Sekarang hari minggu, serta jam menunjukkan pukul 10 pagi, dan sekarang Fawnia lagi nyetrika baju sambil nonton tv. Film Azab yang bikin geleng-geleng kepala karena kreativitas si pembuat cerita. Walaupun begitu, tetap aja ada hikmah yang dapat dipetik dari film tersebut.
Sedari tadi, Fawnia berdecak kesal karena istri didalam film tersebut tetap bertahan, padahal sang suami berselingkuh tepat didepan matanya.
"YaAllah, kalau aku yang kayak gitu, beuh, udah aku bejek-bejek itu suami." Gumamnya kesal dan dilampiaskan dengan menekan seterika kuat-kuat keatas baju.
Seakan tersadar sesuatu, Fawnia melototkan mata, "Eh? Amit-amit, jangan sampai. Jangan dengerin perkataan hamba, YaAllah.." lanjutnya dengan memukul kepala kemudian memukul lantai, diulangnya beberapa kali.
Amit-amit kalau dia punya suami yang kaya gitu. Jangan sampe Abian selingkuh kayak si suami dalam film.
Karena sekarang hari minggu, Abian tentu saja ada dirumah. Dan lelaki itu sedang mencuci mobilnya. Kegiatan yang terkadang dia lakukan, karena kalau sedang sibuk dan capeknya, Abian sering kali pergi ketempat cucian mobil.
"Dek, udah belum nyetrika nya?" Tanya Abian masuk dari pintu depan sambil nenteng ember yang berisi spons dan sabun.
"Dikit lagi, mas. Kenapa emang?" Fawnia balik bertanya dengan melirik sekilar Abian.
"Lama banget sih, dek. Perasaan kamu duluan yang nyetrika dari pada aku nyuci mobil." Ujarnya sambil duduk dibelakang Fawnia.
Fawnia cemberut, "Salahin aja tvnya itu, aku jadi nggak fokus karena nonton dia.."
Abian terkekeh geli, "Aneh-aneh aja, kamu ini. Masa tv yang harus disalahin. Udah, kalau kamu capek, sini gantian." Tawarnya dengan memijat lembut pundak Fawnia.
"Enggak! Ini kan pekerjaan perempuan, mas. Udah, mas duduk aja. Lagian mas juga udah nyuci mobil sama beresin rumput-rumput yang udah panjang tadi. Sekarang, mas istirahat aja, lagi puasa loh.." Tolak Fawnia.
Ya kali dia ngebiarin Abian ngerjain pekerjaan yang merupakan tanggunv jawabnya sebagai istri. Sudah cukup Abian mencari nafkah dan memenuhi semua kebutuhan rumah dan dirinya.
"Adek kali yang capek. Dari tadi nyuci, ngepel, beres-beres rumah, kepasar tadi, nah sekarang nyetrika lagi. Ini pakaiannya masih lumayan, dek. Udah, biar mas aja yang gantiin. Sekali-kali mas bantuin pekerjaan adek." Bujuk Abian lagi. Serius, Abian kadang kala tak enak hati lihat Fawnia ngerjain pekerjaan rumah. Memang wanita itu tidak bekerja, karena dia meminta. Cuma, dia maunya sekali-kali Fawnia libur bersih-bersih dulu.
"Masss..." pekik Fawnia putus asa. "Udah ih, sana. Jangan ajak aku ngomong terus, nanti nggak selesai-selesai. Mendingan sekarang kamu ngapain kek, nggak usah mau ngerjain kewajiban aku sebagai istri." Lanjutnya memohon dengan menatap Abian cemberut.
"Haha, iya-iya. Yaudah, aku mau ke kamar. Ngadem dulu.." Ujarnya sambil berlalu menuju dapur untuk meletakkan ember bekas cucian tadi.
"Mas, mending baca Al-Qur'an aja. Dari pada gabut..." Teriak Fawnia yang di iyakan oleh Abian.
--
Hari semakin sore, sekarang Fawnia lagi didapur mau masak buat makanan untuk berbuka nanti. Tadi pukul 8 dia ke pasar sendiri. Pasarnya nggak terlalu jauh dari rumah, makanya dia jalan kaki aja.
Di pasar tadi, Fawnia beli ayam, kangkung, tempe dan lainnya. Ia akan buat tumis kangkung, ayam goreng, sama sambel mentah. Nggak lupa, dia juga akan buat cendol hijau juga.
Dengan apron yang udah kepasang ditubuhnya, dirinya mulai memotong tempe buat digoreng sebagai gorengan. Habis itu ia mulai menyiapi bumbu-bumbu buat ayam goreng, biar ada rasanya gitu. Biar Chef Juna agak terkesan sama dia, karena nggak cuman kasih garem aja.
Oke, kita tinggalkan istri muda ini memasak didapur. Mari kita lihat apa yang dilakukan oleh suami muda.
Abian lagi guling-guling diatas kasur. Kakinya gesek-gesek karena ngerasain seprei lembut yang baru tadi istrinya ganti.
Tadi, habis baca Al-Qur'an habis sholat Ashar. Mau nolongin Fawnia, pasti nggak dibolehin. Makanya dia cuma guling-guling kayak orang nolep gini.
Tapi, kapan lagi 'kan dia dapat begini.
Kalau diingat-ingat, Abian itu bener-bener beruntung nikah sama Fawnia. Walaupun wanita itu cerewetnya minta ampun, tapi dia bener-bener istri yang baik.
Jadi ingat, gimana masa dia pacaran dengan Fawnia. Mereka pacaran itu saat masih jadi mahasiswa. Dia semester 6, Fawnia semester 4. Jurusan mereka berbeda, dan mereka pertama jumpa itu saat ulangtahunnya kampus mereka.
Yah, seperti cerita klise lainnya. Mereka tidak sengaja bertabrakan dan bla-bla-bla... hingga sampai mereka pacaran. Hubungan itu terus berlanjut saat Abian udah lulus dan memilih kerja diperusahaan bapaknya. Sampai Abian ngerasa udah cukup mapan, dia berani ngelamar Fawnia dengan cara datang kerumah dengan Papa dan Mamanya. Dan-- ya, mereka seperti ini sekarang :)
"Mas?" Panggilan itu membuyarkan Abian. Menengok kearah pintu, ada kepala istrinya yang nimbul lengkap dengan cengiran.
"Sini-sini.." suruhnya dan diangguki oleh Fawnia. "Kenapa, dek?" Tanyanya saat Fawnia udah duduk disamping dirinya yang masih terbaring.
"Hmmm, jadi gini, mas.." ucapannya tergantung yang malah membuat Abian menaikan alis bingung.
"Kenapa sih, dek?"
"Fawnia mau beli oven, mas. Jadi, pas lebaran mau buat kue sendiri. Gimana?" Tanya meminta pendapat.
"Yaudah beli. Mau beli dimana? Online atau langsung ke tokonya?" Tanya tanpa harus ada yang dipikirkan. Apa yang ingin dibeli istrinya, asalkan itu berguna dia akan sanggup membelikannya, InsyaAllah.
"Ke tokonya aja, mas. Aku mau lihat-lihat juga. Nggak pa-pa 'kan?"
"Oke. Tapi besok aja, nggak usah sekarang ataupun nanti malam. Tunggu aku pulang kerja." Ujar Abian.
"Yahh... aku sendiri aja, mas. Paginya aku beli. Kalau nunggu kamu nanti keburu sore. Belum juga nanti aku mau masak."
"Nggak usah masak, dek. Kita makan di restoran biasa kita makan itu. Rindu juga mas main kesana." Katanya dengan cengiran. Karena tadi flashback hubungan dia dengan Fawnia, jadi ingat restoran yang selalu dikunjunginya kalau malam minggu dengan Fawnia.
"Ihh...." Fawnia berucap geli, "Tapi, ayo deh!" Lanjutnya dengan semangat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Abian's Family ✔
RomanceBulan puasa pertama setelah berganti status dari pacaran ke suami istri.