3. Kantor

765 92 2
                                    

Esok paginya, Jihoon telat bangun karena ia tidur larut sehabis kembali dari apartemen Soonyoung. Ia bergegas mandi dan memakai baju lalu berangkat kerja.

"Loh Soonyoung-sshi? Ada apa?" Tanya Jihoon yang terkejut karena Soonyoung ada di depan apartemennya.

"Kau mau kerja?" Tanya Soonyoung. Masih dengan tanpa ekspresi. Dari awal pertama memang seperti itu.

"Iya, aku duluan ya!" Jihoon bergegas meninggalkan Soonyoung, sebelum itu tangan Soonyoung menahannya.

"Aku antar."

"Tidak us—"

"Kau akan telat." Ucap Soonyoung seraya berjalan duluan. Jihoon menatapnya aneh.


~•~

Jihoon turun dari mobil Soonyoung. Soonyoung pun juga turun dari mobilnya. Jihoon menatap Soonyoung bingung.

"Kenapa kau ikut turun? Kau tak kerja?" Tanya Jihoon. Soonyoung masih diam. Seorang security menghampiri Soonyoung.

"Selamat pagi, Kwon Sajangnim." Soonyoung memberikan kunci mobilnya pada security tadi.

"S-sajangnim?!" Jihoon terkejut.

"Kau tak masuk?" Tanya Soonyoung lalu berjalan duluan.

"Yak yak yak! Lee Jihoon! Kau baru dua hari pindah sudah mendapat tumpangan dari pak bos kita?!" Wonwoo menghampiri Jihoon dengan heboh.

"Apa kalian berpacaran? Yak kenapa tak memberitahu kami kalau kau kekasih Kwon Sajangnim!" Giliran Jeonghan yang heboh.

"Sebentar. Tadi itu bos kita?" Tanya Jihoon bingung.

"Ne! Kwon Soonyoung, bos properti cabang ini." Ucap Jeonghan.

"Jinjja?!" Jihoon tak percaya.

"Aku lupa kemarin itu Sajangnim sedang keluar untuk rapat, jadi kau tak bertemu dengannya." Ucap Wonwoo.

"Sekarang jelaskan bagaimana kau bisa bersama Kwon Sajangnim?" Tanya Jeonghan.


























.
.
.
.
.


















Jihoon menunduk dalam seraya memainkan jarinya. Sekarang ini ia tengah berada di ruang kerja Soonyoung. Ia baru saja memberikan proposal yang ia kerjakan kemarin.

"Tolong tambahkan manfaatnya jangan hanya sekedar estetika. Toh barang yang akan dibuat berhubungan untuk kemudahan membantu kebutuhan sehari-hari." Ucap Soonyoung seraya menyerahkan kembali proposal itu pada Jihoon.

"B-baik Sajangnim." Jihoon membungkuk sedikit.

"Bagaimana lukamu?" Jihoon mengerjap lucu.

"N-ne?" Tanya Jihoon.

"Lukamu yang kemarin."

"S-sudah lebih baik." Ucap Jihoon pelan.

"Baguslah. Jangan lupa survei bahan yang mau dibuat untuk furniture pesanan customer hari ini." Jihoon mengangguk.

"Ne Sajangnim. Kalau begitu saya permisi dulu.", Jihoon membungkuk sedikit lalu pergi dari ruangan Soonyoung.

"Benar-benar manis." Soonyoung menyeringai.















.
.
.
.
.







Wonwoo dan Jeonghan saling menatap sesekali mengarahkan pandangannya ke Jihoon yang tengah melamun sambil mengaduk jusnya.

"Ji? Gwaenchana?" Tanya Jeonghan.

"Eoh? Gwaenchana Hyung." Jihoon tersadar dari lamunannya.

"Kau sedikit tak baik. Mau cek ke dokter?" Tawar Wonwoo.

"Gwaenchana. Hanya sedikit penat hehe."

"Jangan terlalu lelah. Kau bahkan belum mengerjakan design selanjutnya dari proyek kemarin. Oh ya, apa kau sudah mensurvei bahannya?" Tanya Mingyu.

"Sudah. Kualitasnya bagus sesuai standar perusahaan. Bahannya akan dikirim lusa." Ucap Jihoon seraya menyeruput jusnya.

"Lalu selagi menunggu arahan selanjutnya dari Kwon Sajangnim untuk proyek itu, kau mau mengerjakan apa Ji?" Tanya Wonwoo.

"Mungkin membuat design furniture buatan ku? Entahlah aku sedikit mengkhayal bisa menciptakan furniture tepat guna." Ucap Jihoon seraya tersenyum.

"Mingyu sudah bilang jangan terlalu lelah. Kau bahkan belum seminggu bekerja disini. Aku tak mau kau sakit!" Jihoon tertawa. Jeonghan benar-benar mirip ibunya.

"Yak jangan cerewet Han-ie!" Kata Seungcheol.

"Hahaha, iya Hyung. Aku hanya akan fokus pada pesanan-pesanan customer yang masuk selagi menunggu arahan selanjutnya untuk proyek kemarin." Ucap Jihoon.

"Baguslah."


























.
.
.
.
.


























Jihoon merapihkan mejanya. Sudah dua hari ini ia pulang malam terus. Sebenarnya kerjaannya bisa saja dilanjutkan besok, tapi Jihoon orang yang profesional. Bahkan di kantor sebelumnya Jihoon pernah tak pulang dua hari karena saking tak mau berpisah dengan kerjaannya.

"Pulang malam lagi?" Tanya seseorang.

"Yak! Astaga! Maafkan saya Sajangnim." Jihoon membungkuk setelah tahu siapa yang barusan ia bentak.

"Just Soonyoung kalau sudah di luar jam kerja."

"B-baik Soonyoung-sshi."

"Ayo pulang." Jihoon menatap bingung Soonyoung.

"Aku bisa sendiri. Kau duluan saja." Tolak Jihoon halus.

"Baiklah. Tapi aku punya satu kabar buruk, bus terakhir sudah lewat 7 menit yang lalu." Ucap Soonyoung seraya berjalan mendahului Jihoon. Jihoon melihat jamnya.

"Astaga! Tunggu! Soonyoung-sshi aku ikut!" Jihoon mengejar Soonyoung.

Sesampainya di parkiran mobil. Jihoon menetralkan nafasnya. Dan berusaha berbicara pada Soonyoung.

"Hosh hosh, bolehkah aku ikut denganmu?"

"Ck, sudah ku bilang tak usah menolak."

P E M B U N U H //SoonHoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang