Melamarmu

944 132 2
                                    

Fawnia jelas kaget, diam nggak tau mau ngapain. Cuma berdiri sambil natap lurus Abian yang ngasih senyum manis sebelum memetik senar gitar. Alunan nada mulai terdengar disusul suara merdu pria itu.

Di ujung cerita ini
Di ujung kegelisahanmu
Kupandang tajam bola matamu
Cantik dengarkanlah aku

Serius, Fawnia bener-bener bingung bagaimana harus bersikap. Tapi, denger suara merdu Abian buat dia senyum juga.

Fawnia tau lagu ini. Lagu yang pernah dia angankan agar dinyanyikan untuk melamar dirinya. Dan, Abian melakukan itu :)

Aku tak setampan Don Juan
Tak ada yang lebih dari cintaku
Tapi saat ini ku tak ragu
Ku sungguh memintamu

Mata Fawnia berkaca merasa terharu. Memang, Abian tak setampan Don Juan, tapi dengan wajahnya yang sekarang saja cukup membuat Fawnia menggerutu karena ada saja cewek-cewek genit melirik.

Jadilah pasangan hidupku
Jadilah ibu dari anak-anakku
Membuka mata dan tertidur di sampingku
Aku tak main-main
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu ku ingin melamarmu

Pas dibagian ini, Fawnia menutup mulutnya menahan isakan haru. Air mata menetes dari mata cantiknya. Membalas tatapan Abian yang memandangnya penuh cinta.

Setelah menyelesaikan bagian akhir lagu ini, Abian bangkit setelah meletakkan gitar yang dipakainya. Berjalan dengan mantap menuju Fawnia yang masih terdiam diri dengan air mata yang masih mengalir.

"Dek.." panggilnya saat udah berdiri berhadapan. Fawnia sedikit mendongkak membalas tatapan Abian.

"Eungh..." Jawab Fawnia, sekarang itu dia malu plus ngerasa geli.

Abian terkekeh melihatnya, "Udah denger lagu tadi bukan? Jadi, gimana?"

Fawnia mengangguk kecil dan berakhir menutup mukanya sendiri, "Mass.." rengek Fawnia malu.

"Jawab atuh dek, Mas mau denger langsung." Godanya pada Fawnia.

"Iyaaaaa.."

Hembusan napas lega Abian keluarkan. Kemudia laki-laki itu bertekuk lutut dan mengluarkan kotak beludru merah yang berisi cincin untuk Fawnia.

Mengambil tangan kiri gadisnya, Abian memasangkan cicin tersebut di jari manis Fawnia. Terlihat pas dan sangat cantik berada disana.

"Terimakasih, dek, udah mau nerima mas jadi calon suami adek." Ujaran manis yang dilengkapi dengan kecupan ditangannya.

Aihh, sumpah Fawnia bener-bener melting dibuatnya. Dia selalu nonton adegan seperti ini di Drama saja. Tapi, sekarang dia sendiri yang merasakannya.

Gemuruh tepuk tangan serta godaan membuat Fawnia tersadar bahwa keluarganya dan keluarga Abian sudah terkumpul disana.

"Alhamdulillah, jadi juga kita besanan, jeng.." celetukan Mama Abian pada Mama Fawnia menambah sorakan mereka.

**

Keduanya terkekeh mengenang lamaran yang dilakukan Abian. Menjadi titik awal hubungan serius yang mereka jalani.

Lalu Abian menatap Fawnia yang masih memandang panggung tersebut dengan senyum lebar.

"Udah ya, dek. Kapan-kapan lagi, kita makan disini lagi. Sekarang, ayo ke Masjid lagi. Udah mau masuk waktu Isya ini." Ajak Abian lembut.

Fawnia menoleh dan mengangguk. "Tapi, mas harus nyanyi lagi yah disanaa.." pintanya dengan mata sayu.

"Insyaallah." Singkat Abian karena dia sendiri bener-benar nggak pede nyanyi didepan orang banyak.

Fawnia mengangguk dengan cemberut, tapi tetap membereskan barang bawaan mereka.

--

Mereka udah nyampe rumah setelah sholat Isya beserta Tarawih di Masji dekat Restoran tadi.

Didepan pagar juga terdapat 2 kardus yang berisi belanjaan mereka. Untung aja komplek mereka nggak rawan pencurian karena sistem keamananya yang cukup ketat.

Habis beres barang belanjaan tadi, Fawnia nyusulin Abian yang mandi karena tadi nggak sempet mandi. Padahal udah dibilang nggak usah mandi, tapi Abian berkelah kalau badannya panas.

Masuk kekamar, Fawnia lihat Abian lagi ngaji diatas kasur. Ternyata suaminya itu udah selesai mandi. Masuk dengan pelan, Fawnia masuk kekamar mandi buat ambil air wudhu. Ambil mukena lalu setelahnya ikutan duduk disamping Abian sambil megang Al-Quran sendiri. Ikutan ngaji.

***

Abian's Family ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang