Hari ini, tepat 1 bulan sudah mereka ngejalanin hidup berumah tangga. Dan sehabis sahur tadi, Fawnia update status ige ngucapin kalau sekarang pernikahan mereka udah satu bulan. Maklum, masih baru-baru ye geys. Coba udah lama, boro-boro ingat tanggal berapa mereka nikah.
Sedangkan Abian santai aja, nggak merasa 'wah' dengan perayaan rumah tangga mereka yang 1. Menurutnya nggak penting banget. Yang dia mau, rumah tangga mereka baik-baik aja sampai maut memisahkan. Terus, bersatu kembali di akhirat. Udah, gitu aja.
Habis sholat Shubuh, Fawnia lagi nyiapin baju kerja Abian. Sambil senyum-senyum ngerasa nggak nyangka udah satu bulan aja mereka. Tapi, sekaligus sedih. Dia belum juga hamil.
"Senyam-senyum mulu, dek." Tegur Abian keluar dari kamar mandi. Habis mandi dia, sebelum Shubuh tadi nggak sempat mandi.
Fawnia noleh dan kasih cengiran. "Yah, emangnya kenapa nggak boleh? Lagian aku tuh nggak nyangka aja tau mas."
Abian gelengin kepala acuh dan ambil baju yang diulurin Fawnia. "Makasih, dek."
"Iya, mas." Ujarnya masih tersenyum. Namun, kesal juga karena Abian acuh aja dengan hari jadi mereka yang ke satu bulan.
Udah selesai berpakaian, Abian diam ngeliatin istrinya yang masih senyum-senyum. Namun, dia tau kok, Fawnia pasti kesal karena suaminya ini tidak romantis.
Abian maju buat nyium kening istrinya, setelahnya ngusap bentar kepala Fawnia dan berlalu buat ambil tas kerjanya.
--
Sore, jam 3. Abian udah keluar dari kantor. Hari ini, dia mau ngunjungin salah satu toko yang jual baju-baju kokoh, gamis dan mukena beserta perlengkapan yang lain.
Sengaja, nggak ngajak Fawnia, karena ini akan jadi kejutan buat istrinya itu. Anggap aja hadiah buat istrinya, yang udah sabar ngadapin dia satu bulan ini.
Sampai di toko tersebut. Lumayan ramai, dan banyak didominasi sama ibuk-ibuk. Ada juga sih, bapak-bapak, cuma itu pasti nemanin istrinya belanja. Sweet.
Abian masuk sambil edarin keseliling toko.
Oh iya, lupa, ini toko milik salah satu temen Abian dan Fawnia. Hmm, sahabat Fawnia sih lebih tepatnya. Namanya Zaira.
Tadi, Abian udah sempat chat juga sama Zaira. Minta cariin baju buat Fawnia dan dirinya. Sekalian baju lebaran. Walaupun nanti Fawnia pasti beli lagi. Tapi, nggak papa.
"Mas Abian!"
Abian noleh saat namanya dipanggil. Itu Zaira lagi duduk dipojok yang ada sofa sama suaminya.
Abian kasih senyum sama Zaira dan salaman sama suaminya. Lalu duduk saat Zaira nyuruh dia.
"Gimana Ra, udah?" Tanya Abian langsung.
Zaira ngangguk, "Udah, cuma, aku mau lihatin sama kamu dulu. Biar kamu yang milih sendiri."
"Oke."
Abian natap beberapa baju yang dibawa pegawai Zaira. Ada beberapa baju yang Abian akui bagus. Sekelas Zaira memang tidak pernah salah dalam memilih pakaian.
Karena nggak mungkin semuanya, Abian milih natap lamat2 baju didepannya. Lalu berakhir bingung, sumpah, nggak bakat dia kayak gini.
"Dahlah, warna abu aja." Putusnya nyerah. Abu juga warna yang gelap menurutnya.
"Yakin? Warna pink juga cantik, Mas." Tawar Zaira.
Bagas, suami Zaira menggeleng tidak setuju. "Yakali Abian mau make warna pink, udah abu aja."
Zaira langsung mendelik dan mencubit pinggang suaminya.Abian natap baju couple pink itu, pikirannya langsung ingat kalau Fawnia pernah bilang mau punya baju couple warna pink buat mereka.
"Hmm, ambil itu juga." Ujar Abian sambil dagunya nunjuk kearah baju itu.
Zaira langsung nyengir dan Bagas berdecak lalu tak peduli.
"Oke, mas duduk aja. Biar pegawai aku yang bungkusin." Kata Zaira yang diangguki Abian.
Namun, tiba-tiba aja Abian teringat mukenah. "Ra, mukenah ada?"
Zaira yang lagi ngobrol sama pegawainya, noleh kembali. "Ada, mas. Mau yang kek gimana?"
"Terserah. Pokoknya warna putih dan ada sedikit unsur warna ungu."
Zaira memutar bola matanya, tadi katanya terserah tapi ini banyak juga permintaannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Abian's Family ✔
RomansaBulan puasa pertama setelah berganti status dari pacaran ke suami istri.