***
Irene Home,
20,45 PM.
“Irene~ah!” teriak seorang pria sambil mengetuk pintu seorang gadis. Gadis yang tengah membaca novel dengan khusyuk didalam kamarnya itu sontak terperanjat, mengutuk dalam hati akan kelakuan kakaknya yang mempunyai hobi berteriak.
“Ya!” terak Irene sambil menurunkan kaca matanya.
“Ada kiriman bunga untukmu!” teriak kakak Irene, Bae Jung Soo, yang masih berdiri dibalik pintu irene, menunggu adiknya keluar. Irene mengernyit, bunga? Tanyanya dalam hati, sedetik kemudian ia tersenyum dan segera berlari kecil menuju pintu.
“Waahhh apa kau sudah punya kekasih sekarang? Lihat, bahkan ada seseorang yang mengirimkan bunga cantik seperti ini untukmu,” celoteh Jung Soo sesaat setelah Irene membuka pintu. Menyodorkan sebuket bunga Lili putih tepat pada wajah Irene, membuat Irene mendengus sebal.
“Apa dia pria yang datang kerumah kita baru baru ini? Apa benar dia? Wahhh kau punya selera yang bagus rupanya,” sungut Jung Soo sambil mengacak rambut Irene dan kemudian berlalu pergi. Irene menutup pintu kamarnya dan mengamati buket bunga Lili itu, ia tersenyum kecil dan tampak berfikir.
“Apa pria itu juga bisa romantis?” ucap Irene sendirian. Hanya satu nama yang ada difikirannya ‘Sehun’.Ngomong-ngomong, hari ini ia sama sekali tidak melihat siluet dari pria itu, pria yang mengisi hari-harinya akhir-akhir ini, juga pria yang membawa banyak pengaruh pada hidupnya hanya dalam hitungan hari. Dan tiba-tiba Irene mendapatkan kiriman bunga, siapa lagi yang akan melakukan hal konyol seperti ini selain pria itu? Fikir Irene. Lamunannya seketika terhenti saat mendengar dering nyaring yang ia yakini berasal dari ponselnya.
“aku didepan rumahmu, keluarlah,” ucap Sehun dari balik ponsel. Pria itu langsung bicara dan segera mematikannya setelah mengatakan kalimat itu, tanpa mendengar komentar apapun dari Irene. Irene mendecak. Memang seperti itulah khas dari seorang Oh Sehun.
***
“Kenapa kau diam saja?” tanya Irene sambil melirik kesamping tubuhnya, memastikan bahwa pria itu masih disana. Setelah menyuruhnya keluar malam-malam dan membawanya untuk duduk dibangku taman yang tak jauh dari rumah Irene, Sehun hanya diam tanpa berkata apa-apa, membuat Irene bingung.
“Kenapa? Kau merindukan suaraku?” tukas Sehun yang membuat Irene mendengus. Menyebalkan. Seperti biasanya, bahkan Irene merasa menyesal telah bertanya.
“Ngomong-ngomong, sejak aku mengenalmu aku tidak pernah melihatmu tersenyum, selain senyuman kecut yang kadang kau tunjukan padaku. Aku tidak akan memujimu cantik tapi-“ Sehun menggantungkan ucapannya dan beralih melihat kesamping, menatap Irene yang juga tengah menatapnya.
“Aku ingin melihat senyummu,” lanjut Sehun sambil tersenyum. Irene menunduk dan mengalihkan pandangannya kearah lain, berusaha menghindar dari tatapan Sehun. Irene terdiam cukup lama hingga Sehun menyadari sesuatu.
“Aku tidak akan memaksamu untuk bercerita atau semacamnya, karena memang terkadang sebuah luka itu takbisa sembuh begitu saja hanya dengan waktu,” ucap Sehun yang membuat Irene menoleh.
“Jangan bertanya kenapa aku bisa tahu, aku hanya penasaran dengan gadis bernama Bae Joo Hyun, gadis yang memiliki tembok penghalang yang sangat kuat yang sangat sulit untukku tembus. Meskipun aku yakin aku sudah menembus tembok itu,” ucap Sehun dengan percaya diri. Irene tersenyum sekilas.
“Dan aku yakin, gadis itu akan bercerita dengan sendirinya tanpa harus aku minta jika ia sudah siap, dan jika itu terjadi, itu artinya prediksiku benar adanya, bahwa tembok itu mulai bisa ditembus, meskipun mungkin belum sepenuhnya,” racau Sehun sendirian. Ia menyadari apa yang Irene rasakan dari ekspresi wajah gadis itu. Perlahan tapi pasti, Sehun berusaha semakin mendekatkan dirinya pada gadis itu dan berusaha mencari beberapa informasi yang ia butuhkan.
Keheningan kembali. Sehun menyandarkan tubuhnya pada bangku yang ia duduki dengan gadis itu, menengadahkan kepalanya kelangit, melihat bintang malam yang betrabur kala itu, membiarkan gadis yang berada disampingnya terdiam lama, entah apa yang difikirkan gadis itu sekarang, Sehun memilih diam dan memberikan waktu pada Irene.
“Namanya Suho-“ ucap Irene pelan setelah terdiam cukup lama. Suaranya tercekat. Sehun menoleh dan menatap wajah Irene yang tampak sedikit pucat, gadis itu tampak menarik nafasnya beberapa kali.
“Kurang lebih satu tahun, saat terakhir kalinya aku bisa tersenyum. Tepat semenjak kepergian pria itu, Suho. Pria yang membawa pengaruh banyak pada hidupku yang tadinya biasa-biasa saja, persis seperti dirimu, Oh Sehun. Itulah kenapa aku begitu menghindarimu saat pertama kali kau menyatakan ketertarikanmu padaku. Aku... selalu teringat akan pria itu saat melihatmu. Bahkan kau bisa merasakan sebesar apa pengaruhnya padaku hingga saat ini, bukan?” jelas Irene dengan wajah datar. Gadis itu menatap nyalang kedepan, berusaha sekuat mungkin menahan dirinya, mengeluarkan kata demi kata yang seolah terpenjara ditenggorokannya, menggali luka lama yang selama ini berusaha ia kubur sedalam mungkin. Ini pertama kali baginya, kembali menyebut nama pria yang telah membuat lubang dihatinya. Dan ini karena pria itu, Oh Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNIVERSE (Oh Sehun Fanfiction)
De TodoAkankah Cinta Kembali Meninggalkanku? -kehadirannya membawa kenangan tentang masa lalu- "Berbicara soal bosan, kapan kau akan berhenti menjadi pria cassanova yang mempermainkan para gadis?" -Irene "Aku mulai berfikir untuk berhenti jika kau bersedia...