Seokjin, putra mahkota kerajaan Moon sudah berumur 25 tahun. Orangtuanya terus mendesaknya agar segera menemukan calon pendamping. Karena dia yang akan melanjutkan takhta kerajaan.
Sudah beberapa pangeran kerajaan lain dipertemukan dengan Seokjin. Namun berakhir dengan penolakan. Sejatinya Seokjin bukan tipe pemilih, tapi menurutnya ia masih muda untuk menikah.
Walaupun banyak menolak pria lain, tapi selalu ada pangeran yang datang ke istana hampir setiap hari. Karena memang ketampanan rupa Seokjin tak bisa dipungkiri.
Wajah putih bersih, pipi tembam nan halus, bibir merah yang berisi, tentu tak menyurutkan tekad para pangeran untuk menikahinya. Berangan-angan akan melihat mukjizat tiap hari adalah salah satu alasan mereka.
Namun Seokjin malas melayani pria yang hanya mengagumi rupanya. Beberapa diantaranya bahkan hanya tahu namanya saja. Karena menurutnya pernikahan hanya sekali saja dan harus dilaksanakan dengan pasangan yang cocok.
Dia bahkan heran, karena ada Raja yang ikut melamarnya dan Raja itu jauh berbeda umur dengannya. Aneh.
Seokjin juga bukan orang yang sulit didekati. Ia ramah ke semua orang, itu juga alasan kenapa ia disukai banyak orang. Ia juga tak mudah tersinggung. Walaupun dia bersifat sedikit kekanakan dan tak bisa diam, dia bisa menempatkan dirinya di tempat yang seharusnya.
Tapi ia bersumpah tak akan melupakan kejadian itu, dimana ia sedang menghadiri pesta yang sering dilaksanakan setiap beberapa bulan dengan banyak kerajaan lain.
Saat itu, ia bertemu dengan Raja Namjoon. Yang memimpin kerajaan Kive. Raja yang masih muda. Umurnya 27 tahun. Tampan dan bijaksana. Banyak yang menyukainya. Bilang bahwa akan bahagia menikah dengannya karena Namjoon dikenal dengan seorang yang puitis.
Namun menurut Seokjin kebalikannya. Namjoon itu seorang yang arogan dan tak tahu diri. Memang Seokjin itu lebih muda dan masih satu status dibawah Namjoon.
Karena saat tengah menikmati pesta, Seokjin ditarik oleh ibunya dan menyuruh memperkenalkan diri kepada Namjoon. Dia pikir selesai hanya dengan perkenalan. Namun orangtuanya memang gencar menjodohkannya dengan siapapun anggota kerajaan lain.
Saat di pesta itu tengah menampilkan acara yang menurut Seokjin lucu, ia tak sengaja tertawa dengan terbahak-bahak. Dia pun tak merasa malu karena Namjoon masih disebelahnya.
Namun yang jadi masalah, dimana ia dikritik oleh Namjoon. "Kau benar-benar putra mahkota?" Pertanyaan sarkas Namjoon itu tak pelak membuat Seokjin bungkam.
Ia tak tahu harus membalas apa, karena baru pertama kali orang yang baru dikenalnya menanyakan hal itu. Tapi hey, Seokjin bukan orang yang gampang mengalah "kau benar-benar menanyakan hal tak sopan itu ke orang yang baru dikenal?" Balas Seokjin kala itu
Karena malas menunggu jawaban yang bersangkutan, Seokjin segera pergi dengan menunjukkan muka masam. Dia merasa.... Entahlah, tapi yang pasti dia tersinggung. Benar-benar tersinggung.
Bukan salahnya tak bisa menahan tawa, lagipula banyak pangeran yang tertawanya lebih parah—kalau membahas cara tertawa.
Tanpa menjawab pertanyaan ibunya "bagaimana dengan Raja Namjoon?" Ia segera meminta ibu dan ayahnya agar diperbolehkan pulang duluan ke istana.
Namun ia tak tahu. Malam itu sepenuhnya angan-angan tentang menikah dengan seorang yang cocok hilang. Dan ia tak tahu kalau sejak saat itu Namjoon mulai tertarik dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
till forever [namjin]
FanfictionPutra mahkota Seokjin benci dengan Raja Namjoon yang tak lain suaminya sendiri. Berkata bahwa ia akan membenci Namjoon selamanya. Tapi tak ada yang tahu, waktu dapat merubah semuanya.