10 - Api Biru

750 160 3
                                    

"P-permisi.."

"Biarkan saya lewat.."

"Permisi!"

Daia menerobos kerumunan. Walaupun sesak, tetap ia lalui dengan hati-hati. Meskipun banyak yang memprotes, Daia tetap melewati mereka satu persatu.

Elidio ada di sana!

Aku harus melihatnya!

Semua itu terlalu tiba-tiba. Aturan baru yang ditetapkan juga membuat jantung Daia berpacu cepat. Perasaannya tidak enak. Ia merasa, sesuatu yang besar segera terjadi.

Entah pada dirinya.

Atau pada Elidio.

Sementara itu, pertandingan segera dimulai. Para peserta menempatkan diri dalam barisan panjang sebelum nantinya akan berpencar, masuk ke dalam kegelapan dan mengincar target hidup yang ada di arena.

Target hidup itu berupa kelinci. Ada pula rubah, rusa, dan burung hantu.

Bagi mereka yang berhasil mendapatkan burung hantu akan mendapatkan nilai tambah. Karena burung hantu susah untuk dijadikan target panah tepat sasaran.

Setelah target hidup, ada pula target papan biasa. Sebelumnya, para peserta dianjurkan untuk menandai anak panah mereka dengan pita berwarna yang bertuliskan inisial masing-masing sesuai yang terdaftar.

Elidio Solveig mengambil singkatan "Eli" dalam perlombaan kali ini.

Tahun lalu, ia menggunakan inisial D, alias "Deventi".

Sebuah nama mengerikan yang di masa depan harus ia sandang di belakang namanya yang sekarang, sekalipun Elidio sendiri enggan.

Suatu saat, namanya akan menjadi Elidio Solveig Deventi.

Grand Duke Deventi yang baru.

Kekuasaan besar dan kekuatan mengerikan sebagai bagian dari warisan hidupnya mau tak mau harus ia terima.

Lantaran, satu orang penting dalam hidupnya dianggap tak punya hak akan hal itu. Meskipun, Elidio tahu orang itu jauh lebih kuat dan tegar daripada dirinya yang naif.

Orang hebat yang ia panggil "kakak".

Seorang keturunan buangan.

"Dimulai!"

Mendengar itu, Elidio langsung menggelengkan kepala, mengembalikan fokus dari pikirannya pada arena.

Menyeringai kecil, Elidio mengangkat telapak tangan ke udara. Tangan kanannya lurus ke depan setinggi dada. Setelah itu, hal yang tak biasa muncul.

Petir menyambar-nyambar di langit sore yang menggelap. Gumpalan awan hitam terlihat berpacu dengan waktu untuk berkumpul ke satu titik.

Anehnya, itu bukan tanda-tanda akan turun hujan.

Melainkan tanda bahwa Elidio sedang bersungguh-sungguh untuk memenangkan pertandingan panah.

"I-itu! Kejadian yang sama seperti tahun lalu!"

"Mo-monster! Apa itu hal yang mungkin untuk penyihir biasa?!"

Setiap orang yang melihat kebingungan dan panik. Ada pula yang berlarian keluar, membubarkan diri melihat pertandingan.

Daia seorang yang tak bereaksi. Lebih tepatnya, ia tak tahu apa yang harus ia tunjukkan ketika di depan wajahnya, Daia melihat hal yang biasa ia dapatkan dari film.

Tangan Elidio terpusat ke atas dan petir turun dalam tangannya. Petir itu laksana busur dalam genggaman Elidio.

Seluruh tubuh Elidio terselubung oleh cahaya kebiruan yang menyala-nyala. Bak api biru, Elidio akan menyulut habis pertandingan sampai tak bersisa.

Mirror WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang