YOON JEONGHAN (Hong Jisoo)

913 93 3
                                    

SURPRISE!!

Iya, aku cepetin updatenya jadi semoga kalian suka

Aku menarik selimut untuk menutupi tubuh Jeonghan, memastikan tubuh kurusnya dibaluti kehangatan karena ini sudah 2 bulan sejak kecelakaan itu. Udara akan semakin dingin dan aku khawatir ia akan kedinginan meski ruangan ini dilengkapi penghangat. Aku menatap wajah Jeonghan yang terlihat damai. Sangat damai hingga kupikir tempat itu lebih baik untuknya daripada disini. Perlahan tanganku bergerak secara naluriah untuk menyingkirkan poni yang menutupi matanya dan baru kusadari matanya membengkak.

Aku mengernyit bingung, kenapa? Aku pun mengusap matanya pelan dan kurasakan di sekitar matanya lengket. Apa dia menangis? Di tengah komanya? Aku meraih tangan Jeonghan tanpa mengeluarkannya dari selimut, "jangan menangis, aku ada disini." Lirihku sembari mengelus tangannya. Aku menunduk dalam, "aku disini, lalu kau dimana? Kenapa kau tidak bangun? Kumohon, Jeonghan. Cepatlah bangun dan aku akan memperbaiki semuanya." Aku mengangkat wajahku dan kembai menatap pemuda cantik itu. Bagaimana pun caranya, sesulit apapun, aku akan memperbaiki semuanya untuk Jeonghan.

Jeonghan

Jeonghan

Jeonghan

Sejak dulu, aku selalu ingin melihat senyumannya. Begitu polos dan menyenangkan, sejak dulu aku akan melakukan apapun untuk melihat senyumannya. Ketika ia mengerjaiku, meski terkadang itu menyakitiku, selama ia tersenyum dan itu karena diriku, aku akan merasa lebih baik. Jujur saja, aku menyukai semua hal yang ada padanya. Kecuali satu hal, yaitu tangisannya. Kesedihannya benar-benar menghancurkanku, sekarang pun. Meski ia terbaring lemah di atas ranjang, ia tetap menangis entah karena apa. Apa karena pernikahan ini?

"Jisoo?"

Aku menoleh dan menemukan sosok Seungcheol yang berjalan ke arahku sembari tersenyum. Pemuda itu, aku tidak tahu kenapa ia melakukannya sampai sejauh ini. Tapi dia membantuku dan kurasa itu karena Jeonghan. "Aku hanya merasakan kesedihannya dan aku ingin membantunya sampai ia merasa lebih baik. Aku tidak memiliki perasaan padanya, sungguh." Selalu jawaban itu yang kudapat ketika bertanya mengapa ia seperti ini. Jujur saja, aku tidak masalah jika ia memiliki perasaan pada Jeonghan karena perasaan itulah yang akan membuatnya melindungi Jeonghan.

Jeonghan

Jeonghan

Jeonghan

Kebaikannya, keselamatannya, kebahagiaannya, semua hal pada pemuda itu adalah prioritasku. Jika aku bisa melakukan semuanya, tentu saja aku akan melakukannya. Aku tidak masalah jika harus menuntut diriku sendiri untuk dapat melakukan segalanya karena dengan itu dia dapat bersandar padaku, datang padaku kapanpun ia butuh. Segalanya hanya untuk dia. Aku menerima kopi kalengan yang Seungcheol berikan tanpa niat untuk meminumnya. Aku tidak butuh kopi ini, aku hanya butuh istirahat dan kembali lagi besok.

"Kurasa kau harus pulang, Jisoo." Interupsi Seungcheol dan aku mengangguk, "aku juga berpikiran seperti itu." Ya, aku harus pulang dengan perasaan khawatir karena terakhir kali aku pulang, kondisi Jeonghan memburuk dan sialnya aku tidak ada disana dan justru tertidur pulas di kasur empukku. Aku benar-benar merasa bodoh dan menyesal. "Hati-hati, aku akan menjaga Jeonghan disini." Sahut Seungcheol dan aku kembali mengangguk, aku bersyukur karena aku meninggalkan Jeonghan bersama Seungcheol kala itu sehingga ia dengan cepat memanggil dokter.

Aku pun beranjak menuju pintu, "tolong jaga dia." Aku pun menutup pintu ruangan Jeonghan dan berjalan pelan ke basement, lebih tepatnya ke mobilku dan pulang ke rumah. Bukan rumahku dan Yena, gadis itu memutuskan untuk kembali ke rumah orangtuanya karena aku jarang pulang. Aku merasa bersalah padanya tapi sekali lagi, Jeonghan adalah prioritasku. Jadi kini rumahku dan Yena kosong karena aku pun memutuskan untuk kembali ke rumah Mama dan Papa, tidur di kamarku sendiri.

Break Our Promise [JIHAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang