LELUCON (Hong Jisoo)

620 83 5
                                    

Aku menatap gadis di sebrang meja. Yah, kuakui dia cantik, anggun, baik sopan, juga pintar. Mudah saja bagiku untuk jatuh cinta padanya. Mudah jikalau perasaanku belum terikat oleh Jeonghan yang polos, ceroboh, dan kikuk. Terdengar suara langkah kaki dan itu membuatku menoleh ke asal suara, aku tersenyum tipis sedetik setelahnya. Itu Ibu dan Jeonghan, dua orang yang sangat kusayangi lebih dari apapun.

Ibu adalah orang yang bijak dan simpatik. Aku sering berdiskusi dengannya mengenai masalahku dan aku harap ia dapat memberikan pendapat agar aku dapat menemukan solusinya. Katakanlah aku pengecut, meminta bantuannya untuk berbicara dengan Jeonghan mengenai keputusannya. Melihat mereka jalan berdampingan dengan tempo yang lambat karena masih bercerita membuatku sedikit berharap. Karena demi apapun, aku sangat ingin berada di sisi pemuda itu sampai kapanpun.

Ibu beranjak duduk di samping Yena sembari mengambil nasi untuk Jeonghan, "Jeonghan bercerita banyak tentang hubungan kalian." Suara Ibu menginterupsi seluruh atensi di meja makan.

Kecuali Jeonghan, dari yang kulihat dari ekor mataku. Pemuda itu masih sibuk dengan sepiring nasi goreng kimchi yang Ibu berikan tadi. Ah, aku tidak mengerti. Padahal Jeonghan hanya menceritakan hubunganku dengan Yena, kenapa aku harus merasa kesal? "Ibu merestui pernikahan kalian." Aku menoleh pada Ibu dan menemukan sebuah senyuman terukir di wajah cantiknya. Meski kutahu senyuman itu tulus, kudapati pesan permintaan maaf dari matanya. Aku tersenyum sembari mengangguk takzim, "terima kasih, Bu." Ucapku, Ibu tak perlu meminta maaf.

Aku melirik Jeonghan yang ikut tersenyum dalam diamnya, terlihat biasa saja. Tapi kupikir ia sedikit berbeda sejak datang ke meja makan dan aku mulai bepikir alasan apa yang Jeonghan miliki hingga Ibu pun tak dapat membujuknya.

Riuh tepuk tangan terdengar di seluruh ruangan luas itu ketika aku menerima sertifikat yang diberikan Appa, aku tersenyum tipis ketika banyak kamera yang mendokumentasikan momen ini. Itu wajar, HONGYoo,Corp merupakan perusahan terbesar di 3 negara dan sekarang aku adalah direktur utama. Media manapun pasti merasa harus menyampaikan berita ini pada masyarakat.

Ketika acara besar tersebut selesai dilaksanakan, kami sekeluarga termasuk Ibu dan Mingyu memutuskan untuk makan malam di rumah. Appa juga mengundang anak-anak dari panti asuhan, aku sedikit bingung dengan sikap Appa namun di sisi lain aku juga senang. Ternyata pria dewasa itu merupakan orang yang baik dan ia seakan menyembunyikannya dariku.

"Selamat atas jabatanmu, ya."

Aku menoleh dan menemukan Yena. Ah, kami juga membawa keluarga Yena. Aku lupa akan hal itu. Aku mengangguk dan tersenyum, "terima kasih, kuharap perusahaan kami bisa bersahabat dengan peusahaanmu." Yena ikut mengangguk, "tentu saja." Setelah mengatakan itu ia pun pergi dan berbincang dengan Jeonghan. Mengenai Yena, aku tidak tahu apa ia memiliki rencana di balik pernikahan ini. Sekedar menurut dengan perjodohan atau memang memiliki alasan lain. Kurasa aku tidak perlu tahu.

"Hai, Hyung. Selamat, ya." Aku kembali berbalik dan kulihat Mingyu tersenyum padaku, "untuk pernikahanmu juga." Aku tersenyum, hey kenapa aku merasa tidak suka dengan hal itu? Kenapa aku merasa itu adalah sindiran? Mingyu terlihat tersenyum kecut, "aku sama sekali tidak berpikir kau akan mengingkari janjimu sendiri. Kau punya alasan, Hyung?"

Aku tertawa kecil, "kau tahu, Mingyu? Aku sama sekali tidak tahu bahwa semuanya akan serumit ini." Aku sendiri benar-benar tak mengira Jeonghan akan memintaku untuk menikah dengan gadis lain. Selama itu permintaannya, bagaimana aku bisa menolaknya? Barangkali ia juga memiliki rencana sendiri. "Itu alasanmu untuk menyerah?" Aku menutup mataku, kepalaku mendadak sakit dan entah mengapa aku ingin sekali marah. Oke, aku mengatakan pada Mingyu bahwa aku mencintai Jeonghan, tapi kupikir ia tak punya hak untuk menuntutku seperti ini.

Break Our Promise [JIHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang