“Apa maksudmu melakukan hal bodoh seperti itu?”
“Hal bodoh? Hal mana yang kau maksud?”
“Hal mana yang kau maksud? Oh, bagus sekali. Sekarang kau pura-pura bodoh atau memang kau sudah bodoh, hm? Tentu saja aku menanyakan apa maksud dari—“
“Mencium keningmu? Begitu?” ucap pria itu memotong ucapan seorang gadis yang kini menatapnya dengan tajam. “Aku hanya ingin menunjukan pada semua orang bahwa aku benar-benar serius padamu. Bukan hanya main-main,”
“Ohya? Dan apa kau fikir, tindakanmu itu benar?”
“Tentu saja, memangnya apa yang salah?”
“Apa yang salah? Hey, apa kau sadar? Perbuatanmu itu sama saja dengan mengantarkanku pada jurang kematian! Membahayakan nyawaku dan membuat hidupku berantakan! Apa kau tidak lihat tatapan para gadis itu tadi? Mereka seolah-olah ingin membunuhku,”
“Ya, aku tahu. Itu sebabnya aku langsung membawamu pergi,” ucap pria itu enteng sambil menunjukan smirk andalannya. Irene menggeram. Baru saja tadi ia melihat sosok malaikat dari dalam diri pria disampingnya itu. Tapi sekarang, sosok setannya kembali muncul. Dan itu membuat Irene sadar bahwa dalam diri pria itu tidak ada sisi malaikatnya sama sekali. Hanya ada setan.
“Kau!” pekik Irene tertahan. Matanya menatap tajam ke arah Sehun. Beberapa detik kemudian, ia menghempaskan punggungnya pada jok mobil. Tangannya terangkat dan berakhir dikeningnya. Memijatnya secara perlahan. Tidak ada gunanya berdebat dengan pria itu. Itu hanya akan membuatnya sakit kepala.
Irene terdiam sambil menatap jalanan kota Seoul dari balik kaca mobil. Fikirannya menerawang. Masih terbayang akan kejadian tadi siang yang menurutnya benar-benar tidak masuk akal. Bahkan ia sama sekali tidak pernah berfikir jika pria itu akan melakukan hal konyol semacam itu.Pada saat Sehun telah selesai bernyanyi, pria itu berjalan kearah Irene. Dan saat ia sudah tiba dihadapan gadis itu, tiba-tiba saja Sehun mencium kening Irene dengan gerakan cepat. Sontak saja, semua yang menyaksikan peristiwa bodoh itu tercengang dan bersorak seketika. Tidak terkecuali Irene. Bahkan gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa. Ia kaget, tidak percaya bahwa Sehun akan melakukan hal semacam itu padanya. Dan sialnya, tubuh Irene tidak bisa melakukan apapun. Semua urat syarafnya seolah telah mati. Ia hanya bisa mematung dengan wajah terkejut dan mata yang membulat sempurna.
Beberapa lama kemudian, Sehun menarik dirinya dan membawanya untuk ikut bersamanya. Dan disinilah ia sekarang, terduduk lesu disamping Sehun yang tengah mengemudikan mobilnya. Irene tidak tahu kemana Sehun akan membawanya. Untuk bertanya saja rasanya sangat sulit. Ia benar-benar tidak tahu sikap apa yang harus ditunjukannya pada pria itu.
“Kau tidak bertanya kemana kita akan pergi?”
“Terserah kau. Kau selalu mendapatkan apa yang kau inginkan, jadi tidak ada gunanya jika aku menolaknya, bukan?” tandas gadis itu ketus tanpa menoleh sedikitpun.
“Oke, itu artinya kau setuju,” ucap Sehun yang membuat Irene memutar bola matanya dengan malas. Apa lagi yang akan dilakukan pria itu padanya? Entahlah, Irene tidak mau memikirkannya.
Lima belas menit berakhir dengan kebisuan yang tak kunjung terpecahkan, hingga akhirnya Sehun menghentikan mobilnya tepat dihadapan gerbang besar sebuah rumah mewah yang memiliki halaman yang sangat luas. Irene mengkerutkan keningnya. Kenapa Sehun menghentikan mobilnya disini? Rumah siapa ini? Tanya gadis itu dalam hati. Matanya menelusuri setiap sudut rumah mewah berlantai tiga itu dengan seksama. Rumah berukuran besar dengan halaman yang sangat luas, mobil-mobil mewah terparkir dengan rapi disudut halaman. Beberapa patung besar tampak berdiri disetiap sisi rumah itu. Hampir sama seperti rumah-rumah pejabat kaya raya.
Irene benar-benar terpaku pada rumah itu, sampai-sampai ia tidak menyadari jika Sehun sudah turun dan kini ia sudah membukakan pintu mobil untuknya.
“Ayo turun,” ucap Sehun yang kini berdiri dihadapan Irene. Irene tersadar dan segera turun. Gadis itu berjalan mengikuti langkah panjang Sehun yang menuju gerbang rumah itu. Tampak dua orang satpam yang membungkuk hormat pada Sehun.
“Selamat siang, tuan muda,” ucap dua orang satpam itu kompak. Sehun tersenyum.
“Tolong parkirkan mobilku,” ucap Sehun sambil memberikan kunci mobilnya pada salah satu satpam.
Irene terdiam dalam fikirannya yang berkecamuk. Ini rumah Sehun? Benarkah? Jadi, kabar itu memang benar? Kabar yang mengatakan jika Sehun adalah putra tunggal dari seorang pengusaha kaya raya. Tadinya Irene tidak terlalu percaya pada kabar itu. Tapi sekarang, semuanya sudah terbukti oleh matanya sendiri. Irene menatap punggung Sehun. Disamping kepopulerannya yang terbilang sangat sempurna, pria itu juga memiliki kekayaan yang sangat besar. Tidak aneh jika banyak gadis yang begitu menggilainya.
Irene menatap tangan kanannya yang baru saja digenggam oleh Sehun. Bahkan kini pria itu berjalan sejajar dengannya. ‘Hangat’. Itulah yang dirasakan tangannya saat ini. Irene menatap wajah Sehun. Penampilan pria itu memang selalu sempurna. Tidak peduli dengan apa yang ia pakai dan bagaimana penampilannya. Semua yang menempel dalam dirinya terlihat selalu sempurna. Bahkan sekarang, hanya dengan celana jeans hitam, kaos hitam yang dipadukan dengan kemeja kotak-kotak yang memiliki warna biru dan putih yang ia gunakan sebagai luarannya, rambutnya yang selalu rapi, tampak sangat menyilaukan. Apalagi dengan kacamata hitam yang bertengger dihidungnya yang mancung. Membuatnya terlihat begitu menawan. Juga dengan tubuh proposional dan warna kulit seputih susu yang ia miliki, membuat penampilannya selalu terlihat cocok.
“Perhatikan jalanmu, nona Bae,” desis Sehun yang menyadarkan lamunan Irene. Irene segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Apa yang baru saja dilakukannya? Lagi-lagi ia terpesona pada penampilan pria itu. Oh sial. Jangan sampai ia menyukai pria itu. Jangan sampai. Rutuk Irene dalam hati. Sementara Sehun, pria itu hanya mengembangkan senyuman miringnya dengan puas.
“Sebenarnya, apa maksudmu membawaku kemari?” tanya Irene saat ia dan Sehun telah berhasil memasuki rumah mewah itu. Dan lagi-lagi, Irene dibuat terperangah oleh isi rumah itu. Sangat luas, barang-barang antic terdapat dimana-mana. Isi rumah itu bernuansa cokelat tua, membuatnya tampak elegan dan terkesan sangat mewah. Terlihat beberapa pembantu yang mengenakan seragam yang sama berjalan ke arah mereka.
“Selamat datang, tuan muda,” ucap para pembantu itu sambil membungkuk. Lihatlah, Sehun diperlakukan hampir seperti pangeran dalam sebuah istana. Benar-benar tidak bisa dipercaya.
“Menurutmu apa? Tentu saja untuk bertemu dengan orang tuaku,” ucap Sehun sambil tersenyum pada para pembantu itu dan kemudian berjalan kembali sambil menggenggam tangan Irene.
“Apa?!” pekik Irene tak percaya dan segera menghentikan langkahnya. Membuat genggaman tangan Sehun terlepas.
“Bukankah tadi kau sudah setuju? Jadi tidak masalah, bukan?” ucap Sehun yang dibalas oleh tatapan terkejut dari Irene. Sial. Lagi-lagi pria itu bertindak seenaknya. Dan bodohnya, kenapa tadi ia menyerahkan semuanya pada pria menyebalkan itu? Benar-benar bodoh! Umpat Irene dalam hati.
“Ayo, ibu ku sudah menunggumu,”
“Ibu?” desis gadis itu dengan tampang datarnya. Beberapa detik ia terdiam hingga kesadarannya kembali saat tiba-tiba tangan Sehun kembali menggenggam tangannya dan menyeretnya untuk berjalan menaiki tangga.
Irene terdiam. Ia hanya melangkahkan kakinya menaiki tangga. Entah kemana Sehun akan membawanya, ia hanya pasrah dan terus mengikuti langkah panjang Sehun. Lagipula, memangnya saat ini apa yang bisa di lakukannya? Menginjak kaki pria tampan itu kemudian kabur dari rumah itu? Tidak. Itu terlalu bodoh untuk di lakukan. Yang bisa Irene lakukan saat ini hanya terus melangkah sampai pada akhirnya ia akan menemukan jawaban atas beribu pertanyaan yang bergelayut di fikirannya.
Gadis itu menghela nafas sejenak. Mencoba menenangkan perasaannya yang terasa sangat kacau. Atau mungkin, lebih dari kacau. Gugup, bingung, tegang. Entahlah, semuanya bercampur menjadi satu. Gadis cantik itu tidak tahu persis apa yang sedang di alaminya saat ini. Mungkin ia sudah gila, tapi inilah kenyataannya. Ia merasa seolah-olah akan bertemu dengan calon mertua. Rasa ketakutan akan calon mertua yang jahat dan tidak akan merestui hubungannya dengan putra tunggalnya yang ‘hampir’ sempurna itu. Irene menggelengkan kepalanya dengan cepat. Berusaha mengusir fikiran-fikiran aneh yang menghantui fikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNIVERSE (Oh Sehun Fanfiction)
RandomAkankah Cinta Kembali Meninggalkanku? -kehadirannya membawa kenangan tentang masa lalu- "Berbicara soal bosan, kapan kau akan berhenti menjadi pria cassanova yang mempermainkan para gadis?" -Irene "Aku mulai berfikir untuk berhenti jika kau bersedia...