Soonyoung tengah berjalan di pesisir pantai bersama Jihoon. Setelah mendapatkan bebas bersyarat, Soonyoung langsung membawa Jihoon ke gereja terdekat untuk melakukan pemberkatan yang dihadiri pastor gereja itu sendiri juga rekan-rekannya. Dan mereka memutuskan untuk menghabiskan sisah waktu dua hari Soonyoung untuk ke kampung halaman Jihoon.
"Jihoon-ah. Kira-kira jenis kelamin bayi kita apa ya?" Tanya Soonyoung.
"Kau ingin apa?" Tanya Jihoon yang masih setia bergelayut manja di lengan Soonyoung.
"Aku apa saja. Kembar lebih bagus. Jika anak kita nanti perempuan, aku ingin ia secantik ibunya." Soonyoung mengelus pipi Jihoon.
"Aku tampan!" Jihoon kesal. Soonyoung tertawa melihat Jihoon.
"Jika laki-laki—"
"Seperti kau. Yang akan melindungiku dari bahaya." Ucap Jihoon seraya tersenyum.
"Andwae! Aku ini laki-laki paling brengsek yang ada di dunia!" Ucap Soonyoung. Jihoon menggeleng dan menangkup wajah Soonyoung.
"Kau laki-laki terbaik yang pernah aku temui setelah ayahku." Ucap Jihoon. Tiba-tiba saja airmata Soonyoung menetes.
"Gomawo. Aku sangat mencintaimu, Jihoon." Soonyoung memeluknya.
"Nado." Jihoon menyandarkan kepalanya di pelukan Soonyoung.
.
.
.
.
.
."Soonyoung, terimakasih sudah merawat Jihoon selama ia merantau di Seoul." Ucap ibu Jihoon seraya memberikan secangkir teh hangat pada Soonyoung.
"Aniyo eommonim. Justru aku yang harusnya berterima kasih sudah diterima di keluarga ini." Soonyoung tersenyum.
"Aku tau kau anak yang baik Soonyoung-ah." Soonyoung semakin tersentuh oleh perkataan ibu Jihoon.
"Jihoon yang sudah merubahku, eommonim."
"Jihoon sedari kecil di didik keras oleh appa nya. Ia tak pernah manja. Aku tak menyangka Jihoon bisa bertemu dengan laki-laki baik sepertimu yang bisa meluluhkan hati Jihoon. Andai saja appa nya masih ada, pasti ia sangat bahagia anaknya telah menemukan suami yang menyayanginya." Ucap ibu Jihoon. Soonyoung tersenyum dan mengingat sesuatu.
"Dulu Eomma ku juga berbicara seperti ini. Aku harus menemukan pasangan yang menerimaku apa adanya. Dan membangun rumah tangga yang hangat dengan banyak suara tangis dan candaan dari anak-anak ku nanti." Ucap Soonyoung. Ibu Jihoon mengelus tangan Soonyoung.
"Kau pasti kuat nak. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk mu." Ibu Jihoon memeluk Soonyoung.
"Aku sudah lupa bagaimana pelukan seorang ibu. Apa aku boleh memintanya dari eommonim? Ternyata sangat hangat." Ucap Soonyoung menahan tangisnya. Ia jadi teringat ibunya yang telah meninggal.
"Tentu. Tanganku akan selalu terbuka untukmu. Kau sudah aku anggap seperti anakku sendiri." Soonyoung menangis.
"Hikss gomawoyo eommonim." Ibu Jihoon mengangguk.
"Kau laki-laki yang kuat Soonyoung-ah.
.
.
.
.
.Soonyoung merebahkan tubuhnya disamping Jihoon yang sudah tertidur. Ia mendekap Jihoon pelan agar tak membangunkan Jihoon. Diciuminya pucuk kepala Jihoon seraya mengelus surainya.
"Nghh. Soonyoung?" Jihoon terbangun.
"Mian. Kau terganggu ya? Kajja tidur lagi." Soonyoung menaikkan selimut yang menyelimuti mereka.
"Ani. Kau tak bisa tidur ya?" Tanya Jihoon mendekatkan dirinya ke Soonyoung.
"Ne. Aku baru mencari udara di luar." Ucap Soonyoung.
"Mau aku nyanyikan lagu?" Soonyoung sedikit berpikir kemudian mengangguk.
"Boleh."
"Naega mwol eojjeogesseo naneun neoga eopseumyeon?"
"Nalkeun roboscheoreom, mami meomchugo neul chagawo."
Soonyoung menatap Jihoon dengan senyumnya. Jihoon menyanyikan lagu tersebut dengan suara lembutnya.
"Cuz I’m your home home home home"
Jihoon bernyanyi seraya tersenyum dan menatap Soonyoung dalam.
"Because you’re my home
home home home!""Nega ul su issneun gos"
"Nado ul su issneun got"
Soonyoung memeluk Jihoon erat. Ia sangat bahagia memiliki Jihoon di hidupnya.
"Gomawo, Jihoon-ah. Saranghae." Ucap Soonyoung menatap lekat Jihoon.
"Nado. Nado saranghae Kwon Soonyoung." Ucap Jihoon seraya tersenyum.
CUPP
Mereka saling menyalurkan rasa cinta mereka satu sama lain. Jihoon yang begitu mencintai Soonyoung. Dan Soonyoung yang tak bisa hidup tanpa Jihoon. Mereka saling membutuhkan satu sama lain.
'Tuhan, tolong jaga dia dan anakku saat aku tak ada. Aku sangat mencintainya. Makhluk-Mu yang bernama Lee Jihoon. Izinkan aku bersamanya sampai sisah hidupku.' —Kwon Soonyoung.
'Tuhan, tolong hentikan waktu sekarang. Tolong jangan bawa Soonyoung bertemu appa ku. Aku masih belum bisa melepaskannya.' —Lee Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
P E M B U N U H //SoonHoon ✓
Fanfic"Sekali aku tak menyiksa, maka aku yang tersiksa." -Kwon Soonyoung, 24y,o "Kau pendosa besar Soonyoung!" -Lee Jihoon, 24 y,o. "Mulai sekarang tak ada pertengkaran. Yang memulai pertengkaran lebih dulu akan mendapat hukuman." -Kim Mingyu, 23y,o. "Jan...