Darrel saat ini sudah berada disebelah Aleeva. Ia melahap bubur ayamnya dengan cepat. Sementara Aleeva seperti membatu, ia benar-benar tidak ada kekuatan untuk makan jika berada disebelah Darrel.
"Va, lo ngga dimakan buburnya? Sebentar lagi mau bel tuh.."
Aleeva hanya mengangguk, ia menarik nafas dan menghembuskannya, berusaha bersikap biasa saja.
"Minum dulu nih" ucap Darrel menyodorkan air mineral miliknya.
Aleeva menengok, "Bukannya ini punya lo?"
"Ambil aja ngga usah bawel"
Nadine yang melihat adegan romantis dari Aleeva dan Darrel hanya bisa menyaksikan dalam diam dan cepat-cepat menghabiskan makanannya agar bisa pergi dari sini. Ia iri.
"Gue duluan ya guys, have fun..."
"Nadine..!!"
Nadine hanya terkekeh melihat Aleeva yang ingin mengejarnya. Aleeva jadi tambah gugupsetelah Nadine pergi meninggalkan-nya.
"Abisin, va"
Aleeva lalu segera meneguk air mineral milik Darrel hingga hampir setengah botol, setelah itu ia menyuapkan bubur ayamnya pelan-pelan ke mulut.
"Kenapa sih?"
Aleeva mengerutkan dahinya, ia segera menatap Darrel bingung. "Apa?"
"Kenapa lo kayak ngga mau ketemu gue, kayak menghindar.."
"Maksudnya?"
"Kayak tadi dan kemaren, setiap gue duduk berdua sama lo, lo pasti ngga mau"
Pipi Aleeva memanas, ia harus berkata apa pada Darrel? Haruskah ia bilang sejujurnya?.
"Kenapa? Gue mau tau"
"Kalo alasannya harus banget gitu gue kasih tau sekarang?"
"Iya"
Aleeva menyiapkan mentalnya, ia menghembuskan nafasnya perlahan. Setelah itu ia segera beranjak dari tempat duduk dan berlari meninggalkan Darrel.
Darrel dibuat bingung oleh Aleeva yang tiba-tiba pergi, namun beberapa menit kemudian muncul notifikasi dari handphonenya.
Aleeva
Karena gue bukan orang yang pandai menutupi perasaan..
Darrel terkekeh saat membaca pesan dari Aleeva itu. Setelah itu ia segera membalasnya.
Darrel
Dan gue juga bukan orang yang pandai berbohong tentang perasaan.
***
Nadine mengerutkan keningnya melihat Aleeva berdiam kaku sambil memegang handphone. Ia jadi penasaran dan langsung mengambil handphone tersebut dari tangan Aleeva.
Darrel
Dan gue juga bukan orang yang pandai berbohong tentang perasaan.
"Ini seriusan Darrel yang ngomong?"
Aleeva hanya mengangguk, ia tidak bisa berkutik ataupun berniat membalas pesan Darrel yang membuatnya seperti kehabisan nafas.
"Oksigen..oksigen.." gumam Aleeva yang masih diam membeku sambil menenggelamkan wajahnya di meja.
"Yaudah ngga usah dibales, tungguin aja dia bakalan ngapain.."
Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi nyaring, seluruh siswa yang berada di luar kelas segera masuk karena malas untuk berhadapan dengan ruang bk, dikarenakan mereka juga masih tergolong 'anak baru'.
"Anak-anak semuanya pasti belum kenal dengan ibu, nama ibu..Bu opy, ibu mengajar pelajaran bahasa Indonesia.."
"Baik Bu.."
"Langsung saja ibu akan membagikan tugas perkelompok.."
Seisi kelas langsung bersorak tak terima, baru saja guru itu masuk masa sudah langsung memberikan tugas kelompok.
"Anak-anak dengarkan ibu, kalau ibu buat tugas perkelompok itu tujuannya agar kalian bisa lebih akrab satu sama lain, mengerti?"
"Mengerti bu.." jawab beberapa murid, dan sisanya hanya pasrah.
"Oke, ibu akan lihat dari nomor absen, dan satu kelompok itu ada dua orang, dan akan ibu acak".
Nadine melihat kearah Aleeva, "Kita semoga berdua ya.."
Aleeva mengangguk, sebenarnya jantungnya juga berdegup cepat. Ingin tau ia dipasangkan dengan siapa.
"Bani dan Silvi"
Terlihat wajah Bani yang kusut karena tidak sekelompok dengan Nadine.
"Arham dengan Leona"
"Melvin dan Ilvy"
"Aleeva dengan Deon"
Aleeva tersenyum lega, ia senang karena tidak satu kelompok dengan Darrel yang membuatnya sakit jantung, tapi dilain sisi dia juga ingin sekolompok dengan Darrel.
"Wenda dengan Roy"
Nadine masih menunggu gilirannya, tapi ia sedikit lega karena tidak satu kelompok dengan Bani yang mungkin akan membuat tugas kelompok tidak akan pernah selesai.
"Nadine dengan Darrel.."
Nadine terkejut saat mendengar dirinya akan satu kelompok dengan Darrel, Aleeva juga sama. Hatinya sedikit tidak menerima karena Darrel harus dipasangkan dengan sahabatnya.
"Mau tuker?"
Aleeva menggelengkan kepalanya, "Ngga usah, kan udah dipilihin juga sama gurunya.."
Nadine merasa tidak enak melihat perubahan mood Aleeva. "Lo ngga papa?"
Aleeva menengok dan tersenyum tipis, "Kalian kan cuman sekelompok bukan serumah ngapain gue harus ngga kenapa-kenapa.."
"Tapi.."
"Lagian gue juga bukan siapa-siapa dia.. santai aja kali, Nad"
Nadine mengangguk, ia sangat paham bahwa saat ini Aleeva sedang kecewa.
Sebenarnya Aleeva biasa saja, hanya saja ia khawatir masa lalunya akan terulang kembali.
TBC
***
KATAKATAAUTHOR
HEYHO, ini adalah chapter ketiga yang aku publish hari ini, semoga kalian tetep sukaa❤️✨✨
KAMU SEDANG MEMBACA
REPETIR
Teen FictionBermula dari kisah kelamnya di SMP, Aleeva Rachelia mengalami trauma yang mendalam yang menyebabkannya tak mau menerima pernyataan cinta dari seorang lelaki baru di hidupnya. Kepercayaan yang selalu ia pegang, hancur, isi otaknya tak bisa bekerja de...