Tanpa melihat arah langkah tiba tiba aku terdampar disini. Stadion bola. Di Brazil pula . Wahai otak, kau memikirkan apa?
Aku memang sedang tinggal di Brazil tahun ini. Tuntutan pekerjaan orang yang membiayaiku. Bukan orang tua, nanti kalian akan tahu jelasnya.
Gelombang gelombang masa lalu sudah seperti ombak di Fikiran. Mereka datang silih berganti tanpa berhenti, tak menyisakan waktu istirahat.
Seseorang tiba tiba menepuk bahuku. Dan berkata " kau tidak boleh disini, sebentar lagi akan turun badai" .
"Tidak apa, badai itu tidak akan menerjang ku"
"Sombong sekali. Ingat Tuhan hanya butuh sekali berucap dan kau akan lenyap"
"Aku tahu itu. Maksudku bukan seperti itu. Maksudku adalah tidak apa badai itu menerjangku karena aku sudah lelah. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan"
Orang di sebelahku mengambil nafas, mungkin sudah biasa menghadapi manusia yang lelah hidup.
"Mungkin boleh berkata seperti itu. Tapi apa tak berlebihan? Memangnya kau tahu apa yang ada di masa depan?"
"Lucu. Bukankah ini masa depanku? Manusia tak sukses yang lelah hidup"
Orang disebelahku kini lebih mendekatkan badannya, tepat disebelahku. Menjengkelkan.
"Bodoh. Kau masih mahasiswi dan bilang ini masa depanmu? Masa depanmu masih jauh. Sampai tak bisa ditebak jauhnya. "
Orang ini. Darimana dia tahu aku mahasiswi? Menyeramkan.
"Kau siapa?"
****
KRITIK DAN SARAN DITERIMASEKIAN,
N
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone New
Genç KurguBertemu tanpa perpisahan bukanlah sesuatu yang mustahil kan? Namun aku lupa satu hal, kematian.