[4] Ramadhan Series : AAC, Keracunan

73 12 2
                                    


Hari yang ditunggu-tunggu oleh Akhdan akhirnya tiba juga.

Hari ini, Akhdan akan berbuka bersama dengan salah satu kembang komplek. Sebut saja Jeanelle Kumari namanya. Yak betul, orang ini adalah Jena, adik dari Gendhis!

Sembari menunggu kedatangan Jena, Akhdan bermain ponsel.

“Hai, Kak Akhdan..” sapa Jena.

Akhdan mendongak, “Eh hei, Jena..” balasnya. Jena pun duduk di kursi yang ada disebrang Akhdan.

“Apa kabar kamu?” tanya Akhdan kepada Jena.

“Alhamdulillah baik, seperti yang Kakak lihat saat ini. Hehe.” jawab Jena.

Akhdan tersenyum mendengarnya. “Baguslah.” balas Akhdan.

“Kalau Kakak sendiri gimana kabarnya? Baik, ‘kan?” tanya Jena.

Akhdan mengangguk. “Baik juga dongg. Kalo nggak baik mah mana bisa ketemu sama kamu kayak begini, Jen. Haha” jawab Akhdan.

Jena menanggapinya dengan tawa.

“Kamu kalau merasa Kakak ngebosenin, kamu bisa main handphone aja dulu. Sambil nunggu adzannya.” kata Akhdan.

“Oke, Kak! Makasih ya, udah diijinkan. Tau aja kalo Jena orangnya gampang gabut. Hehehe” seru Jena.

Akhdan mengangguk, lalu berkata, “Sama-sama.”

𝙻𝚘𝚔𝚊𝚕𝚘𝚗𝚎.

Allahu Akbar, Allahu Akbar~”

“Alhamdulillah..” seisi café tersebut dengan kompaknya mengucap syukur ketika mendengar adzan Maghrib mulai dikumandangkan.

“Nah itu sudah adzan, Jena. Ayo doa dulu bersama” ajak Akhdan. Jena mengangguk.

“Allahumma lakasumtu waa bika ‘amantu wa ‘ala rizkika afthortu birahmatika yaa arhamarrohimiin. Amiin.”

“Silahkan makan, Jena.” kata Akhdan.

“Iyaaaa, Kak. Kakak juga selamat makan yaa.” balas Jena.

Lalu keduanya pun mulai memakan makanan mereka masing-masing.

“Jena mau ini nggak?” Akhdan menawarkan cumi gorengnya kepada Jena secara tiba-tiba. Namun Jena hanya terdiam.

“Buka mulut! Aaaaaa!” seru Akhdan.

Jena pun mau tak mau membuka mulutnya perlahan.

“Enak, ‘kan?” tanya Akhdan. Jena hanya mengangguk-angguk, sambil berusaha menelan sepotong cumi goreng itu.

“Sudah aku bilang kalau cumi goreng itu enak! Nggak percaya sih!” celoteh Akhdan.

Jena hanya tertawa agar Akhdan tidak terlalu melihat rasa sakitnya.

“Kamu nggak apa-apa, Jena?” tanya Akhdan kepada Jena yang terlihat sedang memegangi kepalanya.

Namun Jena tersenyum, “Iya nggak apa-apa kok, Kak.” kata Jena. Namun wajahnya yang terlihat pucat membuat Akhdan khawatir kalau nantinya Jena akan pingsan.

“Jena!” pekik Akhdan.

Dan Jena benar-benar pingsan.

“Tolong datang ke café Mellifluous, ada orang pingsan disini. Segera ya. Baik, terima kasih.” ucap Akhdan dengan penuh kepanikan.

Beberapa saat kemudian, tim medis datang menjemput Jena.

Akhdan pun membuntuti mobil ambulans yang membawa Jena dengan mobilnya.

𝙻𝚘𝚔𝚊𝚕𝚣𝚘𝚗𝚎.


“Jena lo kasih makan apa kok bisa pingsan begitu?” tanya Tamma, yang datang dengan penuh kepanikan. Akhdan yang tadinya menangkup wajahnya langsung mendongak.

“Nggak tau. Seinget gue dia cuma makan cumi goreng sama beefsteak doang deh..” jawab Akhdan dengan penuh keputusasaan.

“Mampus lu nyett. Anggota AAC ntar nambah lagi loh, kapok.” Tamma mengompor-ngompori.

“Kenapa emang?” tanya Akhdan dengan nada penuh keresahan.

“Dia kan alergi cumi, gablag! Kalo dia salah makan sekaliii aja, dia bisa bisa nggak terselamatkan!” marah Tamma. Akhdan pun kembali menangkup wajahnya pada tangannya. Tamma pun menepuk-nepuk pundak Akhdan sebagai tanda kalau dia turut prihatin kepada sohibnya itu.

AAC adalah singkatan dari Anti Akhdan Club, itu merupakan sebuah perkumpulan yang dimana semua orang yang tidak menyukai segala hal dari Akhdan.

“Jangan gitu lah, Tam.. Ntar kalo kejadian beneran gimana, ha?” balas Akhdan.

“Tapi yang lo maksud siapa?” tanya Akhdan.

“Felix.” jawab Tamma.

“Kok bisa?” bingung Akhdan.

“Dia kan ehm ehmnya Jena.” kata Tamma. Akhdan langsung panik. Tamma hanya tertawa menanggapinya.

Akhdan duduk di bangku tunggu dengan muka murung. “Terus gue akhirnya nggak punya pacar dong..” monolog Akhdan. Sekali lagi Tamma tertawa.

“Kalo gitu deketin Sherine Tamara deh. Ngedeketin Jena kan lo gagal.” celetuk Tamma.

“GAMAU AH! Itu mah sesuatunya Jevano nyet???” tolak Akhdan.

“Terus kenapa? Inget, Dan. Jevano nggak ada hak buat marah-marah ke lo. Kalo dia sampe marah-marah, berarti dia nggak waras. Lagian kan Jena juga sesuatunya Felix. Inget?” balas Tamma.

“Iya sih.. dia kan udah pacaran sama Silvya kan ya” gumam Akhdan.

“Nah itu tau! Selagi janur kuning belum melengkung, bebas ditikung!” kata Tamma dengan semangat membara.

“Haha sesat lo, nyettt.” tawa Akhdan.

Akhdan mah bukan playboy apalagi badboy. Yang ada malah sadboi sama fanboy.

𝙻𝚘𝚔𝚊𝚕𝚣𝚘𝚗𝚎.

25 - 05 - 2020
©2020, shiNingNingstar

+JYPɴᴀᴛɪᴏɴ ; Lokalzone.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang