Aku Mencintaimu, tapi...

204 36 20
                                    

Gemes banget sama komen chapter lalu. Hihihihi

Ternyata kalian hmmm udah lah baca aja. HAHAHAHHA 

Pukul 08:15 KST dan Seohyun baru bangun. Tak biasanya bangun sesiang itu meski di hari libur atau selelah apapun hari kemarin. Hanya saja wujud ular tepat di depan mata sejarak tak lebih dari semeter menimbulkan trauma. Sesekali dia terbangun, was-was memerhatikan seluruh tempat, dan berusaha tidur lagi. Begitu terus sepanjang malam.

"Muach!"

"Mengapa tidak membangunkanku?" gumam Seohyun menarik jemari Yoona dan menaruhnya ke pipi. Hangat, nyaman, membuat mata kembali terpejam.

"Kau sangat nyenyak setelah berulang kali terbangun. Bagaimana mungkin tega membangunkanmu?" Yoona ikut terbujur di sisi Seohyun mengusap-usap punggung di balik piyama. "Makanan sudah siap. Ya, walau tidak seenak buatanmu. Apalagi Jisoo sempat mengacaukan dapur. Biasa, trouble maker. Hihihihi."

"Hmmm, tidak akan terjadi jika bersamaku. Kau pasti menjahilinya."

"Aniyo!"

"Ne. Hahahah. Apa dia izin tadi?"

"Berangkat kerja? Ten-"

"Ani ani, dia bekerja setengah hari dan bilang akan lanjut menonton bersama Chaeyoung. Sebenarnya sudah pamit sejak dua hari lalu padaku. Ya, karena kalau pamit denganmu takut tidak diizinkan."

Yoona berdecak memutar bola mata sembari membuang muka. "Jangan terlalu memanjakan dia, Yeobo! Anak muda harus punya batasan."

"Sudahlah, biarkan! Selama ini hidup banting-tulang dan mandiri di luar kota. Tidak usah terlalu keras padanya. Tidak ingat saat berpisah? Kau selalu merindukan dia. Sekarang sudah bertemu malah marah-marah dan mengekang."

Drrttt drttt! Ponsel di sisi meja bergetar. Milik Seohyun. Yoona berjarak lebih dekat meraih benda pintar lalu diberikan pada istrinya. Baru ingin berebah lagi tiba-tiba terdengar bel berbunyi.

"Aku memesan pizza," ujar Yoona beranjak keluar meninggalkan Seohyun yang masih betah dalam pelukan selimut.

"Chaeyoung?" batin Seohyun tersenyum. "Anak muda. Pasti menanyakan kekasihnya."

*

Jisoo dan Chaeyoung menonton film berjudul Gone Girl. Film menarik banyak antusias karena alur serta misteri yang disuguhkan. Namun, keantusiasan tersebut tidak menular ke Chaeyoung. Dia tak tampak menikmati hasil kerja para pemain dan kru film. Durasi 149 menit begitu lama dirasa. Tak sabar menarik diri untuk menghaturkan apa yang sedaritadi mendobrak di hati.

"Haahh, siapa sangka ternyata istrinya yang jahat sekali?" lontar Jisoo menaruh tas di wastafel kemudian masuk ke salah satu pintu toilet.

Chaeyoung menangkap pantulan papan pintu di mana Jisoo berada. Perlahan rupa pintu memburam kala pikiran mengingat salah satu pesan di kakaotalk. Bayang-bayang isi flashdisc ikut berpadu dan memberinya satu jawaban. Berulang kali hati mengumpat apa yang disimpulkan kepala. Tidak! Tidak! Namun, beberapa kejadian seperti membentuk fakta.

Drrttt!

Kepala Chaeyoung terhenyak merasakan getaran dari tas Jisoo. Dia melihat tas dan pintu bergantian kemudian menarik ritsleting. Ada ponsel, dompet, bolpoin, dan flashdisc yang dia kembalikan tadi. Namun, ada bagian sedikit mengembung di dasar. Lagi, ditarik ritsleting ingin melihat apa yang tersimpan di sana.

"Oh, God!" sebut Chaeyoung membekap mulut.

Terdengar suara pancuran dari balik pintu. Chaeyoung buru-buru menutup tas Jisoo sebelum sang tuan keluar dan menangkap basah. Dia membasuh muka agak kasar berharap apa yang terlihat sedari tadi malam adalah kesalahan. Benar-benar salah. Jikalau bisa dia ingin semua kejadian baru-baru ini adalah mimpi. Terbangun lalu tidak menemukan apa-apa.

Jangan Dibuka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang