Kondisi Jihoon semakin memburuk. Perkataan dokter bahwa Jihoon tengah mengandung kian memperpanik semua orang. Jihoon kini dirawat dirumahnya di Busan.
Wonwoo dan Jeonghan sampai harus ikut menginap agar bisa memantau kondisi Jihoon setiap saat. Sementara Mingyu dan Seungcheol akan menjadi saksi sebagai karyawan Soonyoung.
"Ayo buka mulutmu Ji." Ucap Wonwoo seraya menyendokkan makanan ke depan mulut Jihoon.
"Aku tak lapar." Ucapnya pelan. Wonwoo menghela nafas kasar. Lagi-lagi jawaban seperti ini.
"Kau harus memikirkan makhluk hidup yang ada di perutmu juga Jihoon!" Ucap Wonwoo sedikit menaikkan nadanya.
"Wonwoo benar, Jihoon-ah. Bagaimana ia mendapat asupan kalau eomma nya tak makan hm?" Tanya Jeonghan lembut.
"A-aku. Apa bayi ini akan lahir tanpa ayahnya? Apa bayi ini tidak akan pernah tahu siapa ayahnya?" Tanya Jihoon getir.
Wonwoo dan Jeonghan meringis ketika suara tangis memilukan Jihoon kembali terdengar.
"Jihoon-ah. Dengarkan aku, kau harus makan ya? Kita akan mengajukan banding bagaimana pun caranya, yang terpenting sekarang kau makan ya? Masa kau hanya mengandalkan susu saja." Jeonghan menangkup wajah Jihoon dan menghapus air matanya.
"H-hyung aku takut."
"Arra. Kau masih punya keluarga mu dan sahabat-sahabat mu disini. Jangan khawatir." Jeonghan memeluk Jihoon.
"Sudahlah Hyung biarkan saja dia! Aku juga lelah selama ini dia hanya memikirkan dirinya sendiri! Aku pulang hari ini juga ke Seoul, Hyung kalau mau ikut ayo!" Wonwoo beranjak dari duduknya.
"Besok. Soonyoung sidang besok sore." Ucap Wonwoo sebelum menghilang di balik pintu.
.
.
.
.
.Esoknya
"Berhentilah mondar-mandir, Choi." Ucap Soonyoung seraya menatapnya tajam. Seungcheol terus mondar-mandir.
"Yang mau di vonis itu aku. Dan ini masih terlalu pagi untuk memusingkan hal itu." Ucap Soonyoung lagi. Seungcheol menoleh.
"Justru itu! Aku takut hakim tidak menerima banding kita!" Ucapnya khawatir. Soonyoung tertawa.
"Sudahlah. Terimakasih atas usaha kalian. Ini memang sudah jalanku." Seungcheol dan Mingyu menatap Soonyoung sedih.
"Kau pasti mendapat persetujuan banding, Kwon!" Ucap Mingyu yakin. Soonyoung menggeleng.
"Aku tak akan berharap, tapi terimakasih sudah ada disampingku." Ucapnya seraya tersenyum.
"Oh ya tentang Jihoon. Kalian tak memberitahunya kalau aku sidang sekarang kan?" Tanya Soonyoung. Seungcheol dan Mingyu saling menatap.
"Memangnya kenapa Soon?"
"Aku hanya tak ingin ia terbebani. Aku benar-benar akan melepasnya pergi hari ini." Air mata Soonyoung sudah di pelupuk matanya.
"Jangan pikirkan yang lain!" Ucap Mingyu.
"Kalian ingin mendengar kisah cinta dua insan yang terlarang? Ini menceritakan tentang seorang pembunuh yang terobsesi dengan menyiksa seseorang yang jatuh cinta dengan seorang manusia suci yang sangat lugu dan manis." Soonyoung menceritakannya sambil tersenyum.
"Entah bagaimana manusia suci itu datang membawa perubahan dalam hidup si pembunuh. Tapi si pembunuh terlalu egois. Ia ingin bersama dengan manusia itu seumur hidupnya." Air mata Soonyoung menetes. Mingyu mengelus bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
P E M B U N U H //SoonHoon ✓
Fiksi Penggemar"Sekali aku tak menyiksa, maka aku yang tersiksa." -Kwon Soonyoung, 24y,o "Kau pendosa besar Soonyoung!" -Lee Jihoon, 24 y,o. "Mulai sekarang tak ada pertengkaran. Yang memulai pertengkaran lebih dulu akan mendapat hukuman." -Kim Mingyu, 23y,o. "Jan...