"Would you be my girlfriend?" kata-kata darinya yang menjeda pikiranku. Aku merasa konflik batin, tapi harus segera diputuskan.
Dengan rahang yang kaku dan nafas yang tidak teratur akhirnya kata-kata itu keluar "Hmm, tapi kenapa aku? aku kan gemuk.." Sialnya rasa tidak percaya diri dan ego ikut campur dalam urusan cintaku, seperti yang sudah-sudah.
Dari sorot wajahnya Sean sepertinya khawatir, "Nit, mungkin selama ini kamu bersama orang yang membuat kamu berpikir seperti itu, and that's wrong, mungkin kamu boleh bilang aku gila, tapi kamu itu cantik dan aku merasa kita punya koneksi khusus" tangan kanannya mulai memegang lenganku erat.
"Maaf, aku bukan bermaksud menolakmu Sean... I wanna be your girlfriend.." Aku menarik napas dalam sambil berusaha keras menatap wajah Sean, tanpa diberi aba-aba air mataku mulai jatuh. Sean tanpa panik mulai memelukku dengan hangat, sayangnya tangisku semakin pecah, aku khawatir maskaraku yang murah ini bakalan luber dan membuat Sean takut. Aku menoleh ke arah Sean "Jangan lihat mukaku ya, maskaranya belepotan banget...". Sean melihatku namun tidak menjawab dan dekapannya semakin erat.
Sean tidak hentinya memegang tanganku ke arah mobilnya di tempat parkiran, bahkan ia yang membuka juga menutup pintu mobilnya. Selama diperjalanan kami membahas tentang keluarga kami, ternyata Sean juga memiliki 2 adik, bedanya adik pertamanya laki-laki dan adik bungsunya perempuan. Ibunya seorang dokter dan ayahnya PNS di kota tempat tinggalnya. Kami sangat menikmati kebersamaan itu, ditambah lagu dari Brian Mcknight - I do yang diputar oleh sang penyiar radio.
I do - Brian Mcknight
Before there was a you and me
My life was like a real bad dream
I wasn't trying to believe
In usNow I can see the midnight sun
Somehow we need this to become one
And now it seems that I can't get
Enough, I know nowI'm living the please you more
Whenever I walk out that door
I do what I have to do
'Till I can get back to you
When we touch,
When your skin touches my skin
It's too much
When I'm near it seems like the time stops,
My guard drops,
And I didn't see it coming but
From somewhere right out of the blue
Girl I never meant to love you
But I do
Girl I never meant to love you
But I do
You didn't give us half a chance
And now we got a true romance
I think we found that so amazing loveIt's like we're living in a dream
What's better than you and me
And now the whole wide world can see
Its loveI don't need much from myself
Just you and nobody else
Everything, everything I do
I do it all for you....
Tak hentinya kami menebarkan senyum berdua malam itu, ia mengantarkanku sampai pulang bertemu Ibu. Ia menjadi satu-satunya lelaki istimewa selain keluarga yang mencium tangan Ibuku. Tidak lupa ibuku mengucapkan terimakasih pada Sean juga membekalinya satu toples kue kering keju buatannya. Melihat Sean menutup pagar dan mulai menghilang dari pandangan membuatku mulai rindu akan kehadirannya.
***
*1 message from Sean*
How's your night babe? please tell your mom, kuenya enak banget!!! she got a super secret recipe right?
Aku tersenyum membaca pesannya, Ibuku memang master membuat kue kering dan karena sedang resesi sempat ada rencana untuk menjual kue-kue itu juga. Belum sempat balas pesan Sean, aku melihat Ibu membawa baju cucian kami, jadi maaf Sean, ini lebih penting darimu. Urusan cuci mencuci, karena mesin cuci rusak (dan mudah-mudahan aku bisa segera membelinya) jadi hal yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari kami. Malahan sekarang jadi kepikiran, dengan orang tua Sean yang lebih dari berkecukupan, apa mereka akan menerimaku dengan mudah ya? Tingkat percaya diriku berubah ke angka lima dari sepuluh.
***
Sean POV
Pagi yang cerah cocok untuk lari, checklist pertama menanyakan kabar Anita sudah dilakukan, sekarang waktunya menikmati matahari. Setelah tiga tahun tanpa menjalin hubungan dengan wanita, akhirnya terasa melegakan bertemu dengannya. Sebaiknya harus segera memberi tahu Faris bahwa aku sudah memiliki pacar baru, untuk Will, dia terlalu bocor untuk menjaga rahasia antar lelaki. Selain itu, Faris memang memiliki kedewasaan yang cukup untuk kami saling bertukar pikiran.
Sesuai dugaan, Faris memberi selamat dan wejangan untuk menjaga hubungan dengan baik juga memberi peringatan untuk jangan sampai menjaga jodoh orang lain. Lari pagiku terasa sangat berfaedah dengan siraman rohani dari Faris. Kira-kira apa yang sedang Nita lakukan ya? Aku yakin ia akan baik-baik saja besok hari saat ia bekerja di tempat barunya.
Dari kejauhan sepertinya aku melihat mobil Fortuner putih yang baru pertama kali aku lihat di kosan, sepertinya ada yang kedatangan tamu. Mendekati pagar kosan terlihat Milla dan Orang tuanya sepertinya sedang menunggu seseorang, dan kemungkinan itu aku, Sean. Rasanya ingin mengendap-endap pergi atau pakai jurus tidak terlihat agar bisa rebahan di kamar kos. Saat aku berputar balik, saat itu juga namaku dipanggil.
"Sean!!!!!" Teriak Milla sambil berjalan ke arahku, kedua orang tuanya hanya melihatnya dari kejauhan. Kakiku kaku kaku seperti kena palu, ya, kata-kata itu berputar dalam otak seorang Sean. Sambil berusaha mengontrol ekspresi wajah karena takut tertangkap basah oleh pakar mikro ekspresi aku menyapanya, "Hey Mil, bareng om sama tante ya? Lagi nyari apa nih?" Mungkin mereka sedang mencari kunci yang jatuh atau tikus untuk pakan ular sawah.
Tiba-tiba Milla merangkul lenganku dan berusaha menarikku ke arah orang tuanya sambil berkata, "ayo ah, udah ikut bentar napa". Kedua orang tua Milla tersenyum dan aku hanya membalas dengan nyengir sambil menganggukan kepala. "Gini nak Sean..." Ayahnya membuka obrolan kami dengan serius. "Sebentar om, bisa ngobrol di kamar saya saja? soalnya kurang enak banyak temen kosan" sanggahku cepat. "Disini saja, sebentar, jadi om dan tante sudah bilang ke orangtuamu akan datang ke Sumatra bersamamu akhir bulan ini untuk ngobrol-ngobrol...om sudah booking tiketnya ya...itu saja kok, ini om sama tante dan Milla barusan habis dari toko furniture jati untuk rombak kamar Milla, jadi sekalian kesini...gitu aja, om duluan ya.." Ayah Milla dengan santai mengungkapkan rencananya tanpa menunggu persetujuan dariku. Sepertinya yang harus diperiksa kepala bukan hanya anaknya, tapi juga kedua orang tuanya, bahkan tidak ada kesempatan untukku berkata apapun. Mereka bertiga hanya memberikan salam dan melambaikan tangannya ke arahku lalu pulang dengan mobil Fortunernya itu.
***
Anita POV
Cucian sudah dijemur, makan siang sudah disantap, tapi tetap saja kebiasaan malas mandiku tetap ada. Memang sudah tercium bau asam menggoda, tapi sepertinya lebih asik untuk mandi nanti sore saja, sekalian bau. Oya, bahkan aku terlupa membalas pesan Sean, mudah-mudahan dia baik-baik saja aku tinggalkan pesannya.
Anita to Sean:
Heyyyy...maaf Sean, biasa abis ribet haha..kalau suka kuenya tar aku bilang lagi ke Ibu yaak ;))
Sean to Anita:
My lady, kirain kemana, wah, aku pesan aja kalau gitu mah, jangan free mulu..hahaha
ketemuan lagi yuk minggu depan?
Anita to Sean:
Ga usah beli lah, santai aja, hitung-hitung promosi...yuk aku juga ingin ketemu lagi, atau kalau kamu mau kencan di rumah aku juga ga apa-apa...hahaha...kalau minat aja sih, kalau nggak mah ga apa-apa... XD
![](https://img.wattpad.com/cover/153604961-288-k562828.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
In Her World - Anita [END]
ChickLitPagi itu hujan gerimis mulai berjatuhan. Saat lampu merah ku lihat jam tanganku menunjukkan pukul 07.45 yang mana aku hampir telat untuk interview di salah satu perusahaan penerbitan. Seperti biasanya Loki si motor matic tua kesayangan ini yang men...