Chapter 5

110 16 1
                                    

Selamat membaca 🌟






Chou menuruni tangga sambil menggendong Mond, memang sudah kebiasaannya untuk memeriksa Mond dikamar terlebih dahulu jika ia berada dirumah seperti hari ini. Atau bisa dikatakan, Mond adalah satu-satunya alasan mengapa ia berada dirumah.

Popor langsung menyambut mereka di meja makan. "Selamat pagi... " Ia tersenyum, lalu segera meraih pipi Mond menciuminya gemas hingga anaknya itu cekikikan. Popor beralih pada Chou, hendak mencium pipinya namun ia terhenti oleh kerlingan sinis suaminya ia terdiam sebentar, lalu tersenyum dan meneruskan kecupannya di pipi Chou. "Selamat pagi, Chang noi." Bisiknya lembut.

Choi tidak menyahut, melainkan hanya meletakkan Mond hati-hati diatas kursi. Mond langsung fokus pada nasi goreng yang mengepul didepannya, sedang Chou memandang Popor, keningnya yang berkerut menandakan bahwa ia tengah berpikir sekarang.

"Aku ingin bicara." katanya akhirnya lalu berjalan menjauh dari meja makan, Popor langsung mengerti, ia mengiringi langkah Chou keruang baca.

"Kau sudah mengatakannya pada Mond, kan?" Tanpa basa-basi Chou langsung bertanya, dan Popor sudah tau maksud suaminya.

"Entahlah Chou... " Popor terdengar tidak yakin. "Aku ingin melarangnya, tapi Mond menyukai badminton, dan aku tidak tega menghancurkan kebahagiaannya, seandainya kau lihat saat--- "

"Mond terluka Por!"

"Iya... Aku tau, tapi--- "

"Hari pertama sikunya, kau mau menunggu sampai kakinya patah?"

"Aku... " Popor memelintir bajunya "tidak, tentu saja tidak!" Popor frustasi.

"Nah, kau tau kan apa yang harus kau lakukan?" Chou terdengar tidak sabar, ia ingin segera mengakhiri perdebatan ini, ia tidak suka dibantah apalagi oleh Popor.

Popor menunduk dalam, tidak berani menatap langsung mata Chou, terlalu menakutkan baginya, dan ia tidak suka---sangat tidak suka---dengan perdebatan ini, tapi ia juga tidak berdaya.

"Akan ku coba. " Popor tau suaranya kelewat pelan untuk didengar Chou, tapi tenggorokannya sakit dan tercekat.

"Aku mengandalkan mu, kau tau itu." Suara Chou melembut, lalu terdengar helaan kasar dari napas Chou, seakan ia lelah dengan segala yang ia hadapi, lelah dengan Popor. "Aku akan berangkat ke luar negeri tiga hari."

Popor akhirnya mendongak. "Kenapa mendadak?"

"Tidak, Jessica sudah menyiapkan jadwalnya sejak seminggu yang lalu, aku lupa memberitahu mu. " katanya sibuk mengalihkan pandangan dari Popor.

"Haruskah aku ikut?"

Chou mulai berjalan cepat keluar ruangan, dan langkahnya terhenti karena kalimat Popor. "Tidak." Suara Chou terdengar terlalu terkejut. "Tugasmu disini, kita sudah membahasnya, kan?"

"Ah, iya, tentu." Popor bisa merasakan sengatan kekecewaan menjalar di setiap sel tubuhnya, menyakitinya. Tapi ia tetap berusaha tersenyum.

Chou meneruskan langkahnya dengan tergesa-gesa, Popor hampir tersandung mengikuti langkah lebarnya.
Chou sampai di meja makan saat Mond Sudah menghabiskan separuh makanannya.

"Pumpskin... Dad berangkat sekarang." Chou mencium pipi Mond.

"Dad Tidak makan dulu?"

Chou masih menunduk kearah Mond saat anaknya bicara, kedua tangannya tertumpu pada meja sedangkan lirikannya tertuju pada Popor yang berdiri kikuk disebelahnya. "Dad akan makan diluar?"

"Dad yakin?" Mond menatap Chou, "nasi goreng Mom yang terbaik, Dad tau, kan?" sambungnya sambil tersenyum.

"Dad terburu-buru sayang," Popor mengitari kursi Mond, menuju sisi lain agar ia bisa mengekspos Mond dengan leluasa. Ia ingat, Popor harus tau tugasnya. "Lain kali Dad pasti akan makan dirumah," Popor menarik napas "lagi..."

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang