Chapter 16 : Takut

8 3 0
                                    

"Gue panik tau ga?! Lo beneran udah gapapa kan sekarang? Udah ga ada yang sakit? Kepala lo masih pusing?"

Siella memberikan pertanyaan beruntun pada Rara sembari menekan kedua pipi gadis itu dan memutar kepala Rara kearah kanan dan kiri.

Rara dengan segera melepaskan kedua tangan Siella pada wajahnya, "Gue beneran udah gapapa, Sei".

Siella mencebikkan bibirnya pelan, "Lo gatau kan se-panik apa gue tadi pagi pas tau lo pingsan? Sampe gue sama Nathan ke rumah sakit masih pake seragam kaya gini"

Rara menghembuskan nafasnya pelan, lalu menatap kearah Nathan yang tengah memainkan ponselnya di sofa pojok ruangan. Siella benar, baik Siella maupun Nathan masih menggunakan seragam sekolah sampai saat ini, karena keduanya sama sekali belum beranjak dari rumah sakit sejak pagi tadi.

"Maafin gue ya, Sei. Harusnya gue yang nemenin lo disaat kaya gini, bukan sebaliknya. Gue juga malah bikin kalian khawatir"

Siella yang mendengarnya justru menundukkan kepalanya. Ia memainkan jari-jari tangannya tanpa berniat menatap wajah Rara di hadapannya. "Nggak, Ra. Lo ga salah sama sekali disini. Semuanya salah gue"

Kedua mata Rara menatap sempurna kearah Siella dihadapannya yang masih menundukkan kepala, gadis itu tidak mengerti maksud ucapan Siella.

"Harusnya, kemarin gue izinin lo pulang ke rumah orang tua lo. Harusnya kemarin gue ga ngomong kaya gitu ke lo. Harusnya gue paham keadaan lo. Maaf, Ra. Maaf gue belom bisa jagain lo dengan baik tanpa Dyana sama Syafa."

Lalu gadis itu mengangkat kepalanya, membalas tatapan Rara. Kedua bola matanya sudah memerah dan berkaca-kaca seakan menahan air mata itu keluar sedari tadi. Ia menggenggam kedua tangan Rara.

"Setelah lo keluar dari rumah sakit, lo pulang ya, Ra? Gue janji ga akan nahan lo lagi. Gue yakin orang tua lo bisa jaga lo lebih baik daripada gue. Gue.. gue gamau liat lo sakit lagi. Maafin gue."

Gagal. Pertahanan gadis itu gagal. Dia justru mengeluarkan air matanya tepat dihadapan Rara.

"Ck, kok gue jadi nang-"

Ucapan Siella terpotong ketika Rara dengan cepat memeluk tubuhnya, lalu mengusapkan tangannya dengan perlahan pada punggung Siella.

"Lo ga salah, Sei. Makasih udah bawa gue kesini. Makasih udah dateng ke kamar gue pagi itu. Gue ga akan ninggalin lo, Sei. Gue janji. Udah cukup Dyana sama Syafa aja, ya? Gue ga mau salah satu dari kita terluka lagi"

Siella justru semakin menangis, lalu mulai membalas pelukan sahabatnya itu. "Jangan lagi ya, Ra? Jangan bikin gue takut lagi. Jangan sakit lagi. Gue takut, Ra."

Rara hanya mengangguk pelan menjawabnya. Sementara Nathan hanya menyaksikan kedua gadis itu dari sofa. Menatap keduanya dengan senyuman kecil.

■■■

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi sekitar 5 menit yang lalu. Baik Andra, Juna, dan Raihan kini tengah melangkahkan kakinya keluar kelas setelah selesai merapihkan barang-barang mereka diatas meja ketika jam pelajaran terakhir berakhir.

Tentu saja mereka berniat menuju ke parkiran sekolah, mengambil motor mereka yang terparkir disana lalu dengan segera menuju ke rumah sakit untuk menjenguk Rara. Siella sudah menghubungi Andra beberapa menit lalu, mengatakan bahwa Rara baik-baik saja dan kini sudah sadar dari pingsannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE ACE GANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang