Chapter 7

225 21 12
                                    

.
.

*Awkward*

.
.
.
.
.
Happy Reading 🌟
.
.

Popor dan Mond menghabiskan sisa akhir pekan mereka di rumah Liu. Mereka menginap disana untuk memastikan Liu meminum obatnya secara teratur. Alhasil Liu terlihat sehat pagi Minggu itu saat bermain dengan Mond di taman, wajah tua Liu terus mengulas senyum dan tak terbantahkan ia sangat bahagia bisa bercengkrama dengan Mond.

Sedang Popor hanya duduk di kursi taman, membaca buku, memperhatikan Mond sedang memperlihatkan Lego barunya pada Liu sambil duduk di atas tikar piknik.

Melihat Mond yang antusias memasang kepingan-kepingan Lego itu membuat Popor teringat bahwa, ia pernah melihat Chou seperti ini dulu. Begitu banyak waktu luang, senyuman, dan juga kehangatan. Ya, Popor pernah melewati masa-masa menyenangkan dalam pernikahannya bersama Chou. Saat itu keluarga kecilnya penuh dengan kebahagiaan. Mond adalah alasan Chou mau menghabiskan akhir pekannya bersama-sama. Kehadiran Mond adalah anugerah bagi Popor dan juga cahaya bagi penikahannya. Tapi entah mengapa---walau berusaha Popor elak--- Pernikahan mereka kembali menjadi dingin dan kaku.

Kenyataan bahwa Chou juga belum kembali di hari seharusnya ia sudah pulang cukup membuat gumpalan ketakutan itu kian membesar. Chou bilang hanya tiga hari, tapi ini sudah hampir hari kelima, ia belum juga datang.

Chou membalas chat Popor dihari kedua, seperti biasa isi chatnya singkat dan tergesa-gesa, seperti halnya percakapan mereka di dunia nyata. Chou hanya bilang kalau ia baru mengecek ponsel, dan dia baik-baik saja, juga seperti biasa, sibuk.

Popor sadar kalau kesabarannya kembali di uji, Chou mulai kembali dingin padanya seperti awal pernikahan mereka tapi Popor tidak akan menyerah dia akan tetap bertahan sampai Chou kembali mau menatapnya seperti seorang istri, layaknya saat ia melahirkan Mond. Ia masih ingat bagaimana wajah Chou berbinar penuh kebahagiaan saat melihat pertama kali Mond diangkat dari perutnya, sejak saat itu dunia Popor seakan sempurna.

"Mom kapan kita berangkat?" Seperti biasa Mond selalu muncul tak terdeteksi di sampingnya, sedangkan Liu masih terlihat serius memandangi keping Lego Yang berserakan di atas tikar piknik.

"Siang nanti, oke." Popor mengelus pipi Mond. Ia hampir saja lupa tentang janjinya untuk mencarikan raket untuk Mond hari ini.

Mata Mond memancarkan ke antusiasan yang kentara. "Boleh ku ajak Pak Kevin?"

Popor mengerutkan dahinya dalam. "Kenapa?"

"Dia yang lebih tau jenis raket yang bagus Mom."

Popor mengerang, sepertinya Mond terlalu terobsesi pada guru olahraga itu, hampir disetiap pembicaraan mereka nama Kevin terselip di dalamnya. Pak Kevin seperti ini... Pak Kevin seperti itu...

Mau tak mau Popor harus selalu mengingat wajah tersenyum itu setiap hari. Dan rasanya sangat aneh.

"Mom rasa tidak, bisa saja dia sedang sibuk."

"Tapi Mom, Pak Kevin sudah janji untuk menemani kita." Wah tentu saja, entah kenapa Popor tidak terkejut. Pria itu seperti sengaja mencari cara untuk bicara dengan Popor, entah apa alasannya.

"Siapa Pak Kevin?" Liu sudah duduk disisi Popor entah sejak kapan. "Sopir baru?" imbuhnya mengerutkan keningnya dalam.

"Dia___ "

"Guru olahraga ku, kek. Dia hebat kakek tau? Dia bisa melakukan jump smash!" Mond terlihat bersemangat, sama seperti saat ia menceritakannya pada Popor, matanya berbinar, terlalu antusias.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang