[3]

95 20 2
                                    

Ji Ahn tidak ingat kapan dia tertidur. Setelah menghubungi Ayahnya yang tak kunjung mendapat balasan, dia kelelahan sampai akhirnya tertidur. Namun, Ji Ahn masih ingat betapa bersikerasnya Hoseok memintanya untuk beristirahat hingga rela menemaninya sampai dini hari.

Benar juga, kapan lelaki itu pulang?

Di pagi hari, Ji Ahn tersentak bangun dari tidurnya saat bumbu rempah-rempah tercium indera penghidu. Ji Ahn melempar selimut yang menyemelimuti tubuhnya kemudian berlari ke arah pintu dan membukanya dengan cepat.

"Noona?"

Rupanya, Jungkook juga merasakan hal yang sama. Karena keduanya membuka pintu secara bersamaan. Rambut Jungkook berantakan, kancing piyamanya tak beraturan.

Keduanya saling bertatapan.

"Apa kau memikirkan hal yang sama denganku?" tanya Ji Ahn pada adiknya itu.

Jungkook terdiam sejenak, terlihat memastikan, lalu setelahnya dia menganggukan kepalanya dengan yakin.

Ji Ahn mengulum bibirnya, "Benarkan piyamamu, kita ke bawah bersama."

Jungkook melihat dirinya sendiri. Seolah disadarkan dengan ucapan kakaknya, kancing-kancing itu segera dia betulkan.

Keduanya menuruni tangga. Inginnya berlari tapi itu jelas tidak benar. Dia tidak akan suka itu.

Dapur menjadi tujuan Ji Ahn dan Jungkook. Pasti ada seseorang yang tengah memasak di sana karena bau rempah yang begitu kuat. Apa lagi selain memasak? Dan Ji Ahn yakin orang yang memasak itu adalah seorang yang ditunggui kepulangannya.

Ji Ahn menelan ludahnya sebelum bicara, "A-yah?"

Benar. Tepat sekali. Sosok itu ada di sana. Sedang menata makanan dengan celemek milik Ji Ahn terpakai di badannya.

"Oh, kalian sudah bangun? Selamat pagi," serunya dengan seulas senyum lebar.

Tawanya begitu ringan terdengar. Ji Ahn rindu suara tawa itu. Oleh karena itu, untuk menyalurkan kerinduannya, Ji Ahn tak bisa untuk tidak berlari dan memeluk Ayahnya dengan erat.

"Aigoo, Ayah juga merindukanmu. Sangat," kekehnya.

Ji Ahn menutup rapat matanya. Ayahnya tahu perasaannya bahkan sebelum Ji Ahn mengatakannya. Oh, tentu saja. Sudah lama sekali.

"Jungkook? Kemari, peluk Ayahmu."

Tuan Jeon megulurkan tangan satunya untuk meminta Jungkook bergabung. Tapi Jungkook tak bergerak. Dia bahkan tak bersuara ketika melihat Ayahnya ada di depan matanya.

Jungkook hanya mengepalkan kedua tangannya disisi tubuhnya. Wajahnya terlihat keras, entah perasaa apa yang dia tahan.

"Ayah kemana saja? Aku ini anakmu atau bukan? Kenapa sibuk sekali dengan pekerjaanmu?"

Apa?

Ji Ahn membuka matanya, terkejut. Ji Ahn juga bisa merasakan tubuh Ayahnya menegang di pelukannya. Lantas, dia lepas pelukan itu untuk lihat Ayahnya.

"Ayah, tidak seperti itu. Jungkook, diaー"

Ji Ahn tidak melanjutkan perkataannya ketika Ayahnya tersenyum, hangat sekali.

"Tidak apa-apa."

Dia usap kepala putrinya dengan sayang. Kemudian berjalan untuk hampiri Jungkook.

"Ayah merindukanmu."

Jungkook dipeluk.

"Maafkan Ayah karena sudah mengecewakan kalian. Bukan keinginan Ayah untuk tidak pulang. Keadaan mengharuskan Ayah untuk tetap tinggal."

Backspace [Jung Hoseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang