kiri menyadari bahwa dia adalah gadis yang dimaksud. Lantas mendekati asal suara itu. Juga semua orang mulai mengerumuni Sang Aparat. Vea berada di barisan paling depan.

"Oke. Kalian bisa tenang sekarang dan lihatlah ke atas gedung!" petugas itu memberi arahan sekaligus mengangkat tangannya ke atas sejajar dengan sisi depan gedung. Semua orang mengikuti perintahnya dan terpukau seolah tak percaya mata sendiri. Mereka baru menyadari setelah beberapa lampu tembak menyoroti sisi depan gedung.

Terdapat tulisan
(m)(a)(r)(r)(y) (m)(e)
Hingga tiba-tiba terdengar sebuah lagu yang diputar dari mobil polisi.

It's a beautiful night, we're looking for something dumb to do
Hey baby, I think I wanna marry you
Is it the look in your eyes, or is it this dancing juice
Who cares baby, I think I wanna marry you
Well I know this little chapel on the boulevard
We can go
No one will know
Oh c'mon girl
Who cares if we're trashed
Got a pocket full of cash we can blow
Shots of Patron
And it's on girl
Don't say no no no no no
Just say yeah yeah yeah yeah yeah
And we'll go go go go go
If you're ready, like I'm ready
'Cause it's a beautiful night, we're looking for something dumb to do
Hey baby, I think I wanna marry you
Is it the look in your eyes or is it this dancing juice
Who cares baby, I think I wanna marry you
Oh
I'll go get a ring
Let the choir bell sing like ooh
So what you...
(Marry You by Bruno Mars)

Muncul beberapa penari yang melakukan flashmob dan juga polisi yang sedari tadi memberi arahan juga ikut menari dan mengisi vokal lagu tersebut. Keramaian memberi tepuk tangan meriah dan beberapa siulan hebat.

Vea yang sedari tadi bergoyang menikmati alunan musik pun ikut terlarut dalam kemeriahan itu. Bahkan tak menyadari jika dirinya disinari lampu sorot. Ia terus melompat dan ikut bernyanyi hingga lagu tersebut berakhir.

Ia terperangah saat semua lampu tertuju pada dirinya dan polisi dengan megaphone. Sambil menoleh kanan-kiri seolah sedang mencari pertolongan.

'hah, ngga mungkin gua kan? Siapa juga yang bakalan ngelamar Loe? Pacar aja ngga punya, jangan mimpi!' Vea bertanya-tanya pada dirinya dan menepuk-nepuk kedua pipinya yang tak terasa sakit.

'bangun Ve! Bangun' ia coba membangunkan dirinya. Namun juga terheran mengapa mimpi itu tak jua berakhir.

Sampai dia melihat polisi tadi mengambil pose berlutut, membuka topi dan mengambil sesuatu di dalamnya dan kemudian menyodorkannya ke Vea. Maskernya ia buka dan . . .

'Hah, Gio? Ngapain dia? Aduh kenapa cowo baru kenal malah masuk mimpi gua sih? Aduh jangan-jangan gua suka sama dia lagi.' Vea berdialog dengan dirinya sendiri sambil menggelengkan kepalanya.

"Veanandi Wirasti, maukah dirimu untuk menemani kegilaanku selamanya?" Gio melemparkan lamaran dan memberikan buku saku pramuka.

"Terima! Terima! Terima!" teriak orang ramai yang mengerumuninya.

"Hah? Ini gua ngga ngimpi Gil?" Vea belum mempercayai apa yang terjadi.
"Hahahaha. Engga lah. Aduh, buruan pegel nih!" Gio tak sabar dengan jawaban dari Vea.
"Ouh no, it's not real. I just traped in heavy dream. No, absolutly Not." Vea berlari menjauh. Ia menangis dan kehilangan keseimbangan hingga terjatuh.

"Aww, . ." Keluhnya kesakitan.

'wait. Is it hurt? Gua ngga ngimpi. ouh my god, jahat banget dong gua tadi.' Vea telah menyadari sepenuhnya bahwa itu bukanlah mimpi dan mulai menyesalinya. Kemudian melangkah ke arah Gio dan menerkamnya dengan pelukan.

"Ouh, Gil!!! I am so sorry! Gua kira ini mimpi." Vea menangis tersedu. Bingung antara senang dan menyesal.
"Terus jawabannya?" Gio yang sudah kehilangan semangat setelah ditolak mentah-mentah belum bisa mengerti dengan kondisinya.
"Ouh itu yah. Engga mau ah." And then a k***ed happen.
[Karena kalo di TV ciuman itu di sensor]

---------------- N ---------------

TenLit CerPenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang