•REPETIR 04•

113 19 0
                                    

 Nadine menatap kesal kearah Bani yang sejak tadi menggombali-nya tanpa henti. Cara apapun telah Nadine lakukan, namun Bani tak kunjung menghentikan aksi menggelikannya tersebut.

"Nad, tahu nggak berapa kedalaman samudra pasifik?"

Nadine hanya menjawab dengan gumaman singkat dan padat. Bani langsung melanjutkan rayuan buatannya.

"Aku juga ngga tahu kok, tapi nggak bakalan sedalam cintaku ke kamu..." 

Nadine tersenyum paksa, "Ban, lo tahu nggak apa hukumnya kalo badan kita kena air liur anjing?".

Bani menggeleng.

"NAJIS!" 

"WAHAHAHA, di sama-samain lo kayak anjing, Ban!" celetuk Arham yang tidak kuat lagi menahan tawanya saat melihat wajah Bani yang begitu melas.

Bani memegang dadanya dengan kedua tangan, "Adek sakitin hati abang berkali-kali abang rela, asal kamu bahagia apa yang engga..."

"APA KURANGNYA AKU DI DALAM HIDUPMU..."

"HINGGA KAU CURANGI AKU.."

"HAHAHAHAHA, NGGAK KUAT GUA"

Melihat semua teman laknatnya itu, rasanya Bani ingin menonjok mereka sekuat tenaga. Namun untungnya ia masih bersabar. Dari semua penderitaan Bani ini, Arham dan Deon yang paling senang, karena saat smp mereka pernah mengalami hal yang sama. Juga Melvin yang mempunyai karakter bicara seperlunya kali ini ikut menyumbang tawa dalam kesengsaraan sahabatnya.

***

"Astaga, tuh orang nggak ada capeknya gue tolak mentah-mentah? harus pake cara apa biar dia ngerti kalo gue jijik sama dia, hah?!".

Aleeva terkekeh pelan melihat Nadine yang sedang menggerutu karena sikap Bani yang membuat Nadine lelah, "Udah-udah, bentar lagi bel masuk, nggak usah kesel-kesel.."

Nadine menghela nafasnya. "Mati kek tuh orang!"

Tak lama setelah Aleeva  mendengarkan ocehan Nadine, masuklah seorang guru yang entah akan mengajar mata pelajaran apa, Aleeva tak tahu, ia hanya menunggu saja perkenalan dari sang guru tersebut.

"Selamat pagi anak-anak.."

"PAGI PAK!"

Nadine yang saat ini sedang sangat kesal akhirnya jadi tambah tidak mood karena melihat tampang guru yang berada di depan ini. Sementara guru itu tersenyum sejenak, lalu melanjutkan ucapannya. "Nama saya Hendri, saya akan mengajarkan pelajaran sejarah, kalian bawa buku sejarah kan pastinya?".

"BAWA.."

Arham kemudian mengacungkan tangannya, "Pak!"

"Kenapa?"

"Gimana kalo kita semua panggil bapak, Pak Hen, kan biar lebih akrab gitu.."

Pak Hen menganggukan kepalanya setuju, "Boleh juga, nama saya jadi lebih kekinian, gaul-gaul gitu".

"Pak!"

Pak Hen melihat kearah Bani yang tiba-tiba menyeletuk, "Kenapa lagi?

"Pak, saya suka lho lagu pura-pura lupa, saya sering ngedengerin!".

Seisi kelas langsung tertawa karena omongan Bani, wajah Pak Hen juga terlihat memerah, entah malu atau kesal. Nadine yang posisinya adalah fans Mahen jadi tak terima guru tua-nya itu di samakan dengan penyanyi idolanya.

"Heh, Mahen sama Pak Hen tuh beda ya, nggak usah disama-samain!"

Bani yang sedang tertawa seketika berhenti karena pujaan hatinya ikut berkomentar. "Kenapa sayang? aku kan cuma bercanda".

"Nggak lucu!" teriak Nadine yang langsung membuat seisi kelas menghentikan tawanya. Aleeva bergidik ngeri melihat aura jahat Nadine yang telah keluar.

"Ekhem, kita mulai aja ya pelajarannya, buka halaman 10 semuanya.."

***

Aleeva sangat pusing melihat Nadine sedari tadi hanya menggerutu, akhirnya sekarang ia membiarkan Nadine untuk duduk di kursi kantin sementara ia yang akan membelikan makanannya. Setelah membeli siomay, Aleeva berjalan kearah stand minuman yang menjual jus dan beberapa minuman serbuk.

"Mba, jus jambu 2 ya.."

Setelah menunggu lumayan lama, Aleeva kemudian menaruh kedua jus itu di nampannya dan berjalan dengan hati-hati sambil mencari keberadaan Nadine. Tiba-tiba ia tak sengaja menabrak kursi kantin yang sepertinya keluar dari barisan. Untung saja ada tangan yang sigap menahan gelas  jus agar tidak terjatuh.

"Hati-hati, Va. Lihat jalanan"

Aleeva mendongak, menatap Darrel yang masih menahan gelas dengan satu tangannya, seketika Aleeva langsung gugup dan berjalan cepat menghampiri Nadine.

"Nih, Nad.."

Nadine mengangguk lalu menaruh hp-nya diatas meja, ia menghela nafasnya sesaat sebelum menyendokkan sepotong siomay kedalam mulutnya.

"Aleeva, gue mau ngomong bentar boleh nggak?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di pinggir meja, untungnya Aleeva belum sempat mengunyah siomay, kalau sudah, mungkin sekarang ia akan tersedak.

"Hm?"

Aleeva melirik  Nadine yang sedang menatap Darrel, mukanya sekarang sudah seperti singa yang ingin menerkam mangsa. Kemudian ia segera beranjak dari kursi kantin dan menarik Darrel menjauh dari Nadine untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kenapa, Rell?'

Darrel tersenyum sesaat, "Va, gimana kalo nanti gue yang nganterin lo pulang?".

Aleeva terkejut, "Hah? Gimana?".

"Gue anter Lo balik".

Aleeva berfikir sejenak, ia hanya takut mamanya yang overprotektif tidak mengizinkannya untuk langsung diantar pulang oleh cowo yang baru dikenal.

"Sorry, gue--"

"Gabisa? Oke gapapa lain kali ajaa". Ucap Darrel lalu segera berbalik dan kembali menghampiri teman-temannya.

Nadine mengerutkan alis, meminta penjelasan dari Aleeva yang tiba-tiba murung. "Kenapa? Kok tiba-tiba jadi cemberut?".

"Darrel ajak pulang bareng tapi gue ngga bisa, yaudah.."

"Ohh, jadi ceritanya ada yang CLBK??"

Aleeva baru teringat bahwa ia pernah memberi tahu Nadine soal Darrel, "Nadd, please jangan cerita ke Darrel kalo gue sama dia pernah satu sekolah ya, pliss banget gue mau dia lupain ajaa.."

"Emang kenapa?"

"Ah gue dulu pas SD udah kayak apaan tau, udahlah gak usah diinget-inget".

Nadine terkekeh, "Iya bawel.."

TBC

***

KATAKATAAUTHOR

Huhu, seneng udah update, tadi sempet tiga jam mandangin chapt 4 yang belom ketulis sama sekali. Bingung, otak w sudah buntu.

Untung masih ada refrensi dari cerita2 gue yang udah banyak banget numpuk, hehe.

udah ya. Jangan lupa di vomment.

.

.

.

ENJOY!!!!!!!!1

REPETIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang