7 - Mau Sama Kakak

53 25 3
                                    

Motor Rakan memasuki halaman rumah Dhara, ia berniat untuk mampir sebentar menemani dhara, mengingat bunda dan ayahnya sedang tidak berada di rumah.

Dhara membuka pintu yang diikuti Rakan dibelakangnya. Ia setengah meloncat terkejut, melihat ada seseorang yang sudah duduk di kursi ruang tamunya.

Rakan yang berdiri dibelakangnya pun sedikit termundur, dan menatap arah pandang dhara.

"Abang ngapain disini? Ngagetin aja, aku kira penunggu rumah yang menampakkan diri," ucap Dhara lega saat sudah tau yang didepannya itu Aldebaran, kakak kedua Dhara.

"Ya emang kenapa? Ini kan rumah abang juga, ga boleh?" tanya Al bertubi-tubi.

"Lagian, ya kali ada setan seganteng ini, bisa-bisa cewek-cewek bukannya takut tapi malah naksir." Lanjutnya dengan penuh percaya diri.

Dhara refleks membuka mulutnya dan membuat gerakan seolah-olah ia ingin muntah mendengar kata-kata abangnya itu.

Rakan hanya menyimak dan sesekali terkekeh melihat perdebatan antara kakak beradik itu. Kemudian ia menyadari sesuatu, ternyata kepedean dhara yang tinggi menurun dari Abangnya, yang mungkin sudah menjadi sahabat Rakan sejak 3 tahun lalu.

"Woyy Borak, apa kabar lo?" ucap Al saat baru menyadari ada Rakan di belakang dhara.

Mereka akhirnya menghampiri Al yang tengah duduk di sofa, setelah berdiri beberapa saat di ambang pintu.

"Ck, masih aja lo bang manggil gue gitu," decak Rakan yang sudah menyalami Alano.

"Anggap aja panggilan sayang gue sama lo. Abisnya kalo gue manggil Bro Rak jadinya kagok, ya udahlah Borak aja." jelas Alano sampai diikuti dengan kekehan tawanya.

Aldebaran Alano Afsheen, anak ke dua dari keluarga Afsheen. Abang yang dulu sangat menjaganya dari jarak dekat, kini posisi itu diserahkan kepada Rakan setelah Al sibuk dengan kuliahnya.

Namun tanpa diketahui dhara, Al masih menjaganya dari jarak jauh dengan selalu menanyakan kabar dhara melalui Daffa dan Rakan, orang yang sudah sangat dipercayainya.

"Kayanya sibuk banget yang sekarang udah jadi mahasiswa," ledek Rakan pada Alano.

"Tau tuh, tumben inget rumah," tambah Dhara.

"Da kumaha atuh, susah eung banyak tugas," jawab Al dengan logat sundanya.

Alano merupakan mahasiswa jurusan Teknik di salah satu Universitas di daerah Bandung. Bergaul dengan teman-temannya yang kebanyakan berbahasa Sunda menjadikan Alano sedikit-sedikit bisa dan tidak jarang ia menggunakan logat sundanya itu sampai kerumah seperti sekarang.

"Tapi kok abang udah pulang sih? Bukannya belum libur ya?" tanya dhara heran.

"Da kalo bukan karena bunda yang suruh, abang juga ga bakal pulang."

"Emangnya bunda nyuruh apa?"

"Nemenin maneh, katanya bunda sama ayah pulangnya agak lama."

"Kok bunda ga bilang? Ayah juga?"

"Mana abang tau, ga sayang kali mereka sama lo." ejek Al yang sudah tertawa.

"Ihh abang jahat banget sih," respon dhara dengan kesal. "Udah ah aku ke kamar dulu, sebel sama abang." ucapnya sambil melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Dhara tau orang tuanya itu sangat perhatian dan sayang padanya. Kalau tidak, kenapa mereka harus repot-repot, meminta Abangnya itu pulang hanya untuk menemani dirinya.

Dhara sangat bersyukur karena mempunyai orang-orang yang sangat sayang kepadanya.

Di sofa, Rakan dan Alano terkekeh melihat tingkah dhara yang sudah seperti anak kecil. Merupakan kesenangan tersendiri baginya saat melihat adik kesayangan nya itu kesal karena ulahnya sendiri. Dasar, abang macam apa.

ADHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang