Apakah?

982 123 11
                                    

10 malam terakhir puasa. Bener-bener nggak nyangka udah hampir nyampe akhir puasa.

Tau nggak, di 10 malam terakhir itu, terdapat 1 malam ditanggal ganjil, malam yang baik dari seribu bulan. Malam itu disebut dengan malam Lailatul Qadar. MasyaAllah.

Maka dari pada itu, di 10 malam terakhir ini, Abian sering banget pulang larut malam dari Masjid. Pria itu melakukan itikaf terlebih dahulu. Berdiam diri sebentar di Rumah Allah.

Kalau Fawnia, habis tarawih langsung pulang aja. Baca Al-Quran dirumah. Habis itu tidur, biar bisa bangun di 1/3 malam.

Tenang aja, Abian bawa kunci cadangan. Jadi, saat Abian datang Fawnia nggak perlu bangun.

Seperti sekarang, pukul 11 Abian baru pulang. Masukin kunci dan buka pintu pelan. Lampu udah pada mati semuanya.

Jalan dengan pelan, lalu buka pintu kamar juga pelan. Di lihatnya, Fawnia lagi tidur meluk guling. Memang, Fawnia itu nggak akan bisa tidur kalau nggak meluk sesuatu. Entah itu, boneka, bantal biasa ataupun guling.

Tapi, semenjak menikah, Fawnia lebih suka meluk Abian 'sih :D

Ganti baju kokoh yang dia gunain, serta kembali meletakkan sarung sama peci yang digunakan. Habis itu, Abian ikutan tidur dengan sebelumnya merebut guling yang dikekep Fawnia. Menggantikan guling tersebut, biar dirinya saja yang dipeluk.

--

"Bangun, mas.. ayo tahajud dulu." Ujar Fawnia bangunin Abian sambil tepuk pelan pipinya.

Abian menggumam dan berusaha buka mata. Berat memang, tapi dia nggak mau ngelawatin ini.

"Aku ambil wudhu dulu, mas." Fawnia ngacir buat ambil wudhu dikamar mandi. Sedangkan Abian ngerjap-ngerjapin mata berusaha biar melek.

Setelah selesai, Fawnia segera menyuruh Abian berwudhu dan dia nyiapin sajadah yang digunakan.

Sholat malam dengan pasangan halal itu memang terbaik. Enak banget, bisa sholat sambil di-imami. Karena, sebelum menikah pasti sholatnya sendiri. Hehe.

--

Pagi ini, Abian udah pergi ke kantor. Belum libur, 5 hari sebelum lebaran baru dikasih libur.

Kalau Fawnia lagi berberes seperti biasa. Ngerjain apa yang harus dikerjakannya.

Cumaa, dari tadi subuh itu perutnya agak nggak enak. Pingin muntah, tapi dia tahan. Kepalanya juga sedikit pusing.

Ini Fawnia ngerasa sendiri, nggak dibilang sama Abian. Tau sendiri, Abian nanti cemas.

"Aduh, kok makin mual." Gerutu Fawnia sambil jalan kekamar mandi.

Sampai disana, dia cuma ngeluarin cairan bening. Mikir, dia ini kenapa sih sebenarnya. Apa masuk angin?

Baru ingat, tadi malam sempat duduk dikipas angin dengan urutan yang tinggi. Fix ini, pasti masuk angin.

Dengan sedikit lemas, Fawnia ngambil minyak kayu putih dan diolesin ke perut, kepala dan leher. Nggak mau batalin puasa, Fawnia pikir ini pasti cuma awalan doang.

Akhirnya, milih buat tidur aja. Lagian udah nggak kuat nahan mual dan pusing.

--

Sampai sore, badannya emang enakan. Cuma, mual itu enggak hilang-hilang. Tadi, waktu mau muntah aja dia tahan-tahan.

Abian juga udah pulang, nanyain kok muka istrinya pucat. Dan Fawnia bilang dia cuma masuk angin. Sama Abiannya di pijitin. Emang bener-bener suami idaman si Abian.

Sekarang Fawnia masak, ditemanin Abian. Tadinya, Abian nyuruh pesan makanan aja. Tapi, Fawnianya nggak mau. Dia masih bisa masak.

Pas buka bawang buat bikin sambel, Fawnia langsung lari kekamar mandi karena nggak kuat nahan bau nyengat yang bikin dia mual.

Abian kaget dan langsung hampirin istrinya. Lihat Fawnia megang wastafel sambil muntah. Dekatin dan mijit leher istrinya.

"Batal aja ya, dek?" Tanya Abian nggak tega.

Fawnia tegas menggeleng. Sayang aja udah jam segini mau dibatalin. Dia juga nggak disengaja muntahnya.

"Oke, kalau gitu, kamu tiduran aja sambil nunggu berbuka. Urusan makanan biar aku." Ucapan mutlak Abian berikan dan Fawnia hanya mengangguk menyetujui.

--

Akhirnya, Abian mutusin buat pesan beberapa menu makanan buat buka puasa. Udah terhidang semuanya. Bahkan, teh hangat juga udah ada.

Beberapa menit lagi mau berbuka, Abian nyusulin Fawnia ke kamar. Dibuka pintu kamar, lihat Fawnia tidur.

"Dek, bangun. Bentar lagi berbuka.." ujarnya sambil ngelus pipi bulat itu.

"Eungh? Udah mau buka yah, mas?" Tanya Fawnia parau.

Abian ngangguk membenarkan, "Ayo.." ujarnya sambil bantu Fawnia duduk.

Sampai di meja makan, Fawnia natap bingung makanan yang tersaji. "Mas nggak masak, bukan?"

"Enggak lah, dek. Tadi beli lewat gojek."

"Ooo.."

Sirine berbuka puasa memutuskan obrolan mereka. Dipimpin doa oleh Abian, mereka berbuka puasa.

***

Abian's Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang