bagian 8

9 9 0
                                    

Tempat yang indah dan sejuk kala malam. Nampak indahnya cahaya bulan di atas sana. Suasana baru yang ia lihat di tengah tengah polusi ibu kota. Sebuah bukit yang sejuk, dihiasi oleh hamparan bintang di atasnya.pohon  Pinus bergoyang seirama dengan hembusan angin.

"Bagus" guamam takjub yang savana utarakan. Senyum itu kian merekah melihat betapa indahnya pemandangan ibukota dari atas bukit ini. Lampu lampu di gedung gedung besar itu tampak seperti keindahan yang tak terkira.di tambah indahnya hamparan bintang di langit malam.

"Suka?." Tanya  Regan dengan seulas senyum hangat.

"Banget.lo tau tempat keren kaya gini dari mana? " Tanya Savana antusias

Alih alih menjawab pertanyaan Savana Regan hanya menghirup aroma alam yang sejuk  dalam dalam.lalu di hembuskan nya secara perlahan. Terus seperti itu sampai membuat dirinya kembali tenang.

Melihat regan yang begitu Savana mengurungkan niatnya untuk kembali bertanya.dia hanya mengikuti cara regan. Memejamkan mata menghirup aroma alam dan menghembuskan nya.

"Yuk duduk" ajak regan.yang di balas anggukan oleh Savana.

"Lo kalo nenangin diri kesini?" Tanya Savana hati hati.

"Hmm"

"Liat deh bagus banget bintangnya" tunjuk savana berusaha mencairkan suasana yang sempat canggung.

"Gue kesini kalo lagi ada masalah.kaya sekarang ini. ibu pergi. Dan ayah. Ayah gue, dengan teganya menikah lagi sehari setelah ibu meninggal sav. Pria bajingan itu dengan ga tau dirinya mengajak anjing peliharaannya kerumah." Tutur Regan dalam hati. Dia tidak ingin di kasihani.oleh karna itu dia memilih memendam segalanya sendiri. Savana hanya orang baru di hidupnya. Dia tidak ingin Savana terbebani oleh masalahnya.

"Heii kenapa?." Tanya Savana ketika mendapati wajah sedih Regan.

Dengan cepat Regan mengubah ekspresi nya menjadi kembali ceria.
"Nggapapa" balasnya dengan tersenyum pahit. Savana tau iu hanya senyum menutupi luka. Karna ia sering melakukannya.

"Mungkin dengan berbagi cerita sedikit. buat Lo lebih tenang Rey" kata savana.sambil memandang mata hitam pekat milik Regan.

"Gua gapapa"balasnya lagi.

"Lo harusnya bersyukur bisa menjaga ibu lo.bisa mendapat kasih sayang beliau. Bisa merasakan hangat nya dekapan seorang ibu. Masih banyak orang orang di luaran sana yang belom tentu ngerasain apa yang Lo rasain Rey." Termasuk gue. Lanjutnya dalam hati lirih. Savana menghela napas sebelum melanjutkan ceritanya.," Lo bisa ngerasain kasih sayang ibu, sebelum pada akhirnya pergi. gue tau lo pasti sangat terpukul akan itu. tapi gue rasa ibu Lo ga akan tenang ninggalin lo.kalo anaknnya ngga ikhlas dengan kepergian beliau. Jangan terlalu larut dalam kesedihan Rey. ibu Lo juga nanti bakalan sedih ngeliat anaknya sedih" jelasnya tanpa di minta.dan dengan sendirinya mengalir begitu saja.

"Hmm tanks sav"gumam Regan kembali lirih.

",Its oke, no problem, kalo Lo belom siap buat berbagi. pasti rasanya sulit menerima kenyataan. Tapi gue siap ko jadi pendengar. Kalo Lo udah siap berbagi cerita. Lo ga sendiri ada gue dan temen-temen Lo yang lain" ujarnya tulus.

"Hmm, udah malem ayo pulang"

"Yuk"
___________________________________

Kantin sudah di penuhi dengan puluhan siswa yang ingin mengisi kekosongan di perut mereka. Awal pelajaran di hari Selasa adalah kimia,lanjut ke fisika,dan berakhir kedalam rumus rumus Matimatika.
Semua itu memual kan otak kelas 11 IPA 1.

"Ngeselin bangat tuh lampu jalanan, masa gue di katain Mak ijem" kesal  Laras menggebu.

"Hahaha emng si muka Lo keliatan kaya orang zaman dulu" ujar Rara dengan gelak tawa.

Humor To The CoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang