4. Diculik

923 89 2
                                    

Jihoon merentangkan tangannya, meregangkan otot-otot tubuhnya. Sudah seminggu ia tinggal di apartemen ini, sudah 5 hari juga Jihoon bekerja di tempat kerja barunya.

"Tak terasa sudah akhir pekan saja." Ucap Jihoon seraya menatap pemandangan kota dari balkon apartemennya.

"AKHH!" Jihoon menoleh ke arah samping.

"Sepertinya ada yang berteriak tadi." Jihoon melihat ke arah jendela tetangganya. Siapa lagi kalau bukan apartemen milik Soonyoung.

"A-ampun AKHH!" Jihoon kembali terkejut. Suara perempuan berteriak kembali terdengar olehnya.

"Apa aku harus memeriksanya?" Tanya Jihoon pada dirinya.

DUG

DUG

Jihoon semakin terkejut ketika ia melihat perempuan menggedor-gedor jendela apartemen Soonyoung dari dalam. Ia bisa melihat perempuan itu berdarah dibagian kepalanya.

"S-siapa? Aku?" Jihoon menunjuk dirinya. Perempuan tadi seperti memanggilnya.

Tak lama pandangannya terhalangi dengan Soonyoung yang menatap tajam ke arahnya. Jihoon menatap Soonyoung tak percaya. Soonyoung segera menutup jendelanya dengan gorden.

"Y-yang tadi itu apa? Apa aku harus lapor polisi?" Jihoon segera masuk ke apartemennya dan mengunci pintu balkonnya.

"B-bagaimana bisa? Tadi itu Soonyoung kan? Siapa perempuan itu?" Jihoon memegang erat ponselnya.

TING NONG

Jihoon terkejut mendengar suara bel apartemennya yang berbunyi.

"A-apa itu Soonyoung?" Jihoon takut. Ia segera lari menuju pintu apartemennya. Sialnya ia tak memiliki lubang kecil dipintunya jadi ia tak bisa melihat siapa yang ada diluar.

TING NONG

Jihoon semakin takut. Ia tak tahu harus melakukan apa. Ia menarik kata-katanya kalau Soonyoung tak semenyeramkan kata orang-orang.

TOK TOK

TOK TOK

TOK TOK

Pintu apartemen Jihoon diketuk keras seperti ingin didobrak. Jihoon segera menjauhi pintu dan masuk ke kamarnya. Ia bersembunyi di balik selimut.

"Tuhan selamatkan aku kumohon! Maafkan aku jika aku jarang beribadah. Kumohon selamatkan aku Tuhan!" Tangan Jihoon gemetar.

CKLEK

Jihoon merasa seseorang berhasil masuk ke apartemennya. Entahlah bagaimana caranya Jihoon tak tahu. Tak lama terdengar suara derap langkah kaki.

"Tuhan kumohon! Tuhan—"

"Disini rupanya."

























.
.
.
.
.

























Jihoon membuka matanya. Ia menatap langit-langit kamar yang familiar menurutnya. Ini kamar Soonyoung. Ia terkejut dengan tubuhnya yang diikat. Kedua tangannya diikat ke atas kepalanya dan kakinya di ikat melebar.

"Bertemu lagi." Soonyoung masuk ke kamarnya kali ini tak membawa segelas teh. Malah pisau.

"K-kau! Apa yang kau lakukan?!" Jihoon berteriak karena Soonyoung merangkak ke atas tubuhnya.

"Harusnya kau tak pindah kesini, sayang." Soonyoung mengelus pipi Jihoon dengan pisaunya.

"L-lepas." Ucap Jihoon takut.

P E M B U N U H //SoonHoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang