Hadiah

995 133 9
                                    

Pukul 5 sore, Abian udah nyampe dirumah. Belanjaan tadi sengaja diletakkan dimobil aja. Entar, habis sholat tarawih aja dia kasih.

Masuk kedalam rumah, yang sebelumnya udah ngucapin salam. Istrinya pasti ada didapur, soalnya kecium bau masakan.

"Dek." Tegur Abian 5 langkah dibelakang Fawnia yang lagi nge-goreng tahu.

"Mas?! Udah pulang, kok nggak kedengaran?" Tanya Fawnia sambil mendekati Abian, terus ambil tas kerja Abian dan cium tangan kanannya.

"Kamu keasyikan masak." Jawab Abian singkat dan diangguki Fawnia.

"Yaudah, kamu mandi aja."

"Oke, siniin tas nya, biar aku bawa kekamar." Abian ambil kembali tasnya ditangan Fawnia.

"Baju kamu?"

"Udah, lanjutin aja masak kamu. Mas kekamar dulu, yah." Ujarnya dan mengusap sedikit pipi Fawnia.

--

Tarawih sudah dilaksanakan. Sekarang, pasutri itu dirumah lagi. Fawnia yang udah didalam kamar, sambil skincare-an, sedangkan Abian lagi diluar. Ngambil belanjaannya tadi.

Pintu kamar terbuka, Abian masuk sambil nenteng 3 tas kertas yang didepannya ada logo tokonya Zaira.

Fawnia yang mandang dari pantulan kaca pun menoleh penasaran. "Loh? Kamu ke toko Zaira? Kok nggak ngajak-ngajak aku?" Tanyanya sambil cemberut. Terus kembali natap cermin sambil masang lipblam.

"Sini makanya." Suruh Abian saat dilihatnya istrinya itu udah selesai.

Fawnia berjalan sambil cemberut.

"Ini, buat kamu. Aku beli baju pasangan yang pernah kamu minta." Ujarnya sambil angsurin tas kertas itu.

Fawnia terdiam dan mandang Abian tak percaya. "Maksud, mas? Ah, nggak, dalam rangka apa?"

Abian mengulum senyum, "Satu bulan pernikahan kita, bukan?"

Fawnia nutup mulutnya tak percaya. "Ihh, aku kira mas acuh aja."

"Yah, mas itu nggak biasa ngerayain kayak gini, dek. Tau sendiri, waktu kita pacaran aja kek gimana." Ujarnya santai sambil angkat bahu.

Fawnia angguk setuju, bagaimana dia lupa kalau suaminya ini tipe-tipe nggak romantis kayak orang kebanyakan.

"Makasih, mas." Ucap Fawnia, lalu membuka tas kertas tersebut. "Ihh, ini baguss. Warna abunya keren, pinknya lucu. Ihh, mass.. tau aja aku mau warna pinkk." Kata Fawnia gemes lihat bajunya.

Abian senyum senang lihat Fawnia kayak gitu. "Oh iya, ini satu lagi."

Fawnia nerima dan langsung buka. Matanya berkaca lihat isinya. Sebuah mukenah. "Hiks, makasih, suaminya Fawnia.."

Abian langsung ngasih pelukan saat Fawnia nangis karena lihat tas kertas terakhir. Ah, bersyukur dia.

"Terima kasih, udah mau nerima lamaran aku waktu itu. Terima kasih sudah jadi istri yang baik satu bulan ini, semoga selau seperti itu. Maaf kalau suami kamu ini banyak kesalahan yah?" Bisik Abian yang makin buat Fawnia kejer.

"N-nggak. Aku yang makasih. Hiks. Kamu mau sama aku, jadiin aku istri kamu. Hiks. Makasih.."

Abian dongkak buat halau air mata yang mau jatuh. Bener-bener sesayang ini dia sama istrinya.

"Mass, malam Jum'at loh ini. Nggak pengen?" Bisikan Fawnia itu membuat Abian diam.

"Tapi, kamu baru make cairan aneh kamu. Pahit, dek." Ucap Abian pake bisikan pula.

"Jadi, nggak?"

"Ya mau lah!"

***

Abian's Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang