11 - Sebuah Pilihan

58 6 0
                                    

Dengerin mulmednya yaa, biar bacanya lebih menjiwai hehe..
Makasi buat yang udah setia membaca Adhara, semoga kalian tetep suka😚
Happy Reading❤

****

Juli, 2016.

Persahabatan antara Dhara, Rakan, Alya, dan Cakra terjalin sangat erat. Terhitung sudah hampir 3 tahun mereka berteman.

Cakra dan Rakan yang selalu perhatian kepada Dhara dan Alya. Walaupun dengan cara yang berbeda.

Cakra yang secara terang-terangan dengan sikapnya yang sangat hangat, dan Rakan dengan sikap dinginnya.

Masih ingat Cakra? Ya, dia adalah Ketua OSIS SMP Harapan, teman sekelas dhara, sekaligus teman sebangku Rakan dari kelas 7 sampai sekarang kelas 9.

Sebelumnya perhatian yang ditunjukkan Cakra kepada Dhara dan Alya tidaklah berbeda.

Sampai kemudian, saat Dhara dan Cakra memutuskan untuk menjadi bagian dari pengurus OSIS, keduanya menjadi semakin dekat.

Cakra menunjukkan perhatian lebih kepada Dhara, dan Dhara pun menyadari akan hal itu. Namun, Dhara masih bingung apa arti dari semuanya.

"Thanks ya, lo udah nganterin," ucap Dhara pada Cakra.

"Iya sama-sama ra, gue juga seneng kok bisa nganterin lo."

"Ya udah kalo gitu gue masuk dulu ya Cak," pamit Dhara sambil membalikan badan.

Namun, saat ingin melangkahkan kaki, pergelangan tangan Dhara ditahan. Seketika Dhara berbalik dan menghadap lagi ke arah Cakra.

"Kenapa Cak?" bingung Dhara.

"Gue mau ngomong sesuatu," ucap Cakra sambil menatap manik mata Dhara.

"Ngomong aja, kenapa emang?"

Cakra tidak menjawab, ia hanya terdiam dengan posisi yang tidak berubah.

"Cakra, kok bengong. Katanya mau ngomong," ucap Dhara menyadarkan Cakra.

"Gue mau kita lebih dari sekedar sahabat Ra," ujar Cakra dengan spontan.

"Ma... Maksud lo Cak?"

"Gue mau lo jadi pacar gue," ucap Cakra penuh harap.

Deg

Dhara yang mendengar itu tertegun dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Cakra. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.

Cakra yang sudah mempunyai rasa lebih kepada Dhara akhirnya mengungkapkan semuanya saat mereka pulang bersama.

Tepat di depan rumah Dhara semua cerita rumit itu dimulai.

"Gue tahu ra kita baru terhitung sebentar jadi sahabat, tapi gue udah merasa nyaman banget sama lo. Kalo gue lagi deket sama lo, gak tau kenapa hati gue menghangat," jujurnya pada Dhara.

"Maaf Cak, tapi gue butuh waktu buat ngejawab semuanya, ini terlalu mendadak buat gue."

"Gue ngerti kok Ra, gue siap nunggu," ucapnya sambil tersenyum simpul.

Dhara mengangguk dan membalas senyumnya kepada Cakra.

"Sekali lagi maaf. Kalo gitu gue masuk dulu Cak," pamitnya pada Cakra.

Cakra mengangguk dan perlahan melepaskan pergelangan tangan Dhara yang sedari tadi digenggam nya.

Tanpa sepengetahuan mereka, dari kejauhan ada seseorang yang perasaan nya sudah tidak karuan, memperhatikan interaksi antara Dhara dan Cakra.

ADHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang