[11]

74 14 1
                                    

Ji Ahn tidak bermaksud melupakan Namjoon, ia panik saat itu. Yang ada di pikirannya hanyalah Jungkook dan memikirkan bagaimana caranya agar ia tiba dengan cepat di sekolah Jungkook. Melihat kondisi adiknya dan memastikan dia baik-baik saja. Beruntung masalah yang terjadi tidak sampai menimbulkan petaka. Jungkook baik-baik saja pun dengan ayahnya yang saat ini memutuskan untuk tetap di rumah ketimbang memilih pergi bekerja.

Ji Ahn merasa senang juga berterima kasih pasa Hoseok yang sudah menemaninya. Juga Namjoon yang membantunya di rumah sakit. Bicara tentang Kim Namjoon, Ji Ahn sudah menghubungi lelaki itu dan membuat janji untuk bertemu. Setelah urusannya dengan Profesor John selesai, Ji Ahn akan segera menemui Namjoon di kafetaria yang tidak jauh dari kampusnya.

"Jadi, kau sudah menyelesaikan urusanmu dengan Profesor John?"

Ji Ahn mengangguk sembari memasukkan buku paketnya ke tas, kelasnya baru saja selesai. Taehyung yang duduk di sebelahnya itu merengut, "Kalau begitu urusanmu dengan Namjoon sunbae juga selesai?"

"Maksudmu?"

"Yah ... bukankah kalian memang tidak sedekat itu? Kebetulan saja kemarin dia ada dan aku mengatakan bualan tentang dia yangㅡmungkin saja bisa membantu. Ternyata memang dia baik sekali sampai bersedia untuk membantumu."

"Jadi, maksudmu kau hanya mengetesnya saja?"

"Tidak," katanya diiringi gelak tawa. "Sebenarnya aku hanya ingin melihat Hoseok cemburu."

"A-apa? Kauㅡ" Ji Ahn seolah kehilangan kata-katanya. "Taehyung kau ini apa-apaan? Berhenti bermain-main, jangan membuat keributan. Hoseok sudah salah paham padanya dan aku tidak mau menambah kesalah pahaman yang lain."

"Salah paham bagaimana?" Taehyung mengernyit, "Bukankah itu wajar? Artinya Hoseok memang menyukaimu, dia bukan lagi teman kecilmu atau sahabatmu. Dia lebih dari itu."

"Taehyung, jangan berlebihan."

"Apa perlu kuingatkan lagi berapa kali Hoseok memintamu untuk berkencan dan serius dengannya? Menjalin sebuah hubungan yang istimewa dengan Hoseok tidak buruk. Yah ... meski aku tidak mau mengakuinya, Hoseok adalah pria baik-baik."

Ji Ahn menghembuskan napas berar kemudian menatap Taehyung. "Kau ini tahu apa? Aku hidup lebih lama dengannya daripada dirimu, Taehyung. Aku tidak mau ada yang berubah."

"Kau takut, 'kan?"

Ji Ahn gelagapan, "Ta-takut apa?"

"Takut kalau nanti kau ditinggalkan dan berakhir menjadi orang asing. Begitu?"

Ji Ahn tertegun. Apa yang dikatakan Taehyung barusan sangat tepat sasaran. Ji Ahn takut ditinggalkan seperti ibunya yang meninggalkannya. Ji Ahn takut jika pada akhirnya semua kenangan manis bersama pria itu berubah menjadi satu hal yang tidak berarti. Mereka akan menjadi orang asing. Ji Ahn tidak mau. Namun, sisi lain dari dirinya menolak dan merasa gengsi untuk mengakui kebenaran yang dikatakan Taehyung, sehingga pada akhirnya dia mengelak.

"Jangan sok tahu."

"Oh, ayolah Ji Ahn .... Jangan egois. Jangan menahan dirimu lebih lama lagi. Hoseok sudah merasa posisinya terancam. Tidak kah kau tahu itu?"

"Tidak." Jawab Ji Ahn cepat.

"Benarkah?" Taehyung tersenyum remeh, "Baiklah, kita lihat sampai mana kalian akan bertahan."

Ji Ahn mendengkus, Taehyung bisa sangat menyebalkan seperti ini dan membuatnya tidak nyaman. Apakah harus segamblang ini? Atau apakah Ji Ahn harus memberikan kesempatan? Haruskah?

"Terserah. Kenapa juga kau sangat ingin sekali aku berkencan dengan Hoseok? Kalau begitu kalian saja yang berkencan."

"Sial, Jeon Ji Ahn, itu tidak lucu."

Backspace [Jung Hoseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang