3 - Presiden SMA Harapan

59 30 1
                                    

Dhara mengerjapkan matanya yang masih mengantuk.

Melihat jam yang menggantung di dinding, ternyata sudah pukul setengah enam pagi.

Ia langsung terbangun dan berjalan ke luar kamarnya menuju dapur.

Dilihatnya ada seorang perempuan paruh baya yang tengah sibuk mengerjakan sesuatu disana.

"Loh bunda kapan pulang?" Tanya dhara heran.

"Semalem, tapi kamunya udah tidur,"

"Kok gak ngebangunin sih bun?" tanya dhara lagi yang kini sudah duduk di kursi meja makan.

"Bunda semalem ke kamar kamu, tapi keliatan nya kamu capek banget," Jawab bunda yang ikut duduk di depan dhara.

"Iya bun, soalnya disekolah lagi ada kegiatan MPLS, jadi dhara harus nge bimbing murid baru,"

"Oh ya udah kamu mandi dulu aja sana, nanti bunda siapin sarapannya," Suruh bunda diikuti dengan senyumnya yang hangat.

"Kayanya aku ga sarapan dirumah deh bun, soalnya takut telat. Bawa aja ya kesekolah hehe,"

"Iya, ya udah nanti bunda siapin,"

Dhara mendekati bundanya, dan mencium pipi bundanya itu.

"Makasi bunda sayang," Ucap dhara sambil berlari menuju kamarnya.

****

Dhara sudah memakai seragam sekolah dengan rapih.

Ia menuruni tangga menuju dapur untuk mengambil bekal makanan nya.

"Bun, kok kotak bekalnya dua sih?" Tanya dhara heran.

"Ohh itu kasih satu ke Rakan, kesian dia udah nungguin tuh di depan,"

"Loh langit ngapain kesini bun?"

"Katanya mau berangkat bareng. Dia ga bilang?"

Dhara hanya menggeleng sebagai bentuk jawaban.

"Terus ayah dimana?"

"Ayah kamu masih tidur, dia kecapean. Berangkat sama Rakan aja,"

Dengan wajah yang masih bingung dia membawa kotak bekal itu dan memasukannya kedalam tas.

Kemudian dia dan bundanya berjalan keluar rumah.

Ternyata benar, disana sudah ada Rakan yang duduk diatas motor besar hitamnya sambil memainkan ponsel.

"Lang kok ga bilang mau jemput sih?" Tanya dhara tiba-tiba.

Rakan yang sedang fokus pada ponselnya, kini beralih memandang ke arah dhara.

Dan menjawab pertanyaan dhara dengan asal.

"Gue kira bunda lo belum pulang, jadi gue inisiatif aja kesini,"

"Udah lama?"

"Engga kok baru sebentar,"

Dhara hanya mengangguk mendengar jawaban Rakan.

"Ya udah sana pada berangkat, nanti telat lagi," Tegur bunda dhara.

"Berangkat dulu ya bun."

Rakan menghampiri bunda dan mencium tangannya kemudian diikuti dengan dhara.

"Hati-hati, jangan ngebut-ngebut,"

"Iya bun," Jawab keduanya.

Kemudian Rakan menghidupkan motornya dan disusul oleh dhara yang duduk di belakangnya.

Tanpa menunggu lama, motor Rakan melaju keluar dari halaman rumah dhara.

****

Pukul setengah tujuh motor Rakan sudah memasuki area sekolah.

ADHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang