7. Pakaian dan Darah.

719 78 0
                                    

"Demi Tuhan aku mau keluar!" Ucap Jihoon frustasi.

"Ayo keluar." Suara Soonyoung mengagetkan Jihoon.

"Sudah pulang?" Bukannya menjawab, Soonyoung malah memeluk Jihoon.

"Aku merindukan mu." Jihoon gugup.

"Kita bahkan tak bertemu hanya beberapa jam saja." Soonyoung menatap Jihoon seraya tersenyum.

"Kajja keluar." Ajak Soonyoung.

"Jinjja? Kemana?"

"Jalan-jalan. Kau sepertinya bosan bukan?" Jihoon mengangguk antusias.

"Bisa ke apart—"

"Aku sudah belikan semuanya di mobil. Kajja!" Soonyoung menarik tangan Jihoon.
























.
.
.
.
.

























Jihoon memunggungi Soonyoung. Ia masih kesal dengan kejadian kenapa ia harus mengiyakan ajakan Soonyoung untuk keluar. Ternyata Soonyoung mengajaknya untuk pindah ke apartemen yang sedikit jauh dari tempat kerjanya.

"Jihoon-ah." Soonyoung memeluk Jihoon dari belakang.

"Lepas." Ucap Jihoon pelan.

"Kan kita sudah jalan-jalan. Kau masih marah?"

"Aku mau jalan-jalan yang benar jalan-jalan menghabiskan waktu untuk bersenang-senang! Bukannya pindah apartemen!" Sungguh Jihoon sangat lelah dengan perilaku Soonyoung yang sangat memaksa dan tiba-tiba.

"Sama saja bukan? Baju sudah aku belikan, ponsel sudah ku belikan yang baru, sekarang apartemennya lebih luas dan ada permainan di sini agar kau tak bosan." Jihoon membalikkan tubuhnya. Ia menatap Soonyoung jengah.

"Aku tak butuh fasilitas mewah. Aku mau kesederhanaan tapi membuatku nyaman." Ucap Jihoon.

"Kau butuh sayang. Aku akan selalu berpergian meninggalkan mu. Makanya aku mempersiapkannya untuk mu." Ucap Soonyoung seraya memegang kedua bahu Jihoon.

"Kau? Pergi kemana? Jangan bilang....."

"Aku butuh hiburan. Sekali aku tak menyiksa, maka aku yang tersiksa." Ucapnya enteng. Jihoon marah.

"Hentikan kebiasaan mu! Kau pendosa besar Soonyoung! Bahkan orang-orang itu tak salah!"

"Apa yang kau maksud?"

"Kau mencintaiku kan?" Jihoon mencoba menantang Soonyoung.

"Kau meragukan cintaku?" Jihoon menggeleng.

"Kalau begitu hentikan kebiasaan mu itu. Aku akan tetap disampingmu sebisaku. Tapi tolong hentikan kebiasaan mu." Ucap Jihoon seraya menelan ludahnya susah payah.

"Lee Jihoon!"

"Katanya kau mencintaiku!" Ucap Jihoon cepat ia mundur ketika Soonyoung mencoba menggapai tangannya.

"Aku sangat sangat mencintaimu. Kau bisa merasakannya bukan?"

"Kalau begitu jangan lagi membunuh." Ucap Jihoon pelan.




























.
.
.
.
.






















Wonwoo terus menangis di halaman apartemen Jihoon. Ia dan Mingyu menemukan baju Jihoon yang pernah ia pakai ke kantor di semak-semak dengan darah yang banyak.

"Mingyu-ya apa hikss Jihoon baik-baik saja?" Mingyu memeluk Wonwoo.

"Pasti Hyung. Kau harus tenang dulu, sebentar lagi polisi datang." Mingyu menghapus air mata Wonwoo.

"Hikss aku merasa sangat bersalah karena memberikannya hikss banyak pekerjaan." Mingyu menggeleng.

"Ani Hyung. Ini bukan salah mu. Tenanglah." Mingyu memberikan air minum pada Wonwoo.

"Mingyu, Wonwoo kena—ASTAGA!" Jeonghan yang datang langsung berteriak.

"Astaga ini bukannya pakaian Jihoon?" Tanya Seungcheol.

"Ne Hyung ini pakaian Jihoon yang pernah ia pakai ke kantor."

"D-darah? Kalian sudah menghubungi polisi?" Mingyu mengangguk.

"Sebentar lagi polisi datang." Ucap Mingyu.
































.
.
.
.
.























Jihoon memasak dengan tenang. Soonyoung tak pindah dari tadi saat Jihoon memulai masak. Ia memperhatikan gerak-gerik Jihoon.

"Makanlah." Jihoon menaruh hasil masakannya di depan meja Soonyoung.

"Jihoon." Soonyoung menahan tangan Jihoon.

"Diamlah. Aku takkan kemana-mana. Aku mau mandi." Ucap Jihoon seraya melepaskan tangan Soonyoung.

"Aku sungguh mencintaimu!" Jihoon menghentikan langkahnya.

"Kwon Soonyoung sangat mencintai Lee Jihoon." Ucap Soonyoung lagi. Tentu saja Jihoon senang, tapi ia sedang marah dengan Soonyoung.

"Selamanya akan mencintai Lee—"

CUP

"Berisik." Jihoon kembali melangkah menuju kamar mandi.

Jihoon merutuki dirinya yang tadi mencium Soonyoung tiba-tiba. Sudah dipastikan pipi Jihoon sekarang sangat merah. Bahkan mungkin sudah sampai telinga. Disisi lain Soonyoung tersenyum lebar seraya melahap masakan Jihoon.

•~•

Selang beberapa menit, Jihoon keluar dengan piyama biru laut yang dibelikan Soonyoung. Ia mengambil camilan dan duduk di sofa. Ia menonton film Peter Pan.

"Sudah selesai mandi?" Tanya Soonyoung seraya duduk disebelah  Jihoon seraya mengacak rambutnya dengan handuk.

"Kau mandi di kamar mandi dalam kamar?" Tanya Jihoon. Soonyoung mengangguk.

"Ck, makanya pakai hairdryer!" Jihoon mengambil alih handuk dari tangan Soonyoung dan mengeringkan rambut Soonyoung.

"Kalau rambut tak dikeringkan bisa menimbulkan ketombe." Soonyoung tertawa.

"Gomawo." Tak ada jawaban. Selang beberapa menit, Jihoon selesai mengeringkan rambut Soonyoung.

"Filmnya tentang apa?" Tanya Soonyoung seraya memakan camilan Jihoon.

"Aku juga baru pertama kali menonton." Ucap Jihoon.

"Fantasi sepertinya ya?" Jihoon mengangguk.

"Kemarilah." Soonyoung menarik Jihoon ke pelukannya.

"Gomawo." Ucap Jihoon seraya tersenyum.

Mereka menikmati filmnya. Mereka tertawa dan juga tegang ketika sang tokoh utama sedang berkelahi dengan bajak laut. Jihoon sesekali menyuapi Soonyoung dengan camilannya.

P E M B U N U H //SoonHoon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang