Sahur kali ini, Fawnia sengaja bangun lambat dari sebelumnya. Karena, dia mau nambah pahala dengan makan sahur di akhir waktu. Dan jugaa, ada satu pahala lagi yang mau diraihnya. Yaitu... tunggu aja.
Setelah nyiapin makanan, dia kembali lagi bangunin Abian. Tadinya, Abian udah bangun dan bangunin Fawnia juga karena jam sahur mereka udah mulai. Cuman, Fawnia menyuruh Abian tidur lagi dan dia makin meluk Abian erat.
"Mas sayanggg.. bangun yukkk.." Fawnia berucap lembut disamping telinga kanan Abian.
Abian bergidik geli, serta bibirnya berkedut ingin tertawa, "Iya, dek. Mas udah bangun dari tadi, loh.."
"Udah ya, nggak usah banyak bicara. Ayo sahur, nanti nggak sempat lagi." Kata Fawnia sambil narik Abian agar duduk.
Abian mencebik, padahal istrinya sendiri yang nggak mau bangun lebih awal. Entah apa yang mau dilakukannya.
--
Abian menatap bingung meja makan. Hanya ada satu piring nasi yang porsinya cukup banyak, lengkap dengan lauk pauk. Gelas pun hanya satu disamping teko.
Abian menoleh kearah Fawnia yang tersenyum lebar. "Mas, aku mau makan berdua sama mas. Nahh, ntar habis makan, aku jelasin deh kenapa.." ujarnya dengan menaik turunkan alis.
Terkekeh melihat perilaku istrinya, Abian menuruti apa yang diinginkan Fawnia. Duduk dan menarik Fawnia agar duduk disampingnya.
"Ini pake tangan aja? Kalau dua-dua tangan susah, dek."
Fawnia nyengir lagi, "Pake tangan mas aja, terus mas nyuapin aku dan diri mas."
Abian diam bentar dan narik sudut bibir hingga terbentuk senyuman. Dia bangkit lagi menuju wastafel buat cuci tangan.
Setelahnya, mereka mulai berdoa, lalu mulailah Abian menyuapi dirinya setelah itu bergantian ke Fawnia. Begitulah seterusnya sampai piring yang awalnya penuh, habis tak bersisa. Minum pun begitu, setelah Abian meneguk beberapa teguk air, gelasnya Abian berikan pada Fawnia dan istrinya itu minum pake gelas itu juga. Aish, romantis sekaliii.
--
Nyatanya, habis sahur tadi Fawnia belum juga ngasih tau alasan apa yang membuatnya seperti itu.
Seperti biasa, Abian tentu saja udah jalan menuju Masjid buat sholat Shubuh. Sedangkan Fawnia lagi nyuci piring dan gelas sambil nunggu adzan Shubuh. Nanti juga udah janjian sama Abian buat ngaji sama-sama menjelang pukul 6 karena Abian harus kerja.
--
Sama-sama nutup Al-Quran yang digunakan, keduanya kompak mencium sampul kitab Al-Quran. Habis baca beberapa lembar isi Al-Quran. Alhamdulillah dapat juga membacanya.
Abian natap Fawnia dalam, masih penasaran alasan istrinya dengan masalah tadi. Walaupun, dia cukup tahu dengan kegiatan yang mereka lakukan tadi.
Kegiatan tadi itu sama dengan yang dilakukan Baginda Nabi dan Sayiddah Aisyah. Makan berdua dengan satu piring dan minum digelas yang sama. Bukannya, kalau melakukan apa yang Nabi kerjakan mendapatkan pahala?
"Dek, adek belum jawab alasan adek tadi, loh..."
Fawnia terkekeh malu, "Hmmm, jadi, mass..." Abian menaikan alisnya menunggu perkataan Fawnia. "Jadi, aku baca hadist gitu di Ige. Kalau kita makan sahur diakhir waktu, ada pahala lebih buat kita. Nah, mas juga tau 'kan kalau Rasullulah dan Istrinya Aisyah makan sepiring dan minum yang gelas yang sama. Nah, aku mau aja gitu buat lakuin yang sama seperti Nabi dan Istrinya. Dan juga, dapat pahala juga 'kan?".
Abian tersenyum lebar dan mengusap kepala istrinya. "Masyaallah, pintar sekali istri mas ini."
Dan berakhir Fawnia yang malu sendiri dengan kedua pipinya memerah.
***
Mohon maaf kalau ada salah kata atau apapun dalam part ini
.
Jika ada, tolong kasih tau saya, okey? :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Abian's Family ✔
Roman d'amourBulan puasa pertama setelah berganti status dari pacaran ke suami istri.