⚡ ➖ what's the matter?

1.1K 49 2
                                    

Musim salju tahun ini benar-benar dingin. Harry, Hermione, dan Ron berjalan kaki menuju Three Broomstick untuk memesan butterbeet. Seperti biasa, Three Broomstick selalu ramai dikunjungi murid-murid Hogwarts lainnya.

"Well, tidak ada tempat duduk yang kosong, Harry, Hermione," keluh Ron. Masalahnya, di antara mereka bertiga, yang paling bersemangat untuk ke sini adalah Ron. Dia ingin sekali minum butterbeer untuk menghangatkan tubuh.

"Benarkah?" tanya Hermione memandang sekeliling, siapa tahu ada tempat duduk yang masih kosong.

"Itu, ada di dekat tangga." Harry menunjuk tempat duduk yang tersisa. "Mau duduk di sana?"

"Oke," jawab Hermione dan Ron barengan.

Madam Rosmerta, pemilik toko itu datang dan mencatat pesanan mereka lalu pergi.

"Harry, kau sudah bertemu dengan Profesor Dumbledore hari ini?" tanya Hermione.

Harry menggeleng, "Belum. Kudengar dia sedang pergi."

"Oh ya? Dia pergi ke mana?" tanya Ron cepat.

"Ke Kementerian Sihir sepertinya." Harry sendiri tak tahu ke mana Dumbledore pergi. Dumbledore tidak memberitahunya. Dia baru tahu dari Profesor McGonagall.

"Aneh... Setiap hari kau jadi sering konsultasi dengannya," sahut Hermione heran. "Kalian berdua membicarakan apa, sih?"

Harry mengusap kedua tangannya yang dingin. "Aku belum bisa memberitahunya pada kalian berdua. Maaf."

Mendengar jawaban Harry, Ron dan Hermione saling berpandangan.

"Pasti mengenai Kau-Tahu-Siapa, bukan?" tebak Ron.

Harry mengangguk serius. Hermione tampak cemas. "Mungkin di waktu yang tepat, akan kuberitahu pada kalian."

Tak lama kemudian, Madam Rosmerta datang membawa pesanan mereka bertiga: tiga gelas butterbeer. Ron cepat-cepat menyeruputnya.

"Astaga," gumam Ron sesudah meneguk. Harry dan Hermione langsung menoleh.

"Ada apa, Ron?" tanya Hermione cemas.

"Adikku dan Dean malah asyik ciuman di tempat gelap seperti ini," sahut Ron setengah berbisik.

"Ginny? Mana?" Hermione melirik ke kiri dan kanan.

"Itu, di jarum jam ke angka tiga."

Hermione dan Harry sama-sama menoleh. Ginny dan Dean duduk di pojokkan sambil berpegangan tangan dan kepala mereka cukup berdekatan.

"Mereka bukan ciuman, Ron," kata Hermione setengah geli. "Mereka cuman bisik-bisik saja, kok."

"Oh ya? Coba kau lihat lebih teliti lagi," kata Ron sedikit sensi.

Maka Hermione dan Harry menoleh lagi. Kali ini, Ginny dan Dean berciuman. Harry, Hermione, maupun Ron kelihatan canggung.

"Jadi kenapa? Kau tak suka adikmu berpacaran dengan Dean?" tanya Hermione membuka suara duluan.

"Iya, kau benar," kata Ron. "Aku tidak suka Ginny disentuh oleh laki-laki mana pun."

"Lalu? Apa Ginny marah kalau kau menciumku?" Hermione balik bertanya.

Wajah Ron sekilas memerah. "Bukan begitu, Hermione. Umurnya baru 15 tahun dan dia sudah berciuman dengan seniornya!"

"Hei, sudah, sudah, tenang kalian berdua," lerai Harry. "Kita kan mau minum di sini, kenapa jadi ribut?"

"Harry, apa kau tidak cemburu melihat Ginny dengan Dean?" tanya Ron tiba-tiba. Harry maupun Hermione sama-sama terkejut dengan pertanyaan Ron barusan.

"A—apa?" tanya Harry tergagap.

Ron mengulang pertanyaannya, "Aku tanya, kau tidak cemburu melihat mereka berdua mesra-mesraan?"

Harry menggeleng sambil meneguk butterbeer. "Benarkah? Bukannya kau pernah bilang padaku kalau kau—"

Hermione melirik Ron tajam. 

"Ehem! Tidak, tidak jadi. Lupakan," kata Ron kikuk.

Harry tentunya ingat apa yang dikatakan Ron tadi. Dia pernah bilang kalau Ginny adalah perempuan yang baik dan punya pesona tersendiri. Dia juga pernah bilang Ginny mirip dengan ibunya, Lily. Tapi Harry menganggap bahwa Ginny hanyalah sebatas adik perempuan Ron saja, tidak lebih.

Mungkin.

Harry Potter ⚡ (One Shot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang