Cinta Pertama

86 6 0
                                    

Hari itu Febian gelisah. Matanya selalu melirik ke layar HP dan jam tangannya. Dia janjian dengan Anisa untuk ketemuan di salah satu restaurant cepat saji di kota Pekanbaru. Sudah tiga puluh menit Febian menunggu, tapi Anisa belum kelihatan batang hidungnya.

Di call tidak di angkat. Di chat nggak di read. Sudah dua gelas Kepal Milo dan seporsi kentang goreng di habiskan Febian. Jika sampai dalam 15 menit ke depan yang di tunggu tidak datang, maka dompet Febian akan menangis. Karena kehilangan penghuninya satu persatu. Terutama yang tajir. Yang banyak nolnya itu. Sebab cowok itu, terpaksa harus pesan makanan dan minuman lagi. Malu kan, duduk di restaurant lebih dari 30 menit pesannya cuma itu doang.

Sebelum Febian memutuskan untuk bertemu di restaurant itu. Idlan menyarankan untuk ketemunya di Taman kota saja. Selain biayanya yang lebih murah, tempatnya lebih intimate. Alam terbuka yang banyak pepohonannya. Jarak antara satu tempat duduk dengan tempat duduk lainnya cukup jauh. Sehingga bisa lebih fokus dengan partner bicara dalam menjelaskan sesuatu.

Suasananya lebih asoy di tempat itu. mana tahu dada Febian bisa jadi tempat sandaran bagi punggung Anisa. Atau kedua bibir mereka pengen saling menyapa dan bersentuhan satu sama lain.

Sebuah saran dari orang –orang yang kebanyakan nonton Drakor. Yang memang banyak adegan begituannya. Masa baru kenal sudah mau nyosor sii ? Emangnya bebek.

Dasar Omes. Otak mesum.

Tetapi memang di Pekanbaru tempat untuk rekreasi dan kongkow bareng terbatas. Sehingga selain dari tempat yang disebutkan di atas, Mall menjadi pilihan yang paling banyak di gandrungi. Karena lebih classy mungkin. Dan pada akhirnya Febian menjatuhkan pilihan di Mall untuk bertemu dengan Anisa. Disalah satu restonya.

'' Hai Feb ,'' Suara Anisa memecah lamunan Febian.'' Sorry banget lho, gue terlambat. Macet soalnya.''

'' Ga pa pa Nis,'' Febian tersenyum sambil mempersilakan Anisa duduk dan memesan makanan.

'' Kamu terlihat cantik hari ini ''

'' Ha..ha..ha.., sudah dari dulu kok, ga nyadar lo ?'' Anisa mencibir lucu.

'' Iya nii, aku nyadar nya baru sekarang,'' Febian tersenyum

Anisa mengernyitkan keningnya,seolah ingin meyatakan ' lu kok baru tahu sekarang sii ? masa ga merhatiin bidadari secantik gue ?

'' Btw, ada apa sii ? sampai ngajakin ketemuan dimari ," Suara Anisa memecah kesunyian.

'' Iya , pen ngobrol dengan mu.'' Febian mulai terserang penyakit groginya lagi. Tapi dia bertekad untuk bicara terus terang hari ini. Agar isi hatinya di ketahui Anisa.

'' Aku tu sebetulnya pen nyampe-in sesuatu ke mu .''

'' Mau nyampe-in apa ? '' Tanya Anisa heran

'' Mmmm...'' Febian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.'' Aku mulai nyaman dengan mu Nis.''

'' Kalau kamu gimana ?'' Febian bertanya sambil menundukkan kepalanya

'' Maksudnya gimana sii Feb ?'' Anisa menatap Febian sambil menyeruput milk shake nya

" Aku keknya mulai suka ke mu Nis. Dan aku ingin melanjutkan hubungan ini ke level berikutnya.'' Dada Febian terasa plong.

Akhirnya yang bergumpal di dadanya keluar. Serupa dahak yang menggumpal selama bertahun-tahun. Dan menyebabkan sesak nafas akut.

'' Ha..ha..ha.., emangnya lagi main Mobile Legend ? Pake the next level segala.'' Anisa tersenyum. Berusaha mencairkan suasana yang mulai canggung.

'' Tapi aku serius lho Nis ,'' Wajah Febian berubah serius.

'' Aku pen hubungan kita itu lebih dari sahabat.''

'' Ada ikatannya. Seperti pacaran.''

'' Kamu mau ga jadi pacar aku ?''

Anisa terdiam. Dia menyeruput Milk shake nya lagi.

'' Gue ga bisa jawab sekarang Feb,'' Jawab Anisa.'' Nanti malam atau besok gue jawab via WA ya.''

Sebetulnya Anisa sudah punya jawaban atas pertanyaan Febian itu. Tetapi kan cewek mesti jaga gengsi. Supaya agak berkelas. Supaya tidak sama dengan cewek-cewek yang tongkrongannya di bawah standar itu. Yang suka bergaya seperti Lisa Black Pink. Padahal paha dan betis tidak mirip. Lebih mirip donat yang di beri Fermipan berlebihan. Di tambah ada bekas eksim di sana sini.

'' Ok Nis, aku tunggu ,'' Febian tersenyum ke Anisa.

Febian yakin Anisa juga punya perasaan yang sama dengannya. Bahasa tubuh cewek berkulit putih itu menggambarkan bahwa ia juga suka.

Dan benar saja. Tidak menunggu sampai besok, jawaban Anisa sampai ke Febian malam itu juga.

Anisa : Gue mau jawab pertanyaan elo tadi siang Feb

Febian : I am listening Nis. Nungguin dari tadi soalnya. Moga jawabannya tidak mengecewakan

Anisa : Gue juga punya perasaan yang sama dengan lu. Gue suka sama lu Feb

Febian : Alhamdulillah.., jadi kita jadian nii ?

Anisa : Iya , tapi aku ada satu syarat nii Feb..

Anisa : Aku ingin tidak ada seorang pun yang tahu tentang ini, kecuali kita berdua.

Febian terdiam mendengar kalimat terakhir Anisa. Tentang syarat itu. Kenapa harus pakai syarat-syaratan sii ?.

Kok seperti syarat tantangan harus makan cabe ijo seratusan biji, kemudian baru dapat voucher menginap di hotel berbintang lima.

Menginap kagak, mencret iya.

Atau seperti cerita Sangkuriang yang jatuh cinta dan melamar Dayang Sumbi untuk dijadikan isteri. Tetapi karena Dayang Sumbi sungkan untuk menolak, maka dibuatlah syarat khusus. Yang syarat itu rasanya tidak akan sanggup dilakukan Sangkuriang.

Tapi demi cinta, Febian terpaksa harus menerima syarat itu. Walaupun hatinya bertanya –tanya.

Apakah Anisa setengah hati menerimanya ? Karena kasihan mungkin ? Pikiran dan perasaan Febian berkecamuk. Febian berniat untuk mencari tahu.

Tetapi walaupun demikian, Febian tetap gembira bukan main. Hari itu akan di jadikannya sebagai salah satu hari spesial dalam hidupnya. Hari itu status jomblonya berakhir. Hari itu adalah hari ucapan selamat tinggal untuk Febian yang pemalu dan penyendiri. Febian yang baru sudah lahir. Febian yang berbeda dengan yang dulu.

Love is ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang